11• Ciuman

48 7 0
                                    

Sekuat apa pun kamu menolak kehadiranku, nyatanya itu tidak akan mempengaruhiku yang mencoba meraih hatimu. Sebelum aku sendiri yang mengatakan akan berhenti untuk berjuang.
______________________________________

"Lo masih mau makan lagi?" Artha menggeleng, menolak suapan Moza yang kesekian kalinya.

"Kalo Artha gak mau buat gue aja. Gak pa-pa bekas Artha siapa tau gue juga ketularan gantengnya," ucap Oji merebut nasi goreng yang ada di tangan Moza.

"Muka bekasan dasar," timpal Regal. Pandangannya beralih menatap Artha yang acuh menatap Oji.

Moza mengedikkan bahunya, membiarkan Oji menghabiskannya toh Artha juga sudah memakannya.

Ingat! Artha memakan. Perlu digaris bawahi.

"Artha, es dalam hati lo udah cair ya?"

Artha menaikkan sebelah alisnya, menunggu Regal menyelesaikan kalimatnya.

"Lo mau aja makan pemberian cewek sinting ini. Biasanya lo gak mau tuh nerima apa pun dari cewek-cewek," jelas Regal diangguki oleh Oji.

"Terpaksa."

"Ih, Artha. Bilang aja kalo lo udah mulai suka sama gue." Moza mendumel tidak terima.

Ya, walaupun sebenarnya Moza lah yang memaksa Artha untuk memakan nasi gorengnya. Tetapi, Moza ingin Artha sadar bahwa ada seseorang yang sedang memperjuangkan dirinya dan menghargai perjuangannya itu.

"Lo sendiri yang jejalin ke mulut gue," ucap Artha datar.

Moza mendengus, menyibakkan rambutnya ke belakang memperlihatkan leher jenjangnya yang putih mulus.

Regal meneguk ludahnya. Moza benar-benar menggoda iman.

"Mau gue congkel?" Keempat pasang mata menatap asal suara.

"Apa?" tanya Regal polos.

"Jaga mata lo." Regal membuang muka, memilih bergabung bersama Oji yang masih menikmati nasi gorengnya dari pada matanya dicongkel Liam. Sahabatnya itu tidak main-main dengan ucapannya. Regal bergidik ngeri membayangkan.

Liam is a psychopath.

"Artha, berhubung gue gak bisa kasih lo kado dan sebagai gantinya."

Cup.

Moza memundurkan kepalanya. Jantungnya berdetak lebih kencang.

Artha mendelik menatap Moza tidak percaya. Tubuhnya terasa mati kutu.

"Mata gue masih suci," ucap Regal tidak sengaja melihat adegan uwu mereka.

"Oji, tutup mata lo." Regal menutup mata Oji dengan kedua tangannya.

"Ada bocah woy."

"Gak tau tempat emang."

Regal terus mengoceh mengomentari tindakan Moza yang terbilang berani. Seumur-umur dia berteman dengan Artha baru kali ini ada cewek nekat seperti Moza.

Melihat Artha yang diam, membuat Moza ketar-ketir.

"Artha, gue ke kelas dulu. Dah, Artha." Moza berlari keluar dari kelas Artha dengan wajah semerah tomat.

"Huh huh." Tangan lentiknya mengibaskan wajahnya yang terasa panas.

Siswa-siswi lain menatap Moza aneh.

"Itu yang mau jadi saingannya Melody?"

"Cantikan juga Melody."

"Iya. Lo bener, cantik Melody ke mana-mana. Dia mah cupu."

Vanilla LatteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang