Drama Semesta.27

17 3 0
                                    

Kasi bintang dong :)))))

Refin berjalan hingga sampai kembali di halte bus, ia segera ingin pulang, hanya untuk merebahkan dirinya sebentar di kasur kesayangannya.

Ia memasuki bus tadi dan mengantarkan ke rumhanya, ia berjalan menuju rumahnya, berjalan menuju kamarnya tanpa sambutan, melepas seragam dan segera merebahkan dirinya.

Ketukan pintu terdengar nyaring.

"Refin??." Panggil mamanya dan dibalas deheman, ia membukakan pintu untuk mamanya.

"Nanti jam 7 ada les privat ya, dirumah kok tenang aja." Ucap mamanya dan menepuk pundak refin, ia hanya mangangguk tak mejawab dan segera menutup pintu kamarnya kembali.

Ia menghela nafas panjang dan memilih untuk tidur di waktu sempit ini, lagi pula gak ada gunannya juga melawan, toh sekarang nilai bener bener dibutuhin banget, muak juga harus dipaksa nelen.

Ia menutup matanya dan membuat skenario untuk tidurnya, beberapa menit ia terlelap karna capeknya.

°°

Riri bergegas menyalin semua tugas tadi kedalam buku tugas masing masing, lebih dari 10 buku tugas yang diberikan kepadanya, ia mengahabisakan waktu cukup lama untuk ini.

Ia tak banyak bicara, hanya menyalin tugas tak henti, ia ber istirahat sejenak untuk mandi dan makan, ia memasak se adanya, mie kuah dengan telur didalamnya.

"Wahh emang bener, setelah penderitaan akan ada perayaan, tapi lanjut penderitaan lagi." Ucapnya sambil menyeruput kuah mie tadi.

Beberapa saat ia kembali menyalin tugas tadi, tak henti disitu ia sekarang belajar untuk hari besok, tak lupa ia menyelingkan beberapa materi kimia karena 1 minggu lagi akan ada ulangan.

"Bisa bisa gua gila dadakan si."ucapnya mengacak rambutnya prustasi, untung saja untuk besok pelajaranya tak terlalu berat, tapi tetap saja melelahkan.

Waktu menunjukan pukul 10 malam dan ia masi membaca buku paket dari sekolah itu di meja belajar kamarnya, hingga suara bell rumah terdengar dari kamarnya.

"Ha? Siapa malam malam bertamu?." Ucapnya heran, ia sedikit was was sebelum ia benar benar keluar dari rumah ia menyempatkan membawa payung yang terletak di dekat pintu, setidaknya buat jaga jaga ajaa.

Ia membuka pintu dan berlari kecil menuju gerbang, ia tak punya siapa siapa dirumah, ia mengintip kemudian membukakan gerbang untuk orang tadi.

"Ayah?." Ucapnya heran.

"Haiii." Balas ayahnya, dan mengandeng riri menuju kedalam rumah, tak lupa menutup gerbang tadi, riri masih terlihat bingung.

"Kenapa?." Tanya riri ketika telah sampai di ruang tamu.

"Lo kok kenapa? Bukannya ayah disambut, ini kan rumah kita." Jawab ayahnya, mereka berdua telah duduk dikursi ruang tamu, riri menyediakan minuman hangat untuk ayahnya.

"Rumah?, kata ayah?, setelah berapa tahun ga pulang? Padahal jarak dari tempat kerja ayah kesini ga butuh waktu seharian." Jawab riri, ayahnya menghembuskan nafas, ia tahu bakal terjadi.

"Ayah tahu, tapi ini juga demi kebutuhan kamu nak." Jawab ayahnya berusaha untuk tenang.

"Kebutuhan aku? Iya bener aku butuh banget uang, setidaknya buat kebahagiaan sesaat aku, bisa makan enak, maen keluar, ini itu dan sebagainya, gitu kan?."

"Tapi, aku ini riri, udah ga punya ibu, ga punya temen ayah juga jarang ngabarin." Lanjutnya dengan air mata, ini kesempatan untuknya untuk menyatakan segalanya yang tertahan.

"Riri kira ayah senang selama ini? Riri kira ayah selama ini kerja buat kesenengan ayah aja? Buat cari wanita lagi? Riri kira ayah juga ga kehilangan sosok istri? Gitu?."

"Sama, ayah sama kaya' riri, kita sama sama kehilangan." Ucap ayahnya meninggi, ia tak terima jika ada orang berpikir seperti itu.

"Ayah berusaha mati matian kerja, buat siapa? Buat kamu riri sayang, ayah ga pulang lama banget karena apa? Rumah ini! Rumah kita ini, masi samaa, ada ibu, ayah ga bisaaa, berat buat ayah." Ucap ayahnya dengan air mata menetes dari matanya sayu dan pipi yang mengeriput.

Riri terdiam ter isak, ia tak menyangka tak terima jadi satu dihatinya.

"Tapi kenapa? Kenapa? Setidaknya telfon riri, tanya hari riri gimana, tanya kabar, tanya sudah makan? Sudah minum?, sudah kenyang belum? Atau mau ayah pesenin makan?."

"Ayah ga pernah, ga pernah ngabarin riri, aku butuh hal hal sepele seperti itu, gimana hari ini, berat atau gimana, aku butuh ayah." Ucapnya, ayahnya datang dan mendekap putri tunggalnya itu dengan bahu gemetar.

"Maaf." Hanya itu yang bisa diucapkan.

"Maaf, ayah minta maaf, ayah gabisa jadi ayah terbaik didunia ini, ayah ga bisa jagain putri ayah, ga bisa jadi super hero buat putrinya." Ucapnya mengusap lembut rambut halus yang sangat jarang tersentuh itu.

"Ayah lupa, ayah lupa masih punya dunia kecil yang harus diwarnai, ketika semesta ayah pergi, ayah merasa semuanya hilang dari kehidupan ayah." Ucap ayahnya menahan tangis dan sesak di dadanya.

"Ayah kehilangan semesta ayah, kamu tau rasanya? Ketika kamu bener bener berusaha buat mewujudkan semua yang udah kalian berdua susun matang, dan tiba tiba dia hilang."

"Ga bisa ayah temuin dimana pun didunia ini, ketika rindu hanya bisa mandang fotonya, kita berdua tahu, ketika kita kangen banget seorang dan kita sendiri ga bisa berbuat apa apa disini, cuma bisa nangis kadang." Ucap ayahnya.

Riri semakin terisak, lidahnya kelu untuk mengucapnya satu katapun, hanya satu "maaf" itu saja.

"Ayah janji bakal berubah dari sebelumnya." Ucapnya riri mendongak.

"Janji!" Ucapnya dan diangguki oleh ayahnya.

"Maaf riri pikir, cuma riri yang merasa kehilangan, cuma riri yang merasa paling tertekan, ayah riri minta maaf." Ucapnya ayahnya hanya tersenyum.

" Ucapnya ayahnya hanya tersenyum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Drama Semesta  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang