Cpt-4

11.3K 595 51
                                    

Jangan lupa voment.

Author Pov.

Suasana tegang menyelimuti ruang rapat, Edgar memandang penuh kedataran pada karyawannya yang sedang menjelaskan hasil yang tercapai bulan ini.

Wajah Edgar sangat kaku, tatapan matanya nyalang sekali. Moodnya hancur karena tadi Raina menarik nipplenya saat Edgar sedang nikmat-nikmatnya.

"Banyak kekosongan yang terjadi dalam bulan ini, tapi untung karena target tetap terpenuhi-"

"Kemana perginya dana yang kosong itu?" suara Edgar sangat dingin, auranya mengintimidasi sekitarnya.

Tak ada yang berani menjawab, semua menunduk, mengalihkan tatapan agar tak temu pandang dengan Edgar.

Brak!

"Jangan beraninya kalian pulang, jika tak ada yang berhasil memberikan laporan tentang kemana perginya Dana kosong itu. Rapat selesai"

Edgar berjalan dengan tenang menuju pintu keluar, dengan raut datar. Semua terkaku, mereka kena imbasnya sekarang. Masa iya mereka lembur 1 malam hanya karena dana kosong ini.

"Jangan dengarkan. Pulanglah jika sudah saatnya pulang, tapi sebelum itu cari asal bagaimana Dana kosong itu terjadi" ucap Raina datar kemudian menyusul Edgar yang sudah keluar.

Semua dapat bernapas dengan lega, setidaknya mereka tak akan lembur.

"Walau Buk Raina tak selembut Buk Queenze, tapi dia baik. Dan walau Pak Edgar tak se emosi Pak Damian, tapi dia sadis" dan ini terasa seperti dejavu bagi karyawan lama.

****

Edgar membanting pintu ruangannya, dengan terburu berjalan menuju kursi kebesarannya dan menghempaskan tubuhnya disana.

Dengan cepat Edgar melepas dasi yang melilit keras kemejanya.

Tak berselang lama, Raina masuk.

"Kamu gak seharusnya kayak gitu" ujar Raina tenang, dia tak memandang ke arah Edgar karena dia lebih memilih fokus pada mejanya.

Dia duduk, dan membuka laptopnya kembali. Harus segera menyelesaikan laporan-laporan bulanannya. "Jadi aku yang salah!?" seru Edgar kesal.

Raina menggeleng pelan "Aku gak ada bilang kamu salah" jawabnya lagi tanpa menoleh ke arah Edgar.

Edgar menggeram kesal, kenapa Raina tak membujuknya dan KENAPA RAINA GAK PEKA!? "Tatap aku kalau lagi bicara Rain!" ketus Edgar.

Raina mendongak, dia memandang datar Edgar yang memandangnya sebal. "Jangan tatap aku kayak gitu!!" seru Edgar lagi.

Raina menghela napas lelah, sabar-sabar, kenapa Edgar marah-marah seperti ini. Apa dia marah karena nipple tadi pagi?

"Jadi aku harus gimana?" tanya Raina pelan. Dia tak mau bertengkar, terlalu menguras emosinya. Dan dia malas menguras emosi.

Edgar mengerucutkan bibirnya, dia berdiri dan menghentakan kakinya ke lantai "Kamu gak peka!" sentaknya semakin kesal.

Oke, Raina ikutan kesal sekarang, dia berdiri dan mendekati Edgar. Raut wajahnya dingin tak berekspresi, membuat Edgar mau tak mau terdiam dan merutuki sifat kekanakannya.

"R-rain" Edgar gugup, dia takut melihat ekspresi Raina. Jika sudah seperti ini maka hukuman akan segera terlaksana.

Raina mengelu dagu Edgar, wajahnya masih dingin "Ed" panggil Raina tenang.

"Y-ya?"

Seulas senyum dingin terbentuk "Kamu mau aku hukum?" oke, Edgar mengucapkan selamat tinggal pada lubang ayamnya.

Jika dia jawab tidak, maka Raina akan semakin marah, jika dia jawab iya maka lubang ayamnya menderita. Edgar dihadapkan pada pilihan sulit

"Edgar"

"Y-yaudah..m-maaf.." hanya itu yang bisa Edgar katakan, dia pasrah mau diapain sama Raina. Dia menunduk takut, apalagi ketika Raina tersenyun puas dan menarik tangannya.

Melangkah menuju kamar yang ada di ruangan Edgar "Kamu nakal, uda beberapa hari gak di hukum makin ngelunjak ya" ujar Raina tenang.

Edgar semakin menunduk "Maaf.." cicitnya.

Mereka masuk dan langsung mengunci pintu, Edgar melangkah perlahan menuju ranjang. Dia melepas ikat pinggangnya, kemudian menurunkan resleting celananya.

"Rain..maaf" melas Edgar sekali lagi, mana tau Raina bakalan batalin hukumannya.

Raina menggeleng "Ed nakal, sini aku tusuk" ujar Raina.

Edgar menangis di dalam hati, walau ini sudah terjadi sejak mereka SD. Tapi tetap saja Edgar merasakan apa yang dinamakan dengan rasa sakit.

"Raiiin.." melasnya lagi. Tatapannya dibuat semengenaskan mungkin.

Tapi Raina kebal, dia tak terpengaruh tatapan itu "Edgar".

"Oke-oke"

Edgar segera melepas celana kerjanya, kemudian melepas boxer dan celana dalamnya. "Raiiin" melasnya lagi.

Raina mendecih, dengan cepat dia mendorong Edgar sampai terjatuh ke kasur. "Rain tunggu! Rain!!" Edgar panik. Tapi Raina gak peduli, dia membalik tubuh Edgar sampai telungkup.

Bokong sintal kesukaan Raina, dia menyeringai seketika "RAIN TUNGGU!!"

"Hihi"

Rain melakukan kebiasaan yang sangat dia sukai ini. Dan "Ahhhhh.."

Edgar sudah mengeluarkan desahannya saudara-saudara.






























Tbc..

Syalalal.

My Crybaby CEO 2 [Edgar Damienzee]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang