Aku membuka mata saat merasakan seperti ada yang bergerak di atas tubuhku. Aku langsung terkesiap keras dan mataku terbelalak saat melihat sosok yang sedang membungkuk di sampingku. Otomatis tanganku terangkat dan menampik sosok itu namun tangannya berhasil menahanku dan berkata cepat. "Ini aku,"
Selama sesaat aku tiba-tiba dilanda kepanikan lalu aku mengerjap beberapa kali dan akhirnya bisa melihat sosok itu dengan jelas. Ternyata Chris.
"Tenanglah ini aku," katanya sekali lagi, kali ini lebih pelan dan jelas. Aku bisa melihat kecemasan dan kebingungan di wajahnya. Namun aku masih belum bergerak. Dia lalu berjongkok dan menjelaskan. "Kamu tertidur di sofa dan aku tidak ingin membangunkanmu, jadi aku membawakanmu selimut. Aku minta maaf sudah mengagetkanmu."
"Maaf sudah bereaksi berlebihan, kukira kamu orang lain," kataku sambil menggeleng lemah. Meskipun aku sudah tahu itu Chris, tapi jantungku masih tidak bisa berhenti berdebar-debar.
"Kamu masih takut?"
Aku mengangguk pelan tapi kemudian menggeleng. "It's you. I'm not scared anymore"
Chris menatapku dengan tajam. Tangan kanannya perlahan menggenggam tanganku. Aku menunduk menatap tanganku yang berada di genggamannya lalu kembali menatapnya.
"I promise, there's no safer place in the world than right here with me." Katanya pelan namun sungguh-sungguh.
Aku merasakan jantungku semakin berdebar-debar mendengar kata-katanya. Apalagi setelah itu dia menundukan wajahnya dan bergerak semakin mendekati wajahku.
Oh my God!
Aku tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, namun mata birunya yang menyihir itu mengalahkan akal sehatku, membuatku akhirnya menyerah dan memejamkan mata. Saat kemudian aku bisa merasakan napasnya yang hangat merepa wajahku, mataku seketika terbuka dan aku tidak melihat siapa-siapa kecuali langit-langit. Kedua mataku bergerak ke kanan-kiri, beberapa detik kemudian aku menyadari apa yang terjadi dan dimana aku berada saat ini. Aku hanya bermimpi, mimpi macam apa ini. Kedua alisku berkerut saat menyadari bahwa tubuhku sudah terbungkus selimut, lalu kepalaku menoleh ke kanan dan melihat Chris yang saat itu sedang berjalan keluar dari dapur.
"Hei, you're home," tegurku sambil berusaha menegakkan punggung.
Langkah kaki Chris terhenti seketika begitu mendengar teguranku lalu badannya berputar sembilan puluh derajat ke arahku dan menjawab. "Home?" Ekspresi wajahnya terlihat aneh. Bingung.
"Ini apartemenmu,"
"Oh, iya." dia mengerjap. "Kamu terbangun?" Katanya dari tempatnya berdiri. Dia menunjuk ke arah selimut dengan tangannya yang sedang memegang mug dan menambahkan. "Tidurmu lelap sekali dan aku tidak tega membangunkanmu, jadi aku membawakanmu selimut." menyadari dia berdiri di atas garis pemisah, diapun bergerak mundur selangkah.
Melihat itu aku tersenyum.
"It's fine,"
"Kamarmu kurang nyaman?"
"Ya?" tanyaku karena aku tidak terlalu mendengar apa yang dia katakan. Aku tiba-tiba merasakan tubuhku terasa ringan, juga...
"Kamu tidur di sofa, apa kamarmu kurang nyaman?" ulangnya, matanya melirik ke arah gelas yang tergeletak di atas meja di depanku.
Aku mengerjap. "Oh bukan itu, aku tadi menelepon seseorang sampai ketiduran."
Karena aku tiba-tiba kehilangan keseimbangan, aku memutuskan untuk duduk kembali sembari memijit-mijit kening.
"Alvin?" tanyanya dengan suara hampir tak terdengar.
Alisku terangkat. Detik itu pula aku melihat wajahnya yang seolah-olah menyesali apa yang baru saja dikatakannya. Dia mendesah dan sebelah tangannya terangkat mengusap keningnya. "Lupakan saja, sebaiknya kamu tidur di kamarmu. Selamat malam, Diana. Selamat beristirahat."
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER HEARTBREAK
RomanceUmurku sebentar lagi 30 tahun, single. Ibuku, yang memang hidup in a society that marriage is every woman's expected path to success, tentu saja sudah mulai resah. Yes, orang yang paling sering menanyakan kapan nikah tidak lain dan tidak bukan adala...