"HIGH FIVE"

105 13 1
                                    

"Apa? Chris ngasih lo cincin?"

Hannah berteriak diujung sana hingga membuatku harus menjauhkan ponselku dari telinga.

"Insiden Hannah..... insiden. Gue males ah jelasin lagi." gerutuku sembari berjalan ke luar gedung menuju rooftop. Ada sebuah kafe yang dikelola oleh kantorku disana, meskipun tidak terlalu besar namun cukup rame. Kafe ini buka mulai pukul setengah lima sore. Pelanggan yang datang sebagian besar adalah para pegawai yang ingin menikmati sunset atau mereka yang ingin melepas penat, ngopi sembari ngobrol dengan kawan setelah seharian bekerja dan masih harus lembur atau hanya sekedar menghabiskan waktu sembari memantau kemacetan jalan.

"Lo nggak pacaran kan sama dia?"

"No, what's an idea!" aku menyangkal dengan cepat. "Lagian udah gue balikin."

Duh, kenapa aku tiba-tiba jadi grogi sih!

"Terus reaksinya gimana waktu lo balikin cincin itu?"

"Biasa aja. Udah ah, kok jadi ngebahas dia. Sekarang nih gue mau ketemu Alvin, menurut lo gue harus ngomong apa?"

"Let's be friends again, high five." jawabnya enteng.

Aku mendesah.

"Serius dong Hann," aku memprotes.

"Itu adalah kalimat yang paling serius dan paling masuk akal yang bisa lo katakan ke dia, singkat padat salaman."

"Perasaan gue mau dikemanain Hannaaah?"

"Justru saat-saat kayak gini, lo harus kesampingkan perasaan lo jauh-jauh. Kalo kalian ngomong kepanjangan bakal kebawa dah itu perasaan, yang ada lo mewek terus gagal deh move on, mau lo?" jelasnya yakin.

Aku berpikir sejenak. Hannah ada benarnya, tapi kan perasaan tidak sesederhana itu. Aku tidak bisa dengan semudah itu mengesampingkan perasaan sebesar itu, tapi bukanya tujuanku menemuinya dan berbicara dengannya untuk itu? Untuk berdamai, yang artinya aku memang harus mengesampingkan perasaanku. Baiklah akan kucoba.

"Hei, lo dengerin gue nggak?"

Aku terkesiap.

"Ya,"

"Pokoknya nggak boleh lebih dari sepuluh menit, abis itu lo pulang. Lo boleh mewek sepuas-puasnya sampe lo nggak bisa mewek lagi pas lo udah pulang."

"Gitu ya?"

Tepat pada saat itu ada panggilan lain masuk, aku menurunkan ponsel dan melihat layar. Chris.

"Udah dulu ya Hann, bye!"

Aku menutup sambungan telepon dari Hannah, lalu menjawab panggilan Chris.

"Halo,"

"Diana, its'me, it's Jane!"

***

Aku langsung berlari secepat yang kubisa meninggalkan gedung kantorku begitu mendapat panggilan dari Jane. Dia memberitahuku kalau ada seorang laki-laki yang mendatangi apartemen Chris dan mereka mulai adu mulut. Dia mendengar laki-laki itu menyebut-nyebut namaku dengan nada marah jadi Jane meneleponku, berharap aku bisa mencegah hal yang tidak diinginkan terjadi.

Tapi aku terlambat, saat aku sampai hal yang tidak diinginkan sudah terjadi. Aku melihat Chris sudah tersungkur di lantai sementara laki-laki itu yang sesuai dugaanku ternyata adalah Alvin sedang mencengkeram kerah bajunya. Sementara Jane yang sedang berdiri di dekat pintu terlihat ketakutan.

Untuk sejenak aku tidak bisa berpikir, tidak bisa bergerak, tidak bisa melakukan apa-apa saat melihat Alvin menariknya berdiri dengan satu sentakan keras lalu meninju wajahnya sampai terdorong ke dinding lalu menjepit lehernya dengan satu tangannya.

AFTER HEARTBREAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang