KEPUTUSAN SULIT

115 17 5
                                    

Aku dan Chris langsung mendatangi kantor polisi begitu menemukan petunjuk penting. Petunjuk yang kutemukan rupanya sejalan dengan petunjuk yang ditemukan oleh pihak kepolisan yang didapat dari berbagai sumber, jadi untuk sementara dugaan pelaku penyerangan terarah pada salah satu mitra ojek online yang tempo hari pernah mengambil orderku namun dibatalkan. Tepatnya Alvin yang membatalkan secara sepihak. Kejadiannya beberapa bulan lalu, di malam yang sama dengan kejadian yang mengubah segalanya.

Meskipun masih perlu diselidiki secara lebih mendalam, kuharap pelaku segera ditemukan dan masalah ini segera dapat diselesaikan.

"Hei Mail, kamu mau kemana?"

Aku baru saja keluar kamar saat melihat Chris yang sedang berjalan tergesa-gesa menuju pintu keluar.

"Aku sudah memberitahumu lewat pesan, kamu belum membacanya?"

"Oh, ponselku mati."

"Aku mau beli makan, kamu mau menitip sesuatu?" katanya memberitahuku.

"Mau beli apa?"

"Nasi uduk, aku tiba-tiba ingin makan nasi uduk yang pernah kamu belikan waktu itu."

Aku melirik ke arah jam. Pukul sembilan malam. Pada jam-jam segini nasi uduk legendaris itu sedang ramai-ramainya. Dia bisa pulang pukul dua belas malam bahkan dengan tangan kosong.

"Kamu yakin? You might go home empty handed." aku memberitahunya.

"Aku sudah memesan sebelumnya, kurasa tidak masalah jika menambah satu lagi jika kamu mau."

"Oh yasudah,"

"Oke, I'm going."

Sebelum dia meninggalkan apartemen, aku menahannya. Aku memang ingin meminjam sesuatu padanya.

"Hei, boleh aku meminjam charger laptopmu? Punyaku tertinggal di kantor, sebenarnya aku bisa saja mengambilnya tapi kamu pasti akan melarangku keluar sendiri dan-"

"Ambil saja di kamarku." dia memotong sambil mengganti alas kakinya.

"May I?"

"Permission granted."

Dua detik kemudian dia sudah menghilang di balik pintu. Tanpa ragu, aku berjalan melewati garis musuh dan memasuki area terlarang.

Pertama-tama, aku melongokan kepala dan mulutku menggumamkan sesuatu dengan takjub. Wow, kamarnya sangat luas dan rapi. Jadi ini kamar seorang bos? Meskipun aku sangat ingin melakukan apa yang ingin kulakukan, yaitu menggeledah seluruh isi ruangan yang mana mungkin aku akan menemukan sesuatu yang bisa kujadikan senjata jika sewaktu-waktu diperlukan, tapi aku harus menahan diri.

Aku mengedarkan pandangan mencari charger yang kubutuhkan. Setelah melihat apa yang aku cari, aku berjalan melewati tempat tidurnya, namun laptop yang sedang terbuka di atasnya menarik perhatianku. Aku sangat menjunjung tinggi privasi, namun layar laptop di depanku itu sepertinya menampilkan wajahku, jadi kurasa aku perlu tahu. Aku menggerakkan mouse dan layarnya berubah, menampilkan apa yang sedang dikerjakannya. Aku menampilkan layar desktop dan seluit wajahku terpampang disana. Foto itu sepertinya diambil tanpa kusadari karena aku membelakangi kamera dan wajahku menoleh ke samping dengan latar belakang sunset. Sebelum aku berfikir lebih jauh, aku mencoba membuka file penyimpanan dan menemukan folder dengan nama her. Aku membukanya dan mulutku menganga. Itu foto-fotoku di beberapa lokasi yang berbeda.

Lalu mataku tertuju pada jendela kaca besar di sisi ruangan dan melangkah mendekat. Aku menutup mulut dengan tangan saat melihat ke bawah. Dari sini aku bisa melihat gedung kantorku dengan leluasa. Mungkin dengan bantuan teknologi, aku bisa melihat dengan jelas orang yang berlalu lalang di halaman di bawah sana. Aku bahkan sempat melihat beberapa fotoku yang sedang berjalan baik sendirian, bersama Rina dan atau Rossie di berbagai kesempatan.

AFTER HEARTBREAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang