Dihari ini, aku ingin membuat kenangan yang tidak akan pernah aku lupakan. Berharap kamu juga merasakan betapa bahagianya aku berada di dekatmu.
______________________________________Pagi-pagi sekali Moza memporak-porandakan area kesayangan Bi Marti. Tepung di mana-mana, cangkang telur yang berceceran di lantai dan lebih parah lagi semua itu sia-sia.
Kue yang Moza bikin dengan sepenuh hati ternyata gosong, apalagi rasanya yang benar-benar mengenakan membuatnya ingin cepat-cepat memuntahkan ke tempat sampah.
Tangan mungilnya tidak seajaib Bi Marti yang lincah membuat segala macam kue. Niat hati ingin memberi Artha surprise, tapi tinggal rencana.
Moza mendengus. Kalau tahu begini dia tidak akan bangun subuh tadi. Membuang-buang waktu dan bahan makanan.
Moza memutar otak, dia harus memberi Artha kado terindah. Moza tidak pernah memberikan kado pada siapa pun, bahkan ketika Jani ulang tahun Moza hanya memberinya ucapan, bonusnya Moza diberi jatah makan gratis oleh Jani dan sekarang Moza bingung harus memberikan apa untuk cowok datar itu.
Moza mengotak-atik ponselnya. Mencari informasi di Mbah Google, berharap si Mbah bisa memecahkan masalahnya pagi ini.
Seketika matanya berbinar. Ah, ternyata si Mbah memang lebih pintar dari pada otaknya.
Dengan gerakan kilat Moza mengambil wajan dan tetek bengeknya. Dia akan membuat makanan yang spesial untuk Artha tercinta.
"Finally. I'm proud of myself," ucap Moza bertepuk tangan.
"Non."
Moza terlonjak kaget.
"Bibi" gerutu Moza manyun. Bi Marti ini suka sekali bikin dirinya jantungan.
"Non, kenapa dapur jadi seperti ini?" tanya Bi Marti menatap iba pada dapur majikannya.
Moza melirik hasil kerjanya. Seketika senyum canggung terbit di bibir Moza. Dia menggaruk hidungnya yang tidak gatal.
"Bibi, maafin Moza yang bersalah ini. Tadi Moza mau bikin kue tapi malah bikin kapal pecah begini," sesal Moza.
"Ya ampun, Non. Kenapa gak minta Bibi aja yang bikin. Memang mau dikasih ke siapa kue nya?"
"Orang spesial dong. Jadi, Moza harus bikin sendiri. Karena gagal bikin kue Moza inisiatif bikin nasi goreng penuh cinta."
Inisiatif nya Moza mencuri ide Mbah Google. Tapi tidak apa-apa anggap saja itu ide Moza sendiri.
"Oalah, Non, punya orang spesial juga toh," ucap Bi Marti senyum-senyum sendiri.
Moza cemberut. Ini maksud Bi Marti menyepelekan dirinya atau bagaimana?
"Ya udah, Non. Sekarang Non Moza mandi terus berangkat ke sekolah." Moza mengangguk dan berlalu meninggalkan Bi Marti sendiri.
Seketika ingat dengan perbuatannya Moza berbalik menghampiri Bi Marti yang tengah memegang sapu.
"Bibi, sekali lagi maaf ya. Dan terima kasih." Moza berlari menaiki anak tangga menuju kamarnya.
Beberapa menit kemudian Moza keluar dari kamar dengan seragam sekolahnya yang sudah melekat di tubuh idealnya. Dengan sepatu putihnya Moza melangkah ke dapur untuk mengambil kotak makannya. Bukan. Kotak makan untuk Artha.
"Bibi, Moza berangkat dulu ya." Moza mencium tangan Bi Marti. Dia sudah menganggap Bi Marti seperti ibu kandungnya sendiri. Moza sangat menyayangi Bi Marti, seperti Bi Marti yang juga menyayangi Moza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vanilla Latte
Teen Fiction"Tentang manis dan pahitnya hidup." Moza Varischa, siswi baru di SMA Andromeda. Pencinta cogan, tetapi gak cinta-cinta amat, kecuali dengan Artha. Pemilik hati yang gak pernah dipanasin alias beku. Penampilannya yang terlihat nerd tidak membuatnya...