Membayangkan kamu akan ada di sampingku, membuatku memiliki kekuatan untuk menempuh hari esok.
_MozaV_Setelah kejadian bully satu minggu yang lalu Killa tidak mau pergi ke kantin lagi. Moza memaklumi itu.
Andai Moza yang diperlakukan seperti itu, maka dia tidak akan tinggal diam. Justru Moza akan membalas perbuatan mereka. Tetapi, ini Killa. Gadis berkucir kuda yang memiliki kelembutan tingkat akut.
Kini Moza tengah mengunyah roti cokelat yang tadi pagi dia beli di supermarket. Mereka memutuskan untuk makan di dalam kelas, walaupun Moza tidak akan kenyang dengan sebungkus roti yang dibelinya itu. Tetapi, itu lebih baik daripada melihat Killa tertekan.
“Gue masih penasaran kenapa mereka selalu bully lo? Padahal udah jelas kalo di sekolah gak boleh ada tindakan bullying.” Moza terus mengoceh sambil mengunyah rotinya.
“Aku juga gak tau,” jawab Killa.
"Lo pernah buat masalah sama mereka?"
Killa menatap Moza dan menggeleng. Benar juga. Killa kan anak baik-baik mana mungkin mau mencari masalah dengan orang-orang, apalagi seperti mereka.
Moza mengangguk-angguk tanpa mengurangi kecepatan kunyahannya. Tetapi, detik itu juga mulutnya berhenti mengunyah kala netra cokelatnya menatap sosok yang tengah melewati kelasnya.
"Kill, lo kenal cowok itu?"
“Siapa?” Killa menatap keluar kelas dan menemukan ketiga lelaki tampan yang tengah berjalan berdampingan.
“Itu yang di tengah. Cowok ganteng yang gue suka.” Moza tanpa sadar mengucapkan itu.
“Kamu gak boleh suka sama Artha,” ucap Killa.
“Oh, jadi cogan tadi namanya Artha?”
Killa mengangguk membenarkan.
“Aku ingetin lagi, kamu gak boleh suka sama dia,” ucap Killa yang terdengar tegas.
“Kenapa?” Moza mengernyitkan dahinya menatap Killa bingung.
Bukankah rasa suka itu tidak bisa kita atur sesuka hati? Tetapi, kenapa Killa dengan enteng melarangnya menaruh hati pada pujaan hatinya?
“Karna dia ..." Ucapan Killa terhenti ketika bel masuk berbunyi.
Moza membuka buku pelajarannya, dia tidak ingin nilainya ada yang turun. Walaupun satu mata pelajaran saja.
Selama pelajaran Moza begitu saksama mendengarkan penjelasan dari sang guru. Jemari lentiknya menari di atas kertas bergaris. Moza mencatat materi yang dia kira penting untuk diingat. Selebihnya Moza simpan didalam otak, meski setelahnya tidak jarang dia lupa juga dan ujungnya membuka kembali buku catatannya.
"Baik. Bapak akan kasih kesempatan bagi yang bisa menjawab pertanyaan di atas. Silakan maju," ucap Pak Jojo setelah menulis sejumlah pertanyaan di papan tulis.
Moza mengangkat tangan membuat semua mata memandang Moza.
"Saya bisa, Pak," ucap Moza lantang.
"Silakan maju, Moza."Moza berjalan dengan angkuh menuju papan tulis dan dengan cekatannya dia menulis rumus-rumus Matematika di sana. Butuh satu menit untuk Moza menjawab satu soal.
"Good job, Moza," ucap Pak Jojo bangga. Moza tersenyum manis seraya mengucapkan terima kasih.
Killa menatap Moza lekat. Gadis dengan kacamata bulatnya itu terlihat begitu antusias dengan pelajaran ini. Killa sekarang memiliki saingan untuk memperebutkan gelar peringkat di kelasnya. Tetapi, Killa tidak akan menyerah, Killa harus bisa mempertahankan peringkatnya kalau tidak ingin beasiswanya dicabut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vanilla Latte
Teen Fiction"Tentang manis dan pahitnya hidup." Moza Varischa, siswi baru di SMA Andromeda. Pencinta cogan, tetapi gak cinta-cinta amat, kecuali dengan Artha. Pemilik hati yang gak pernah dipanasin alias beku. Penampilannya yang terlihat nerd tidak membuatnya...