Another Point of View: Louis

94 10 13
                                    

Flashback alert

"Ia ... gadis yang mencuri ciuman pertamaku,"

Deg

Badanku membeku, bibirku tanpa sadar termangu, dan dadaku serasa ditekan sangat kencang.

Aku memang tahu gadis itu adalah yang pertama mencium bibirnya, tapi mengetahuinya dari Harry sendiri membuatku sakit. Ya, dia memang tak salah namun, rasanya aku sama sekali tak ada persiapan.

Oh, kalian bertanya kenapa aku bisa tahu itu lebih dulu? Baiklah, biar aku ceritakan.

(...)

Hari ini adalah hari yang sangat membosankan. Ditambah lagi Nick sedang tidak masuk, sempurna sekali hariku yang sialan ini.

Aku memutuskan untuk membolos pada pelajaran Matematika, daripada kepalaku meledak karena saking kesalnya.

Aku duduk di rerumputan dekat lapangan basket, beberapa gadis yang sedang olahraga juga duduk tak jauh dari tempatku. Aku bisa mendengar mereka membicarakan anak laki-laki yang sedang bermain basket, dasar perempuan. Aku memilih tak peduli dan bermain ponselku.

"Ya tuhan! Liat itu! Aku tak tahan melihat perut Harry yang sexy itu!" Teriak salah satu gadis disana.

Tanpa sadar, aku menoleh kearah lapangan dan benar saja. Orang bernama Harry itu tengah melepas kaos olahraganya. Caranya melepas kaosnya dan perutnya yang lumayan terbentuk itu benar-benar sexy. Ditambah lagi rambut keritingnya yang basah karena keringat, aku tak berbohong saat aku bilang kalau aku menahan napasku saat melihatnya.

Ia tiba-tiba melihat ke arahku dan tersenyum, aku mengalihkan pandanganku dan mulai merasakan pipiku memanas karenanya. Aku bisa mendengar jeritan tertahan yang berasal dari gadis-gadis berisik itu.

Harry kembali bermain dengan timnya. Aku memperhatikan untuk beberapa saat. Ia benar-benar pemain yang bagus, caranya mengoper dan menembakan bola ke ring terlihat sangat lihai, seolah ia sudah biasa melakukannya.

KRING KRING KRING

Bel pun berbunyi dan menyadarkanku dari lamunan. Aku segera beranjak dan mengambil tasku, aku akan ke kelas selanjutnya. Terima kasih untuk Harry karena sudah menaikkan mood ku.

"Oi Tommo!" Teriak seseorang dari kejauhan, aku menengok dan mendapati Niall yang baru saja keluar dari kelas Sejarah. Aku berdiri ditempat untuk menunggunya menghampiriku.

Ia datang dan merangkul pundaku, "Hey, dimana Nick? Apa ia tak masuk lagi?" Aku menaikkan kedua pundakku tanda tak tahu, Niall menjitak pelan kepalaku, aku pun melakukan hal yang sama padanya.

"Biasalah, paling-paling dia sedang bolos dan menghabiskan harinya bersama pacar tercintanya," Ujarku, Niall tertawa terbahak-bahak. "Oh iya, apa PR Science mu sudah selesai?" Tanya Niall. Aku langsung duduk dikursi dan mengeluarkan buku tugasku dan melemparnya kewajahnya, "Sialan, tapi thank you," Niall pun duduk disebelahku.

Aku membuka kembali ponselku, aku hanya melihat-lihat karena aku sedang bosan dan aku tak tahu harus apa. Bel berbunyi dan guru pun masuk. Aku segera menaruh ponselku di laci meja.

Aku melihat didepan dan sudah ada Harry yang berbalik badan menghadapku. Aku terkejut, "Hey, apa kau punya bolpoin? Bolehkah aku pinjam?" Ujarnya sambil menaruh tangannya diatas meja.

"A-ada, sebent-tar,"

Aku menyodorkan salah satu bolpoinku padanya. Tangan kami tak sengaja bersentuhan, ia sedikit terkejut lalu setelahnya ia tersenyum manis sambil berterimakasih. Aku benar-benar bergeming ditempat. Selama pelajaran berlangsung aku benar-benar tidak fokus, aku masih memikirkan senyum Harry tadi. Untung saja aku tidak ketahuan jika aku melamun.

"Oke, Class. Cukup untuk hari ini. Jangan lupa pelajari lagi dirumah. Silahkan pulang,"

"Okay miss, thank you,"

Aku membereskan barang-barangku dan segera pulang untuk membantu Nick mempersiapkan pesta ulang tahunnya yang ke 18. Ia memintaku dan beberapa anak-anak dari tim sepak bola untuk membantunya.

Sesampainya disana aku dan kawan-kawan langsung mempersiapkan semuanya. Setelah selesai semua, kali ini kami tinggal menunggu, tenang kami juga sudah bersiap.

Sekarang sudah pukul 8, tamu-tamu sudah mulai berdatangan. Mereka mulai berbincang-bincang sebelum puncak acara berlangsung. Tak sengaja, mataku menangkap sosok Harry yang sendirian dipojok ruangan sambil memegang gelasnya. Ia memakai jas dan kemeja yang sangat cocok untuk badannya. Aku ingin menghampirinya, tapi kami tak begitu dekat.

Tak lama, aku lihat seorang gadis dari kelasnya menghampirinya dan berbincang bersama Harry, itu Abigail.

"Semuanya ayo berkumpul," Ujar seseorang. Kami pun berkumpul disekitar Nick yang disebelahnya terdapat kue yang sudah kami siapkan tadi.

Setelah beberapa patah kata dan pemotongan kue, kami pun kembali berhamburan. Aku sangat lapar, aku langsung saja mengambil beberapa kue kecil yang tersedia. Setelahnya aku hanya berbincang dengan Niall, Nick, dan yang lainnya.

"Ayo, Louis. Kita minum sedikit," Ajak Nick. "Kau saja, aku tidak ada jemputan," Tolakku baik-baik.

"Ayolah, Tommo. Sedikit saja. Kau bisa pulang denganku, nanti Greg yang akan mengantar kita pulang," Bujuk Niall, kalau sudah begini bagaimana aku bisa menolak?

Kami pun pergi ke tempat yang menyediakan beberapa minuman alkohol. Well, aku dan dua kawanku ini sudah legal sekarang, jadi tidak ada salahnya bukan?

Niall yang membuat semua minumannya, ia benar-benar orang Irish sejati. "Ini lah, bir spesial ala Niall," Katanya sambil menyodorkan segelas bir penuh kepadaku.

"Kau campurkan apa?"

"Sudah jangan banyak tanya, minum saja,"

Aku menegak minuman itu sekali, rasanya tidak buruk.

Saat hendak minum lagi, aku melihat pemandangan yang tak ingin kulihat. Dari sini bisa ku lihat Harry dan Abigail saling menatap lekat. Tak lama, Abigail meletakkan tangannya dipipi Harry dan menciumnya. Wajah Harry kaget tapi seperti orang kebingungan, tapi ia tetap melanjutkan ciuman itu.

Sialan, batinku.

Aku menegak minumanku sampai tak tersisa. "Woah, Tommo. Aku tak tahu kau suka bir ku,"

"Diam, beri aku lebih banyak kali ini,"

(...)

"Louis, Louis. Oi!"

Aku tersadar dari lamunanku dan mendapati Harry yang wajahnya tak jauh dari wajahku, aku kaget jujur saja.

"Kau sudah melamun sekitar 5 menit. Kau tak apa, kan?" Tanya nya sedikit khawatir.

"Bagaimana aku bisa tak apa setelah melihatnya mengecup pipimu? Seharusnya aku yang melakukannya," Kata Louis, namun ia tak bisa mengatakannya langsung. Ia belum punya kuasa apapun atas Harry sekarang ini.

"Ah aku baik. Aku harus pergi sekarang. See you, Harry," Aku meninggalkannya yang masih kebingungan

(...)

Happy valentine yall!❤❤

Around The World # Larry StylinsonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang