Drama Semesta.29

10 1 0
                                    

Leo adalah tipikal orang yang sama sekali ga bisa bilang tentang perasaannya, entah sedih, bahagia atau lagi jatuh cinta, termasuk dengan sahabatnya, ia menutup semua perasaanya dengan alasan ia takut.

"Le kerjain keburu habis waktunya." Brandon mengebrak meja leo.

"Eh iya iya, ini." Ini ter gagap, brandon hanya menatap iba kepada sahabatnya, ia tau bagaimana sedalam apa ia suka dan cinta sama riri, tapi sudah ia peringati untuk segera menyatakan untuk sekedar riri tahu, tapi ia keras kepala dan tetep memendamnya.

-

Waktu belalu cukup cepat, jam metematika sudah habis, dan ketua sudah teriak teriak untuk segera memngumpulkan.

"Makasi ya udah dibantuin." Ucap riri dengan senyum dan refin hanya membalas dengan senyuman.

Setelah beberapa jam akhinya waktu istirahat tiba, teriakan dodit menggema disudut kelas memanggil leo untuk segera membelikan tori di kantin.

"LEO, 2 menit kali ini."ucap dodit ia segera berlari untuk menuju kantin, ia tak menyiakan waktu, karna tahu kantin waktu jam istirahat pertama bakal sangat rame, sampai disana ia harus menggantri, ia bingung haruskan menerobos.

Tapi ia tak berani, ia takut roti itu akan segera habis, dan ia bakal dipukuli lagi, tanpa pikir panjang ia segera menerobos kerumunan itu dan menggabil roti yang masi tersisa, dan menuju kasir untuk membayar.

Ia berlari lagi dan menaiki tangga untuk kelasnya yang ada diatas, sampai dikelas ternya ia telat 20 detik, seperti biasa ia dipukuli lagi ia pasrah, teman temannya juga ga bisa berbuat apa termasuk brandon.

Setelah mereka selesai memukuli leo, leo segera berjalan lemas menuju kamar mandi, dengan brandon dibelakangnya, ia membasuh mukanya yang terasa sangt perih.

" lu gapapa? Ya gua tau sih lo kenapa napa sebenarnya." Tanya brandon

"Ya lu tahu pakek tanya bodoh, beliin gua minum dikantin dong, uang gua habis buat roti keju, gua tunggu ditempat biasanya." Ucao leo dan berlalu, brandon segera menuju kantin untuk mebelikan minum kepada sahabatnya yang malang itu.

-

Riri melihat punggung yang tak asing menurutnya, ya ia tahu persis siapa pemiliknya, leo itu leo, ia segera berlari untuk menghampirinya ia tengah duduk dikursi bawah pohon, sebari menyaksikan siswa lain bermain bola dan sebagainya di lapangan yang berada dibawahnya.

"Leo." Sapa riri leo menoleh kesumber suara, ia terkejut dan menggeser bokongnya untuk duduk riri.

"Ada apa ri?."

"Gapapa, cuma mau nyamperin lu aja." Ucapnya dengan membadangi lapangan.

Mereka tak bicara pandanganya hanya fokus ke titik yang sama, tapi pikiran mereka berbeda.

"Gapapa le?" Ucap riri dengan memandang wajah leo.

"Ya digapapain aja, emang harus gimana?." Tanya balik leo yang masih memandang kedepan.

"Ya lo sakit, kenapa ga ngelakuin apa gitu." Ucap riri

"Lo juga." Ucao leo dan memandang balik riri

"Lo juga, kenapan lo gak ngelakuin sesuatu juga, kita sama, kita cuma takut kita ga didengarkan." Ucap leo, mereka masih beradu pandang.

Riri menghela nafas dan kembali memandang lapangan.

"Kita udah sama sama 3 tahun, kita teman dari kelas 1SMA, lu tau gue dan gue tau lo, gua capek banget kadang, rasanya mau menghilang dari bumi, tapi ketika lihat lo masih berjuang didunia ini gua gak jadi nyerah." Ucap leo

"Rasanya cuma lu yang tau gua, selain bradon, walau lu gapernah tanya kenapa gua, tapi gua rasa lu tahu gua, lu yang bisa ngertiin gua, selain bradon." Ucap leo tiba tiba.

"Gua capek banget ri, gua anak pertama dikeluarga gua, beban banget gitu rasanya, belum lagi ketika gua pulang dari sekolah gua harus bener bener berusaha buat nutupin lebam di muka dan hati gua." Curhatnya tiba tiba.

Riri menghela nafas, mereka sama sama menderita dengan dunia ini, mereka ingin menghilang, ingin lenyap dari dunia ini.

"Kalau mau nangis nangis aja, dari kelas 10 lu terus dipukuli masalah roti keju, sampe mau bunuh diri." Ucap riri dengan senyum lucu.

"Hehe, iya juga lucu banget gua." Leo tertawa dan dilanjut dengan isakan, sedetik kemudian ia menangis air matanya mengalir begitu saja.

Riri menepuk pundak kuat lelaki itu yang sebenarnya benar benar rapuh.

"Gapapa." Ucap riri, ia mencoba buat menguatkan orang lain padahal dirinya juga perlu dikuatkan.

Leo memeluk tubuh lemah riri, riri terkejut detik pertama dan membalas pelukan leo dengan menepuk punggunya.

"Maaf ya gua nangis dihadapan lu, kesannya cupu banget ya gua, hehe memang." Ucap leo, seperkian detik brandon datang dan ikut bergabung.

"Lah lu habis nangis, kenapa lu."ejek sahabatnya tad, leo hanya memandang benci.

"Persetan dengan kata orang yang laki itu harus kuat, ga boleh nangis, kudu bisa jadi orang yang selalu bisa diandelin." Ucap brandon tiba tiba dan membuat mereka menoleh kearah brandon.

"Ya gua setuju." Sambung riri.

"Cowok juga manusia, hatinya bukan terbuat dari baja, tubuhnya juga sama." Ucap brandon, ia menepuk pundak leo, untuk memberi semangat kepadanya.

"Lu juga ri, kalau lo mau nangis nangis aja, lu juga buatan china." Ucap brandon.

Drama Semesta  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang