TITIK TERANG

95 13 1
                                    

Aku sedang duduk di sofa menunggu Chris sambil menonton tayangan berita saat ponselnya berdering. Aku hanya cukup melirik sekilas untuk bisa melihat siapa yang tertera di layar. Nomor tak dikenal.

"Diana, tolong jawab ponselku. Mungkin itu dari supir taksi online." Suara teriakan terdengar dari kamarnya yang pintunya terbuka.

"Kamu memesan taksi online?"

"Ya, mobilku di bengkel."

Perlu diketahui, sejak aku tinggal disini, demi keamanan, dia setiap hari mengantar dan menjemputku bekerja. Aku sempat menolaknya, selain karena jarak apartemen dengan kantorku dekat sekali juga aku sudah sangat merepotkan dirinya tanpa ditambah harus antar jemput. Tapi dia memaksa dan aku tidak bisa berbuat apa-apa selain menyetujui usulnya.

"Halo, bapak Ismail?" Sapa orang di seberang sana.

Sontak aku menurunkan ponsel, menatap layar dengan kening berkerut. Ismail?

"Maaf, saya rasa bapak salah sambung." Kataku dengan nada sopan.

Namun pria di telepon mengatakan kalau dia tidak salah nomor. Dia menanyakan apakah alamatnya sudah benar sesuai aplikasi atau tidak.

"Ismail?" panggilku pada Chris sesaat setelah selesai menerima telepon.

Chris yang sedang duduk membungkuk memakai sepatunya lantas menoleh.

"Since when did you go by Ismail?" Tanyaku kemudian dengan kedua mata disipitkan.

Melihatku sedang menatapnya heran, diapun menegakkan punggungnya lalu menjelaskan.

"Well," dia memulai. "Aku kesulitan mendapatkan driver saat memesan taksi online atau memesan makanan lewat aplikasi ketika memakai nama Christopher, jadi belum lama ini aku memakai nama Islmail, aku tidak yakin sejak kapan."

Dari semua nama yang ada, kenapa dia memilih nama Ismail? Seketika aku teringat dengan sesosok karakter bernama Ismail Bin Mail di serial animasi anak yang populer di Indonesia. Mungkin dia terinspirasi dari Karakter Mail yang selalu membuat gemas pemirsanya karena seringkali bertingkah menyebalkan. 

"Nama itu sangat cocok untukmu," komentarku tanpa bisa menahan senyum. 

"Ya kuharap begitu." Jawabnya sambil lalu. "Kamu sudah siap?"

Aku mengangguk lalu berdiri. Tapi kemudian dia menepuk dahinya. "Wait up," dia langsung melesat ke kamarnya lagi. Pada saat itulah, tiba-tiba aku menyadari sesuatu. Aku memejamkan mata untuk memastikan. 

Oh ya Tuhan.

Segera saja aku memeriksa ponsel. Tanganku gemetaran saat aku membuka aplikasi ojek online, membuka riyawat pemesanan. Lalu membuka riwayat panggilan. Jantungku berdetak lebih cepat saat menemukan sesuatu yang aneh. Ada salah satu nomor telepon dari ojek online yang meneleponku berkali-kali di beberapa hari yang berbeda. Dan terakhir dia malah mengirim pesan menanyakan alamat apartemenku sampai nomor kamarnya katanya dari agen pengiriman paket. Namun setelah dipikir-pikir aku tidak pernah menerima paket tersebut.

Aku menutup mulut dengan tangan kiri, lalu pada saat itu Chris mendekat.

"Hei, ada apa?"

Aku menatapnya sebentar lalu menyodorkan ponselku padanya yang menampilkan wajah salah pengemudi ojek online yang jasanya pernah kupesan. "Kamu kenal orang ini?"

Ekspresi wajahnya berubah serius. "It's him!"

***

AFTER HEARTBREAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang