Some-two

48 10 24
                                    

"Wen. Harus pakai ekuivalen, ya?" Tanya Seulgi.

Wendy mengangguk. "Iya. Sebetulnya ada hitungan lainnya. Tapi ruwet, mendingan langsung di ekuivalenkan, Seul." Jawab Wendy menjelaskan pertanyaan Seulgi terhadap latihan soal nomor 15 itu.

"Okey, makasih Wen." Kata Seulgi dan kembali asik dengan dunianya.

Yap. Karena penilaian bulanan akan hadir dalam waktu dekat, mereka tak boleh lengah. Meski disibukkan dengan rencana milik mereka, peraturan tetaplah peraturan. Yang mengharuskan mereka tetap mempertahankan ilmu yang mereka terima setiap harinya.

"Nih." Yugyeom yang hadir tanpa permisi itu langsung memberikan masing-masing temannya itu minuman probiotik yang ia beli beberapa saat yang lalu.

Hyunjin dan Minghao berteriak terimakasih walau tatapan mereka masih asik dengan bacaan masing-masing.

Setelahnya, Yugyeom hanya terdiam sambil meluruskan kakinya dan menatap langit-langit studio ini.

Sebetulnya Yugyeom bukan seseorang yang belajar secara paksa. Ia hanya menikmati moodnya yang juga didukung suasana disekitarnya.

Seperti misalnya ketika ia sedang pembelajaran di kelas, maka ia akan serius terhadapnya. Dan itu akan membekas dalam ingatannya. Sehingga Yugyeom terkadang tidak belajar bersama dengan temannya. Tapi mereka paham kok bagaimana Kim Yugyeom ini..

Kalian juga ya, jangan belajar dengan 'paksa'. Tapi jangan juga semau kalian. Niatkan dulu biar nempel ilmunya. -author bijak 2k21.





~
Hyunjin, Seulgi dan Wendy kali ini ada di atap. Tadinya mereka ingin kembali kumpul di studio, tetapi rupanya Hyunjin harus bertugas menjaga atap kali ini, oleh karena itu Wendy dan Seulgi ikut serta menemani.

Untuk Yugyeom dan Minghao, mereka berdua sedang membawa desain poster menuju atap. Karena tadi Minghao lupa membawa laptop miliknya.

Tak lama, Minghao dan Yugyeom datang.

Minghao mulai membuka laptop dan sudah dalam keadaan menyala itu.

"Ini desain yang kalian pilih kemarin. Ga ada diskusi lagi mau kayak gimana?" Minghao mengarahkan kursor laptopnya dan membuka desain poster pilihan teman-temannya itu.

"Aku mau saran Ming, untuk papan pengumuman di lantai tiga kan warnanya sama kayak background ini, kalau dikasih border atau setidaknya keliatan itu gimana, Ming?" Tanya Wendy.

Teman temannya seperti berpikir dan langsung setuju apa yang disampaikan Wendy. Karena papan pengumuman lantai tiga mau tak mau pasti mereka lewati saat akan ke atap. Sehingga merekapun paham apa yang disampaikannya.

Minghao menjentikkan jari.

"Betul, Wen! Pake border biar ada highlight!" Seru Minghao. Lalu mulai mengedit desain itu kembali.

Sekitar satu menit setelahnya, desain itu selesai. Memang cepat. Minghao terkadang tidak sadar karena dia terampil membuatnya.

"Kalau untuk kata-katanya, gimana?" Tanya Minghao setelah tidak ada perdebatan mengenai desain.

"Ini Ming, aku ada saran." Seulgi menjawab dengan membawa catatan miliknya. Ya, Seulgi sekretaris acara ini. Maka ia banyak juga memperkirakan apa yang diperlukan.

Hyunjin dan Yugyeom hanya melihat ketiga temannya itu yang sedang berdiskusi. Bukan tak mau ikut. Hanya saja, Minghao bersandar pada dinding. Jadi mau ikut berdiskusi pun mereka tidak bisa melihat desainnya. Huhu..

Yugyeom yang saat itu sedang asik menjelajahi sosial media pada ponselnya jadi mendongak ke atas melihat langit yang kelabu.

"Eh. Kita pindah tempat. Mau hujan gini." Ya. Yugyeom paham bahwa alam sudah memberikan tanda sebentar lagi hujan akan hadir.

will o' the wispTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang