Halo, semuanya! Aku kembali dengan part baru. Selamat membaca. Jangan lupa tinggalkan jejak.
Pagi ini, Yara sengaja datang ke kelas Rayan dengan alasan mengembalikan kotak makan. Yara menunggu hingga bunyi bel yang berdering terdengar. Namun, bangku Rayan masih kosong. Padahal Handra dan Axel sudah terlihat anteng di kursinya masing-masing.
Koridor sekolah mulai berdesak-desakan. Murid-murid yang terlambat datang berlarian menuju kelasnya masing-masing. Sementara itu, Yara masih berdiri di dekat pintu kelas Rayan. Berharap laki-laki itu menunjukkan batang hidungnya.
"Mau ngapain?" Akhirnya, Handra mendekati Yara yang terlihat gelisah.
"Balikin kotak makan."
Handra melirik kotak makan yang dimaksud Yara. "Biar gue aja yang kasihin."
Tampaknya Yara menolak. Karena saat Handra mengulurkan tangannya, Yara masih tidak bergerak. "Rayan emang ke mana?"
"Gue udah denger dari Rayan. Kayaknya lo nggak berhak nanya apapun lagi tentang dia. Nggak usah sok baik lagi tanya-tanya tentang dia."
Ucapan Handra membuat Yara menaikkan kedua alisnya. Dia sedikit merasa tersinggung. Namun, diam-diam juga membenarkan ucapan Handra. "Siapa juga yang peduli sama Rayan? Gue cuma mau balikin kotak doang, kok."
Handra memutar bola matanya malas. "Kasihin ke gue aja. Sore juga pasti ketemu sama dia, kalau dia nggak sibuk sama Bella."
Kata 'Bella' yang tersebut membuat Yara dengan cepat mendorong kotak makan ke arah Handra. "Oke. Gue titip, ya."
"Tenang aja. Pasti nyampe, kok." Handra memerhatikan Yara yang masih terdiam di tempatnya. "Bel udah bunyi. Lo mau dihukum karena telat masuk apa gimana?"
"Enggak! Ya udah, gue duluan. Makasih."
Detik selanjutnya, Yara tampak berlari-lari menuju kelasnya yang hanya berjarak beberapa langkah. Sementara Handra tertawa geli.
"Baru nyinggung Bella dikit, udah ngamuk dia. Bener-bener ceweknya Rayan ini."
**
Sekolah sudah bubar. Rayan menunggu tidak jauh dari gerbang sekolah. Katanya, Handra dan Axel ingin menemui dirinya jika berhasil menyeret Tomas. Rayan merapikan letak topi di kepalanya. Matanya yang tajam menelisir gerbang sekolah, berharap menemukan Handra dan Axel secepat mungkin.
Namun, sosok perempuan yang dia rindukan yang malah memenuhi seluruh penglihatannya. Seolah di dunia ini hanya ada sosok Nayara Aqilla seorang. Dalam diam, senyum miris Rayan terbentuk. Matanya terus memerhatikan Yara yang terlihat asyik dengan dunianya sendiri. Kedua telinganya tersumpal earphone, kepalanya terangguk-angguk.
Yara memang ceroboh. Tampaknya perempuan itu tidak sadar jika berdiri terlalu maju. Padahal jika sore hari seperti ini, akan banyak kendaraan bermotor yang berlalu-lalang di depan gerbang sekolah.
Saat ada motor yang melaju cepat, Rayan bergerak terburu-buru. Tubuhnya sudah bergerak tanpa persetujuan otaknya. Rayan dapat menemukan sepasang mata polos yang memandangnya saat dia berhasil menyentuh bahu Yara, menariknya untuk mundur.
"Kenapa lo selalu ceroboh?" tanya Rayan dengan nada ditahan.
Yara langsung mundur beberapa langkah, hingga menabrak dinding luar sekolah. Matanya masih memandang Rayan terkejut.
"Kenapa lo selalu ada di otak gue?" ujar Rayan, kali ini dengan nada putus asa. "Selalu lo yang muncul waktu gue merasa dunia sedang menekan gue."
"Apa, sih?" Yara langsung mengalihkan pandangannya. Berusaha sama sekali tidak bertatapan dengan sepasang netra Rayan yang benar-benar memabukkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Man [End]
Fiksi RemajaRayan merasa hidupnya hancur total. Ibunya telah meninggal saat dia masih kecil, ayahnya tidak pernah memerhatikannya, dan dia harus menjadi pelindung bagi adiknya. Rayan ragu jika suatu hari dia akan menemukan kebahagiaan. Sampai dia bertemu dengan...