Bagian 31

2.7K 200 2
                                    

Selamat membaca 😊

.
.
.
.
.
.
.

Suasana bahagia begitu terasa di salah satu ruangan rumah sakit, gelak tawa dan juga canda tawa dari ke lima sahabatnya menghiasi senyum di wajah gadis yang baru saja siuman.

Meski masih nampak pucat tapi itu tak bisa menyembunyikan kebahagiaan di wajahnya. Bukan hanya sahabatnya keluarganya pun lengkap ada disana.

Sudah dua hari Samantha tersadar dari tidurnya. Ia merasa sangat bersyukur masih diberikan keselamatan dan juga kesehatan. Kebahagiaannya semakin bertambah tatkala sahabat dan juga keluarganya berkumpul disisinya.

"Gimana perasaanmu sekarang sayang?" Ibu sandra bertanya pada putrinya sambil mengelus lembut rambut gadis itu.

Samantha tersenyum hangat mendapat perhatian seperti itu. Meski ia dan bundanya sangat jarang berkumpul karena kesibukan masing masing dan juga samantha yang memilih untuk tinggal sendiri di apartemennya. Tapi itu tidak membuat hubungan mereka renggang. Mereka selalu menyempatkan untuk berkomunikasi satu sama lain. Ia sangat dekat dengan bundanya terutama dengan kakeknya karena ia adalah penerus satu satunya di keluarga Purnama.

"Aku ga pernah ngerasa sebaik ini bun" ucap samantha lalu menarik telapak tangan bundanya untuk diarahkan ke bibirnya. Dikecupnya tangan bundanya lembut sambil memejamkan matanya. Ia ingin menyampaikan kalau ia sangat bersyukur memiliki orang tua yang begitu menyayanginya.

Tapi di balik kebahagian semua orang yang ada disana nampak seorang gadis tengah berdiri diluar ruangan dengan tatapan sendunya.

Matanya terus mengawasi wajah gadis yang masih duduk bersandar di ranjang rumah sakit. Senyum di bibirnya ikut tersungging ketika melihat dan mendengar tawa dari gadis kesayangannya.

Meski sangat ingin berada di samping gadis itu tapi ia tidak mau terlalu terburu buru. Ia tidak mau gegabah dan juga egois, ia sadar Samantha baru saja siuman dan keadaannya belum sepenuhnya pulih. Ia tidak ingin gadis itu kembali drop karena melihat dirinya.

Berulang kali ia menarik napas dan juga membenarkan letak jas dokter yang dipakainya. Walau belum bisa berbicara langsung dengan gadis itu tapi ia sudah cukup senang bisa mendengar suara gadis itu.

Saking fokusnya menatap gadis yang tengah tertawa menanggapi lelucon temannya itu sampai ia tidak menyadari ada seseorang yang kini berdiri disampingnya.

"Renata..? Kenapa berdiri disini?" Renata terlonjak kaget mendengar seseorang tengah berbicara sambil menepuk bahunya.

"Eh, emm a.. anu.. sa.. saya?" Renata begitu gugup terpergok memperhatikan samantha dari luar ruangan.

"Kenapa ga masuk aja?" Ujar wanita yang tadi mengagetkan renata.

Renata hanya menunduk tak mampu menjawab pertanyaan wanita itu, wanita yang begitu ia hormati. Bukan hanya sebagai atasannya tetapi juga sebagai ibu dari orang yang mulai dicintainya.

Wanita itu tersenyum melihat renata yang hanya menunduk takut. Ia kemudian mengusap bahu gadis itu lembut.

"Bisa kita bicara renata?, ada banyak yang ingin saya bicarakan denganmu"

Renata mendongak melihat wanita anggun di depannya. Kepalanya mengangguk menyetujui ajakan wanita itu.

***

"Bagaimana kabar kamu renata?, saya tidak melihatmu sejak terakhir kita bertemu" Ibu Sandra memulai obrolan sesaat mereka sampai di ruangan direktur itu. Ia memilih mengajak renata kesana agar lebih nyaman untuk berbicara pada gadis itu.

BAHAGIA BERSAMAMU ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang