Cpt-12

7.5K 487 40
                                    

Kali ini, komennya ya. 50 komen NO SPAM!. yang di sebelah aku gak masalah, tapi kalau sekali lagi gitu, heuum. Lihat aja.

Author Pov.

Edgar tak tau jika kali ini dia akan kembali ditinggalkan, walau rasa sakitnya tak sebanding dengan kepergian keluarganya dulu, tapi tetap saja sakit.

Langit senja menemaninya, setelah pulang kerja tadi Edgar langsung pergi ke taman terdekat. Dia harus menenangkan diri sejenak, pasti besok akan kembali semula.

Edgar duduk di kursi taman, sepi seperti suasana hatinya kini. Dia mengusak kasar air mata yang tak hentinya mengalir sedari tadi.

Pria tampan itu menutup wajahnya dengan kedua tangannya, bahunya bergetar "Hiks..Rain maafin aku..hiks..Rain.." isaknya pilu.

Jasnya sudah dia lepas, dasinya sudah di longgarkan dan 2 kancing kemeja teratasnya sudah di lepas. Ingin rasanya Edgar berteriak sekuat-kuatnya.

Tapi, tak bisa. Kerongkongannya sakit karena terlalu lama menangis "Aku ngaku salah...huhuuuu..hiks..aku salah..hiks..maafin aku.." suhu tubuh Edgar juga tinggi.

Sepertinya dia sakit, apa maghnya kambuh? Mungkin saja karena Edgar belum sempat makan dari semalam.

Pasti maghnya kambuh "Aku sakit Rain...hiks...huhuuuuu..aku sakit nih..hiks..gara-gara kamu!" racaunya stres.

Tanpa menyadari jika ada seseorang yang mengamatinya tak jauh darinya. Dia menggeleng pelan melihat seseorang yang dia amat kenal terpuruk seperti itu.

Padahal dia berharap, keadaan orang itu baik-baik saja. "HUAAAAAAAAAA RAINAAAAAAAA!!" teriak Edgar prustasi.

"Om, berisik om" Edgar tersentak, dia mendongak dan melihat seorang remaja laki-laki berpakaian seragam SMA yang berantakan.

Dia mengenakan masker hitam, tapi mata indahnya tak pelak Edgar kenali.

"Ma-maaf.." lirih Edgar sembari menghapus air matanya kasar. Dia berdiri dan hendak pergi, tapi ucapan remaja itu menghentikannya.

"Terkadang, kita tak bisa terlalu merasa dicintai. Terkadang, kita harus bisa mengatur emosi yang selalu datang."

"Terkadang, perpisahan adalah hiasan yang ada di setiap hubungan. Terkadang, sesuatu yang menjadi milik kita, pasti akan selalu menjadi milik kita"

Edgar tertohok, bijak sekali remaja itu. "Hey Nak, siapa namamu?" tanya Edgar bertanya sebelum pergi. Remaja itu menatap lekat ke dalam mata Edgar.

Dia tersenyum sendu dibalik maskernya. Matanya menunjukan kerinduan yang sangat besar, dia menghela napas pendek dulu sebelum menjawab.

"Gabriel, panggil saja seperti itu. Aku permisi om, sampai ketemu lagi" ujarnya santai kemudian berbalik pergi.

Sedangkan Edgar terpaku, "Gabriel..briel...Riel?.." gumamnya pada dirinya sendiri.

Kenapa..dia malah teringat pada mendiang abangnya. Habisnya mata remaja tadi dan mata abangnya dulu sangat mirip.

Yang membedakan adalah, kilauan mata remaja tadi sangat suram dan kosong, berbeda dengan abangnya dulu yang selalu berbinar cerah, polos dan ceria.

"Ahaha tidak, tidak ada kehidupan kedua Ed. Gausah bego" gumamnya jenaka. Dia berjalan menuju mobilnya, mau pulang.

Ucapan remaja tadi sedikitnya membuka hatinya. Membuka pikirannya untuk tidak terlalu berlarut dalam kesedihannya.

"Ya, aku akan menemui Raina besok, dan meminta maaf tulus padanya. Aku akan melamarnya sekalian" gumam Edgar semangat.

Dia harus mencari cincin lamaran mereka uhuy. Edgar tak sabar.
































Tbc.

My Crybaby CEO 2 [Edgar Damienzee]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang