04• Misi Moza

58 10 1
                                    

Seperti filosofi bunga Edelweis, bahwa cinta sejati membutuhkan sebuah perjuangan untuk mendapatkannya. Begitupun dengan aku yang akan berjuang untuk mendapatkanmu.

___________________________________

Seperti pagi-pagi sebelumnya Moza sudah nangkring di supermarket terdekat untuk sekadar membeli susu dan sebungkus roti. Tetapi, kini Moza harus membeli double susu dan roti.

Jika kalian bertanya untuk siapa? Moza akan menjawab untuk Artha.

Seperti janjinya kemarin Moza akan membuat Artha menjadi miliknya. Dan salah satu caranya dengan memberikan perhatian kecil untuk lelaki itu. Moza pernah membaca, kalau perhatian-perhatian kecil dapat menimbulkan benih-benih cinta. Moza yakin suatu saat dia akan mengalaminya.

Setelah membayar pesanannya Moza dengan segera menaiki motor Scoopy miliknya. Melaju membelah jalan Kota yang dijuluki dengan Kota Kembang.

Sepuluh menit kemudian Moza sampai di SMA Andromeda. Dengan gerakan secepat kilat Moza berjalan menyusuri koridor lantai dua. Dia akan menghampiri Artha sebelum masuk ke kelasnya.

Kemarin ketika Moza bertanya banyak hal mengenai Artha, Killa dengan sabar menjawab semua pertanyaan demi pertanyaan. Walaupun, Moza tahu Killa kesal karena terus membicarakan tentang Artha. Tapi, dia tetap memberitahu apa yang Moza inginkan.

Termasuk di mana kelas lelaki itu berada. Berada di lantai yang sama dan entah kebetulan atau tidak, kelas mereka bersebelahan.

XII IPA 1.

Moza tersenyum manis kala mata hitamnya menangkap sosok yang sedang duduk dengan earphone di kedua telinganya.

"Hai, Artha," sapa Moza setelah gadis itu sampai di  meja milik Artha.

Artha diam, bahkan meliriknya pun tidak. Membuat Moza dengan terpaksa menarik salah satu earphone yang terpasang di telinga kirinya.

Moza dapat melihat raut terkejut Artha ketika menatap dirinya.

"Lo apa-apa sih?!" Bentaknya kasar.

"Gue tadi panggil-panggil, tapi lo gak denger. Jadi, gue tarik aja earphone lo," ucap Moza enteng.

"Gue gak kenal lo," ucap Artha dingin.

"Lo lupa sama gue?" tanya Moza tidak percaya.

Apa Artha amnesia?

"Gue bahkan gak tau lo siapa."

Moza menghela napas kasar, ternyata semudah itu Artha melupakan dirinya.

"Gue yang waktu itu gak sengaja nabrak lo di koridor. Nama gue Moza Varischa, lo bisa panggil gue Moza. Sayang juga boleh," jelas Moza terkikik geli.

"Oh."

Hah? Hanya oh? Moza geleng-geleng.

"Ini buat lo," ucap Moza sambil menyodorkan sekantong keresek berisi susu dan roti cokelat.

"Tadi gue beli di supermarket, jadi lo gak perlu khawatir takut kadaluwarsa," ucap Moza dengan tangan yang masih menggantung di udara.

Artha hanya diam menatap datar Moza. Tidak ada niatan untuk Artha mengambil kantong keresek tersebut. Artha justru kembali memasang earphone miliknya.

Moza mengerjap menatap Artha yang acuh. Moza menarik earphone yang sudah dipasang kembali oleh Artha, membuat lelaki itu habis kesabaran.

"Mau lo apa sih?!" Artha kembali membentak.

Vanilla LatteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang