What a Boring Day

84 9 6
                                    

"Totalnya jadi 10 Pounds. Ada lagi yang bisa ku bantu?"

"Tidak, aku hanya suka wajahmu yang tampan itu,"

"Haha terima kasih, aku memang mirip ibuku," Ucapku canggung sambil mengambil uang dari lelaki itu. Temannya yang disebelah menatapku tajam, ayo lah jangan salahkan aku jika wajahku tampan.  Mereka lalu pergi, there you go, get your man, bro.

Selalu saja begini setiap aku menerima customer, setidaknya mereka akan memuji wajahku. Ya aku sangat berterimakasih akan hal itu but it's getting worse now. Beberapa orang mengira aku menggoda pasangannya-seperti pasangan barusan ini-sedangkan aku hanya berdiri diam tak tahu apa-apa. Sudahlah, biarkan saja.

Aku mengoper orderan ke Liam yang masih sibuk dengan orderan sebelumnya, aku hanya menuliskannya di notes lalu duduk dikursi.

Kubuka buku yang dipinjamkan oleh Louis dan membuka lirik yang berjudul Walls itu. Beberapa sudah bagus namun sepertinya penulis ini sedang terkena Writer's Block sehingga ia hanya berhenti di chorus, itu saja hanya dua bait.

Sebelum kulanjutkan, aku mengirim pesan kepada Niall. Aku hanya mau memastikan tema dan konsep dari lagu ini, apakah sejalan dengan apa yang aku pikirkan atau tidak.

Belum sempat aku menuliskan pesan, tiba-tiba ada panggilan masuk dari Louis. Tumben sekali ia menelponku, kebetulan sekali. Aku pun mengangkatnya.

"Halo?"

"Hi!" Ujarnya disebrang sana. Suaranya terdengar sumringah. "Ada apa, lou?"

"Tidak, aku hanya ingin tanya apakah liriknya sudah jadi atau belum. Tidak buru-buru kok, hanya memastikan saja," Ujarnya, aku hanya mengangguk paham sambil membuka-buka halaman dibuku itu.

"Sebenarnya aku belum melanjutkannya karena aku belum paham soal konsepnya. Aku tak mau sampai salah konsep," Jelasku, ia hanya ber oh ria saja.

"Hmm, sebenarnya lagu itu punya konsep dan makna yang cukup kuat. Intinya seperti diri sendiri yang merasa belajar dari kesalahan dan juga berterimakasih atas apa yang sudah terjadi dan siapapun yang sudah terlibat didalamnya. Itu menurutku, kau bisa kembangkan konsep itu lebih jauh lagi." Wow, pantas saja aku kebingungan. Maknanya lumayan berkesan sehingga tidak bisa main-main dalam menulisnya.

"Wow, that's a really great meaning and concept," Aku bisa mendengar Louis sedikit terkekeh malu. Suaranya begitu soft.

"That's all. Apa ada yang masih kau bingungkan?" Tanya nya, aku hanya bisa menjawab tidak karena jawabannya tadi sudah sangat jelas. Aku pun memutus sambungan kami dan kembali fokus ke lirik.

Nothing makes you hurt like hurtin' who you love (hurting who you love)
And no amount of words will ever be enough (never be enough)
I looked you in the eyes, saw that I was lost (saw that I was lost)
For every question "why", you were my "because" (you were my "because")

Aku sangat suka bait terakhirnya. Hatiku terasa hangat saat mengetahui maknanya, entah mengapa.

Oke, sekarang aku punya ide untuk melanjutkan lagu ini!

***
"

Harold!"

"Harry, bangun!"

Aku membuka mataku, aku melihat Liam yang wajahnya tak jauh dari wajahku. Aku langsung menjauh kaget. Aku melihat kebawah dan aku mendapati diriku tidur diatas buku lirik itu. Untung aku tidak mengeluarkan liur.

"Ini sudah pukul 10, apa kau tak mau pulang?" Tanya Liam, aku mengecek jam di ponselku. Sudah pukul 10, "Mengapa kalian tidak membangunkanku?" Ucapku sedikit berteriak. Liam dan Zayn hanya tertawa melihat ekspresiku.

"Kau nampak seperti belum tidur tiga hari. Makanya kami tidak tega," Jelas Zayn, tapi aku tetap merasa tidak enak. Berarti sejak pukul 7 tadi mereka yang menghandle kafe, sedangkan aku hanya tidur disini seenaknya. Lebih baik Zayn memarahiku daripada seperti ini.

Akhirnya aku siap-siap untuk pulang. Karena aku yakin tidak ada bus lewat lagi, jadi aku memutuskan untuk pulang bersama Zayn dan Liam. Dimobil aku sudah tidak terasa mengantuk jadi aku hanya melihat ke pemandangan luar.

Melihat pemandangan malam Kota London yang masih ramai namun tidak padat. Gedung-gedung bertingkat yang megah dan toko-toko disekitarnya. Sampai akhirnya kami melewati kantor agensi, "Zayn! Liam! Itu kantor agensi yang ku maksud!" Ujarku semangat, mereka hanya terkekeh geli melihat sikapku yang seperti bocah.

Beberapa menit kemudian, kami sampai didepan apartemenku. "Terima kasih ya untuk hari ini. Maaf merepotkan," Ujarku, "Bukan masalah besar. Kau juga sudah banyak membantu kami, Harry," Balas Liam, aku hanua tersenyum lalu mereka pun berlalu.

Perutku berbunyi. Aku lapar.

Untung saja disebelah apartemen masih ada toko makanan yang buka 24 jam. Kebetulan aku melihat toko roti yang masih buka.

Aku masuk kesana dan berniat membeli sebuah Baguette atau Croissant. Tapi ternyata mereka juga menjual Sandwich Croissant, aku lebih baik beli itu karena aku yakin aku akam lebi kenyang daripada hanya makan roti polosan dengan cream cheese.

Setelah menunggu dan membayar pesananku, aku pun kembali ke apartemen untuk makan disana. Jujur saja, badanku rasanya sangat lemas, bahkan mungkin aku bisa terbang saking ringannya. Aku hanya butuh minum dan makan karena aku sudah tidak kuat.

Sampai didepan kamar, aku buru-buru mengambil kunci dan masuk. Melepas sepatu dan menggantung coat ku digantungan baju. Aku menaruh kantong kertas berisi sandwich tadi di meja dapur dan meletakannya diatas piring.

Tanpa pikir panjang, aku langsung memakan sanwich itu sampai tak terisisa. Setelahnya aku membersihkan piring sisa aku makan tadi dan membersihkan diri sebelum akhirnya aku meloncat ke kasurku yang empuk itu. Sayangnya tak mendarat dengan mulus, kepalaku terbentur pinggiran kasur.

***

So far, i think this is my fav chapter? Kinda random but still nice hehe:D

Around The World # Larry StylinsonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang