Menulis Lagu

82 12 6
                                    

Hari ini hari Senin, artinya aku harus pergi ke kantor agensi untuk latihan bersama Niall. Tidak seperti kebanyakan orang yang tak suka hari Seni karena harus kembali bekerja, aku adalah kebalikannya. Namun, kali ini aku merasa sangat malas karena harus latihan. Tapi tetap saja, aku tetap harus berangkat latihan untuk masa depanku yang lebih baik.

Aku sudah sampai di lobi agensi, tidak begitu ramai seperti pertama kali aku berkunjung. Aku langsung masuk dan naik ke lantai tempat Niall bekerja. Setelahnya, aku menuju ruangan miliknya.

Saat kubuka, orang itu sedang sibuk bermain gitar sambil menyandungkan sebuah lagu pelan. "Ah, kau sudah sampai, Styles," Ujarnya, aku mengangguk lalu duduk disebelahnya. "Hari ini kita akan melakukan apa?" Tanyaku, walaupun sedikit malas aku tetap semangat, walau hanya sedikit.

"Untuk sekarang kita latihan menulis lagu dulu. Apa kau sudah pernah menulis lagu atau puisi sebelumnya?" Aku mengangguk, aku sudah tau ia akan menanyakan hal ini. Makanya aku membawa beberapa contoh-entah lagu atau puisi-yang pernah kubuat. "Sebenarnya aku bawa beberapa contoh, mungkin kau bisa mengeceknya," Ujarku sambil memberikan Niall beberapa lembar kertas sobekan.

Ia memabacanya dengan seksama, wajahnya berubah dan aku tak tahu apa maksudnya. Ia terus memajukan bibirnya dan mengangkat alisnya, terkadang ia juga memberikan ekspresi bingung, bahkan tertawa.

Setelah lebih dari 10 menit memandangi kertas-kertas itu dengan wajah yang aneh, ia menaruh kertas-kertas tersebut ke meja. "Jadi, bagaimana?" Tanyaku bingung.

"Beberapa masih terlalu kaku dan labil. Tapi ada satu yang membuatku sedikit sesak," Ujarnya sambil memberikan satu lembar lirik.  Judul 'Just a Little Bit of Your Heart' tertera disana dan itu merupakan lagu yang aku buat 3 hari yang lalu. "Jadi kau pilih ini?"

"Tidak secara otomatis, tapi aku sangat bisa merasakan emosi didalamnya. Tapi lagu inin tetap butuh revisi," Aku mengangguk paham, "Sebenarnya aku sudah merasa puas dengan liriknya tapi jika kau ingin merevisinya, tidak akan jadi masalah,"

Niall pun beranjak dari kursi dan mengambil bolpoinnya. Ia mengambil  selebaran itu dan mengganti beberapa katanya. Tak lama kemudian, "Yup, nampaknya ini lebih baik," Aku langsung mengambil lirik itu.

Aku melihat lirik "I don't ever tell you how I want to be" menjadi "I don't ever tell you how I really feel".

Dan lirik "Cause I can't describe how my dreams will be" menjadi "Cause I can't find the words to say what I mean". Lainnya masih sama seperti semula. Aku lumayan suka dengan revisiannya, aku lebih dapat rasanya.

Tapi aku menemukan tanda tanya di lirik "You were just with them". "Kenapa kau beri tanda tanya disebelah kata 'them'?" Tanyaku pada Niall, ia kembali melihat kertasnya.

"Setahuku kau tak bisa memakai Non-binary pronouns dalam lagu. Kau harus punya preference antara his and her. I'm not tryna be disrespectful or something, tapi untuk jaga-jaga saja karena aku belum pernah menemukan yang seperti ini," Jelas Niall, aku hanya mengangguk pelan.

Alasan mengapa aku memakai pronouns tersebut karena aku belum tahu aku lebih menyukai yang mana. Aku masih mencari-cari, namun aku tetap bingung.

"Mungkin kalau kau pakai 2 pronouns masih diperbolehkan dengan catatan lagunya tidak merujuk kesatu orang. Lagumu merujuk kesatu orang makanya kau harus memilih diantara she and he," Lanjut Niall, aku tetap mengangguk.

"Aku masih bingung mana yang lebih aku suka. Aku juga masih struggle denga sexuality ku," Kini gantian Niall yang mengangguk paham. "Kau boleh pikirkan hal itu baik-baik. Tenang saja, kita masih punya banyak waktu," Ujar Niall sambil menepuk bahuku pelan. Kami pun mengkaji lagu yang lain yang sekiranya masih bisa diselamatkan.

Tak terasa sudah pukul 1 siang, dan kami belum makan siang. Niall akhirnya turun untuk membeli makan untuk kami, ia akan makan siang dengan pacarnya jadi aku hanya tiduran di karpet yang ada dibelakang meja Niall, aku tak tahu mengapa disitu tapi karpetnya terlihat nyaman.

Tak lama, aku mendengar pintu terbuka. Orang yang masuk terus menggerutu, tapi itu bukan suara Niall. Karena takut, aku hanya bersembunyi dibawah meja Niall. Sialnya meja tersebut tidak sampai lantai.

"Shit!" Seruku, aku menutup mulutku karena terlalu kencang. "Siapa disana?" Tanya seseorang itu, aku yakin ia sedang memakan sesuatu.

Aku hanya bisa berdoa agar aku tidak celaka, semoga itu teman kerja Niall atau mungkin Louis.

Aku menengok dan melihat Louis yang mengintip dari atas. Kami berdua sama-sama terkejut lalu kepalaku terbentur meja.

"Ya tuhan, Harry. Kau mengagetkanku!"

"Kau juga mengagetkanku, sialan!"

(...)

Hey yall its me:)

I finally update this book, but honestly i have writers block thats why i didnt update last week and ikr this chapter is so damn short cuz i still have my writers block but i dont want to disappoint yall.

Anw if theres a few mistakes, im so sorry, cmiiw <3

Around The World # Larry StylinsonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang