chapter 50

27.1K 1.7K 277
                                    

Malam ini cleva dan vano menginap di rumah orang tua cleva.

Bukan karena hari sudah malam,namun cleva tidak tega meninggalkan bang marva sendiri.

Padahal sudah jelas jika bang marva tidak sendirian di rumah.

Demi menuruti kemauan istrinya yang sedang hamil,vano rela jika besok akan menempuh perjalanan yang lumayan jauh untuk ke kantor.

Sekarang ini cleva,vano,beserta ketiga abang cleva masih berkumpul di ruang keluarga.

Cleva duduk di di tengah dan di apit oleh vano dan marva.

sedangkan calva dan arvan duduk di hadapan mereka.

Vano menatap cleva dengan muka kesalnya.Cleva memilih untuk menyenderkan kepalanya di bahu bang marva daripada di bahunya.

"Muka laki lo nggak enak diliat va." Bisik marva di lirih namun masih dapat di dengar vano.

Cleva mengangguk dan tersenyum.Sejak ia hamil vano menjadi cemburuan.

"Besok kuliah kan va? Sekarang cepet tidur! Ibu hamil gak boleh begadang." Ucap bang arvan sengaja menghilangkan suasana hening.

Cleva membuka matanya dan menatap jam dinding "masih jam 8."

"Kasihan noh suami lo udah ngantuk." Ucap bang marva menimpali.

Marva mengangkat kepala cleva dan meletakkannya di bahu vano.

"Enggak kok.mas vano tidurnya selalu di atas jam 10." jawab cleva.

"abang beneran nggak mau cleva kenalin sama temen ku?" cleva kembali menawari ketiga kakaknya untuk berkenalan dengan temannya.

"Emang kamu punya temen?" Tanya vano.

cleva mengangguk "Punya lah,temen cleva ada banyak." Jawab cleva.

"Leka sama reva kan? Cuma itu temen cewek kamu disini." Calva tertawa meremehkan.

"Eh nggak ya,temen cleva banyak.Kalian aja yang nggak Tahu."

"iya banyak kok banyak." Arvan ikut tertawa.Ia tahu cleva berbohong.Karena cleva memang tidak memiliki banyak teman.

"ayo main truth or dare" Cleva menatap satu persatu pria di sekitarnya.

Calva mengangguk "Ayo siapa takut."

Cleva menatap vano "mas ikut kan?" Tanya cleva dengan tampang memerintah.

Vano mengangguk pasrah.

"Pokoknya harus ikut semua." Cleva berdiri dan melangkahkan kakinya menuju dapur.

Cleva mencari-cari alat yang bisa ia gunakan untuk bermain truth or dare.

Cleva membuka kulkas dan menemukan sebotol kiranti yang masih utuh.

Ia ambil botol itu dan membuang isinya setengah.Setelah itu cleva membawa sebotol kiranti yang tinggal setengah tersebut ke ruang keluarga.

Cleva mendudukkan tubuhnya di lantai diikuti vano dan ketiga kakaknya.

"Mainnya lebih enak lesehan." Ucap cleva.

Mereka duduk melingkar.Cleva meletakkan botol itu tepat di tengah.

"Siapa dulu yang muter?" Tanya cleva.

Arvan mengangkat sebelah tangannya "Abang dulu."

Calva menghentikan tangan arvan yang hendak memutar botol "Aku dulu."

"Oke,dimulai dari bang calva." Ucap cleva memberi aba-aba.

"satu....dua...tiga...."

Calva memutar botol pertama.

"Siapa yang kena nih?" Gumam cleva.

Botol berhenti tepat di hadapan bang calva.

"Jodoh nih kayaknya." Ucap bang arvan

"Truth or dare?" Tanya bang marva.

Tanpa ragu calva menjawab "Truth"

"Cleva yang ngasih pertanyaan!
Siapa cinta pertama abang dan kapan,dimana  abang ketemu?" Tanya cleva dengan cepat.

Calva menggaruk tengkuknya dan tersenyum kikuk.

"Cieee abang gugup,hahaha" goda bang arvan membuat suasana menjadi semakin ramai.

"Ayo jawab bang!"

"Waktu SD,namanya citra." Jawab bang calva cepat.

"Cieeeee"

"Hahha abang masih SD ternyata udah demen cewek" Cleva tertawa mendengar jawaban abangnya.

"Sekarang udah move on bang" Tanya marva.

Calva menatap adiknya tajam "Satu pertanyaan doang."

"oh iya ya."

Cleva mengambil botol itu dan memutarnya dengan cepat.

Botol berhenti tepat di hadapan bang marva.

"Truth or dare?"

"Truth dong."

"Aku yang ngasih pertanyaan." Ucap bang arvan.

"Berapa banyak mantan kamu?"

Marva mengeluarkan sepuluh jarinya dan menghitung mantannya hingga jari kaki.

"kira-kira 21." Jawab bang marva dengan bangga.

Calva,arvan,vano menggelengkan kepalanya takjub.Itu mantan atau apa?

Cleva bertepuk tangan bangga "Hebat lo bang."

Marva tersenyum bangga "Ya iyalah marva gituloh."

"bangga amat lo jadi playboy" Sindir bang arvan tidak habis dengan adiknya.

"Suatu kebanggaan loh bang" bela bang marva.

Calva menoyor kepala marva gemas "Kebanggaan gundulmu"

"oke sekarang giliran gue yang muter"

Marva memutar botol hingga berhenti di hadapan vano.

Marva tertawa "Yess tepat sasaran nih."

"Truth or dare van?"

"Truth" Jawab vano.

"Kenapa lo mau nikah sama cleva?"

Cleva menjitak kepala kakaknya kesal."Udah tahu dijodohin masih nanya lagi."

"Aww sakit woy" marva mengelus kepalanya yang berdenyut.

"Karena cinta." Jawab vano.

Semua tercengang mendengar jawaban vano.

Cleva menatap suaminya terkejut.

Cinta?

"Jangan bohong mas."
Cleva tidak mungkin bisa percaya begitu saja dengan ucapan pria.

Selama ini mereka memang tidak pernah membahas masalah cinta.

Ketiga kakak cleva pergi dari ruang keluarga karena mereka rasa ini masalah keluarga adiknya.

Vano menatap cleva dengan penuh arti "mas nggak bohong,sayang."

"sejak kapan?" Tanya cleva lagi.

"Mas bakal cerita di versi cetak."




-----
Hallo apa kabar?

Gimana sama part ini.

Eh btw ada gak sih cowok yang baca wattpad?

Jangan lupa vote dan comment.

Comment sebanyak banyaknya biar author gak kesepian wkwkw.










Jodohku Dosen Killer {sudah Terbit}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang