Drama Semesta. 11

20 2 0
                                    


Hari ini kerly tidak bekerja karena libur, ia segera pulang kerumah, ternyata ibu dan ayahnya masih berada di kedai, ia beniat untuk datang ke sana, ia segera mandi dan mengendarai sepeda ontelnya.

"Sore, ayah ibu." Sapa riri ketika sampai di kedai milik keluarganya.

"Loh kerly? Kenapa kesini?." Ucap ayahnya.

"Dirumah nggak ada temen yah jadi kesini aja, aku bantuin ya?." Ucap kerly dan segera mendekat orang tuanya hanya geleng geleng dengan sifat anak terakhirnya ini yang sangat pekerja keras dan tangguh.

Hari ini kedai mereka lumayan rame, banyak anak muda yang datang untuk  mengobrol dan mengerjakan tugas mereka.

Jam 10 kedai mereka tutup dan mereka berjalan bersama menuju rumah, ternyata sudah ada kakaknya.

"Lia? Udah pulang." Tanya ibunya ketika mendapati anaknya sedang duduk diteras rumah sendirian.

"Iya tadi pulang cepet soalnya gak ada kelas tambahan dan gak perlu ke perpus." Jelas lia.

"Yaudah ayo masuk makan dulu." Ajak ayah nya, keluarga kerly memang hangat, pekerja keras dan tak gampang ngeluh.

_

Brandon tengah menyatap makan malam bersama keluarganya dengan tenang, tidak ada keributan hari ini.

"Bradon nilai kamu gimana?gak turun kan?." Tanya ayahnya

"Enggak kok yah." Tukas brandon, sebenarnya nilainya agak menurun dibandung dengan bulan bulan sebelumnya, ya karena masalah yang ia alami dengan leo semakin parah saja.

"Awas ya kalau nilai kamu sampe turun, ayah suruh kamu bimbel." Jawab ayahnya, brandon tersedak dan segera minum, ia kaget dengan penuturan ayahnya, bimbel? Untuk apa lagi? Iya sudah les musik  dan itu juga disuruh ayahnya, kapan brandon bisa istirahat?.

Tapi ia hanya mengiyakan ucapan ayahnya, tiba tiba ayahnya mengeluarkan kacamata baru dari sakunya, ya itu kacamata pesanan kakaknya, matanya terbelalak, kakaknya terlebih dahulu?.

"Ayah?kenapa kakak dulu, waktu lomba aku tinggal sedikit lagi." Ucap brandon dengan nada naik.

"Kakak juga penting, kamu pinjem gitar milik guru les kamu bisa kan? Gitar itu mahal." Tukas kakanya, ia jengkel sekali.

"Udahlah kak, jangan maksa kehendak dulu." Ucap adik laki lakinya.

"Maksa? Gue udah berapa kali ngalah roy?." Sekarang ia benar benar kesal.

Ibunya hanya membuang nafas berat, ia sudah kebal setiap hari menghadapi pertikain seperti ini.

"Orang aku juga minta cuma sekali dua kali, aku juga nggak pernah minta neko neko, ayah ibu emang pernah liat aku minta aneh aneh?atau yang mahal mahal?."

"Aku mau minta aja masih takut, takut nantinya gak ada uang, nanti ibu masak apa nantinya, Kalian pernah berpikir kayak gitu?." Tanya brandon kepada saudaranya.

"Nggak kan? Aku minta ulang tahun gak di bareng sama roy sampe sekarang juga gak keturutan, kita beda 3 hari, aku gak mau disamain, itu sakral banget untuk hari lahir." Tambahnya lalu ia pergi keluar rumah.

Ia kesal ia berjalan menuju kursi taman yang disediakan, ia menghirup udara malam ini, hatinya masih bergemuruh dengan ucapannya tadi.

"Susah banget jadi anak tengah, semua harus diberi ke kakak, dan harus selalu ngalah ke adek, aku mau gitu sekali kali egois."  Gumam brandon ia menatap lampu jalan.

Untuk apa berkata jika orang lain menyuarakan lebih keras? Apa dengan diam akan mendapatkan perhatian? Buktinya tidak, banyak yang lebih menarik diperhatikan ketimbang diam, Diam adalah bukti menyerah dari segala hal, menyerah untuk menyuarakan dan menyerah menyerah lain.

Ibu brandon berjalan tergesa untuk mencari anaknya tadi, hatinya tidak tenang, ia merasa bersalah sekali.

"Bradon!?." Panggil ibunya ketika ia berhasil menemukan anaknya, dia menoleh memberika senyuman kepada ibunya.

"Kenapa bu? Malem malem dingin." Ucap brandon.

"Maafin ibu ya."

"Ha? Gak perlu." Dengan Senyum yang ia tunjukan, ibunya duduk didekat brandon, nafasnya sudah stabil ketika tadi meburu karena tak kunjung temu, ia menatap langit gelap dengan bulan tanpa bintang kali ini.

"Ibu masih belum bisa membimbing anak pertama, mengajari anak tengah dan mendidik anak terakhir, rasanya ibu gagal jadi seorang ibu, setiap hari hanya pertiakain." Ucap ibunya sambil menepuk paha brandon, ia hanya diam menatap ibunya yang sudah menua dengan padangan sayu.

"Ibu janji untuk ulang tahun brandon besok, gak bakal bareng sama roy." Ucap ibunya dengan senyum mengembang.

"Ah sudahlah bu lupakan, tadi hanya kelepasan." Dalihnya, ibunya memeluk dengan erat, ia merasa bersalah sekali tadi mengucapkan kata kata yang seharusnya tak perlu ia ucapkan.

"Ayo pulang udah larut, oh ya ibu mau beliin kue kesukaanmu." Ucap ibunya lalu mengandeng tangan anaknya tadi.

Mereka berjalan berdua dengan gelak tawa, ibu memang yang paling bisa menenangkan ketika semua orang lain menyalahkanmu, paling bisa menunggumu ketika semua orang berbalik tak ingin melihatmu, walau kadang tak pernah secara langsung mengucapakan aku sayang kamu.

Tapi dengan semua yang ia lakukan, itu sudah sangat lebih dari kata "aku sayang kamu nak" selalu mengorbakan miliknya hanya untuk kesenangan kita semata, tidak terima jika anaknya direndahkan paksa, dimatanya kita akan terus menjadi anak kecil yang tidak mungkin ia biarkan jatuh begitu saja.

Walau kadang dengan ucapan yang sangat menohok ketika memarahi kita, rela tidak makan hanya karena kita, rela berbohong agar kita bahagia.

I hope you like it<3
Enjoy
Jangan lupa vote dan follow.
Terus dukung ya
<3

Drama Semesta  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang