05• Misi Moza 2

53 8 1
                                    

Tidak peduli berapa kali kamu menolakku, aku akan tetap berjuang untuk mendapatkanmu.
______________________________________

Dengan langkah riang Moza menyusuri koridor sekolah yang sudah mulai ramai. Tanpa mengetuk pintu, Moza masuk ke dalam kelas Artha yang sudah penuh dengan penghuni kelas.

"Selamat pagi, Artha." Suara Moza yang melengking membuat pasang mata menatap Moza dengan heran.

Artha menatap jengah Moza yang berdiri di samping mejanya dan jangan lupakan sekantong keresek yang jelas berisi roti dan susu cokelat.

"Gue bawa roti sama susu, dimakan ya, Artha." Moza meletakkan kantong keresek di atas meja milik Artha.

"Oh, jadi cewek sinting itu lo," celetuk Oji. Moza mendelik mendengar itu.

What the hell?!

"Heh, mulut lo lemes banget minta gue tampol," ucap Moza tidak terima dirinya dikatai cewek sinting.

"Loh, emang kata Artha yang kasih dia roti sama susu itu cewek sinting kok. Dan sekarang lo dateng ke sini buat kasih roti sama susu cokelat ya gue anggap lo itu cewek sinting yang dibilang Artha. Ya kan Artha?" Ucap Oji memandang Artha polos.

Regal menepuk jidatnya. Oji selalu bisa membuat orang-orang emosi dengan kepolosannya yang tidak polos-polos amat.

"Artha, lo gak bilang gue cewek sinting ke anak kucing ini, kan?"

Artha diam. Tidak ada niat untuk menanggapi Moza, meliriknya saja Artha sudah muak.

"Heh, anak kucing. Lo liat Artha diem berarti Artha gak bilang gitu sama lo. Lo jangan ngadi-ngadi jadi orang," gerutu Moza.

Bagaimana tidak kesal, pagi-pagi bukannya disapa dengan kalimat yang romantis ini malah dihina. Moza tidak terima itu. Apalagi, yang menghina dirinya ini Oji, cowok lembek yang pengin Moza jambak rambut klimisnya.

"Enggak kok. Artha kemarin bilang gitu, Artha belain Oji. Cewek sinting ini tuduh Oji yang enggak-enggak."

Oji menghampiri Artha yang sibuk dengan ponselnya dan duduk di samping cowok itu. Mumpung Liam belum datang, cowok itu datang dua detik sebelum bel masuk. Jadi, Oji bebas duduk di samping Artha tanpa gangguan dari Liam. Walaupun, Liam tidak mempermasalahkan itu.

"Heh, anak kucing yang gak ada imut-imutnya lo pagi-pagi bikin gue darah tinggi. Musnah aja sana."

"Nah, kalo itu gue setuju. Ji, lo musnah aja dari dunia ini. Dunia terlalu jahat buat lo," ucap Regal sok bijak.

"Emang bisa?" ucap Oji polos.

"Bisa. Lo tinggal terjun bebas dari atap sekolah!"

"Mati dong gue," dumel Oji tidak terima.

"Ya, emang, Samsudin!"

Cukup. Sudah cukup Moza menguras tenaga untuk berdebat dengan Oji lebih baik dia kembali ke kelas daripada mati berdiri karena tingkah Oji yang begitu menyebalkan.

"Artha, gue ke kelas dulu. Jangan lupa dimakan rotinya terus diminum susunya biar Artha makin sehat. Dadah, Artha."

Moza kembali ke kelas dengan mulutnya yang berkomat-kamit menyumpah serapahi Oji. Baru bertemu bukannya say hello ini malah pengin nampol mukanya.

Moza duduk seraya menghela napas kasar membuat Killa menoleh.

"Kamu kenapa?"

"Gue sebel banget. Masa gue dikatain cewek sinting, cantik-cantik gini dikatain cewek sinting. Emang yang ngomong mulutnya minta diamplas."

Vanilla LatteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang