Last chapter
Setelah selesai membereskan semuanya, aku pergi ke meja Louis untuk menaruh kopinya.
(...)
"Terima kasih," Aku hanya tersenyum dan berbalik. Louis lagi-lagi mencekal pergelangan tanganku, "Ayolah, berbincang lagi apa salahnya?" Rengeknya, nampaknya ia suka berbincang tidak jelas dengan orang-orang.
"Aku harus melayani pelanggan dulu. Kau bisa tunggu disini. Nanti kalau aku sudah selesai, kita bisa berbincang lagi," Jelasku, ia mendengus sambil melepaskan tanganku, aku pun kembali ke kasir untuk melayani beberapa pelanggan baru.
Kulihat ada 2 wanita muda sedang menunggu disana, "Selamat sore, ada yang bisa ku bantu?" Tanyaku pada salah satunya yang berambut merah. "Kami mau 2 Americano, Red velvet, dan Tiramisu,"
Aku mencatat semua pesanannya, "Ada lagi?" Si rambut merah pun bertanya kepada temannya, ia menggeleng, "Cukup, itu saja," Ujarnya.
"Baiklah, totalnya 16.02 Pounds," Kataku, mereka berdua mengeluarkan dompet masing-masing dan menghitung uang yang mereka punya. Setelah selesai, mereka membayarnya, tak lupa aku memberi mereka uang kembalian.
Mereka tak langsung pergi, mereka masih memandangku kebingungan didepan kasir. Aku balik memasang wajah bingung pada mereka, "Maaf, apa ada yang salah dengan wajahku?"
Teman si rambut merah-si rambut brunette-pun buka mulut, "Wajahmu seperti teman sekolahku dulu," Aku tahu wajahku sedikit pasaran, tapi aku rasa tidak separah itu.
"Sorry, apa nama belakangmu Styles?" Aku mengangguk, ia dan temannya terkejut bukan main. "Kau benar-benar tak ingat aku, Harry?"
"Aku tak merasa mengenalmu, nona. Mungkin kau salah orang,"
"Aku Abigail. Dulu kita satu kelas di hampir semua mata pelajaran, apa kau benar-benar tak ingat?" Aku menggeleng, aku benar-benar tak ingat apapun tentang temanku saat sekolah dulu. Tak satupun dari mereka yang masih berbincang denganku.
"Kalau begitu, apa kau ingat kita pernah berbagi ciuman pertama saat dipesta ulang tahun Nick?"
Oh tidak.
Aku baru ingat bahwa aku pernah berciuman dengannya. Well, kami hanya berciuman, kami sama sekali tidak berpacaran atau apapun karena tepat sehari setelah kejadian itu, aku pindah bersama keluargaku ke kota lain.
"Ah iya aku ingat," Ucapku sambil menggaruk kepalaku yang tidak gatal, benar-benar canggung. Jujur saja, aku tak suka saat berciuman dengannya, bukan karena apa-apa, aku hanya merasa tidak nyaman setelahnya. Tidak ada kupu-kupu didalam perut seperti apa yang mereka katakan.
"Ya sudah, kalau begitu aku cari meja dulu ya," Ujarnya sambil tersenyum malu, aku hanya mengangguk.
Aku pun membuat pesanan mereka. Tak lama, semuanya jadi. Tapi aku tak ingin mengantarnya kesana, entah mengapa aku rasanya tak mau.
Kulihat disana Liam sedang sibuk dengan ponselnya, biar dia saja yang antar!
"Li, bisakah kau antar ini ke meja yang ada wanita berambut merah dan brunette? Aku harus berbincang dengan Louis dimejanya," Liam pun mengangguk dan melayangkan cengirannya, menjijikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Around The World # Larry Stylinson
Fanfiction[WRITEN IN INDONESIA] Harry Styles, seorang barista disebuah kafe sederahana di tengah kota London bertemu dengan seorang General Manager di suatu agensi yang sedang menerima talent baru untuk di rekrut menjadi artis nantinya. Berawal dari situ, me...