Drama Semesta.10

23 3 0
                                    


Bel pulang sekolah berbunyi, riri segera mngemasi barang barang yang ada dimejanya, dipikirannya hanya ia ingin pulang ia terlalu capek untuk hari ini.

"Ri!." Panggil leo, leo merasa bersalah atas tindakannya tadi ia hendak meminta maaf, tapi tak ada respon dari riri.

"Ri mau ngomong, maafin gue." Ucap leo sambil mengejar riri yang sudah berjalan terlebih dahulu.

Riri tak menangapi ucapa leo tersebut ia fokus dengan jalannya dan segera menuju halte bus.

Loe berhenti, ia tak mungkin mengikuti riri, sepertinya ia benar benar kesal dengannya, hingga noleh pun tak riri lakukan.

Riri duduk dibangku bus, mengeluarkan aerphone memandang jalanan yang ramai, ia meletakan kepalanya dijedela bus, rasanya lelah seharian ini memakai topeng tebalnya.

Riri sampai di gang depan rumahnya, ia segera turun dan berjalan menuju rumahnya, ia melepas sepatu dan segera masuk menuju kamarnya, ia segera membating tubuhnya kekasur empuk miliknya dengan seragam yang masih ia kenakan.

"Capek banget." Ucap lirih, tak terasa air bening dari matanya membasahi pipinya.

"Gini banget hidup gue, kenapa nggak bisa gitu hidup normal kayak orang orang, capek tau harus pakek masker tiap hari, pura pura senyum, nahan air mata biar nggak jatoh, nggak punya temen." Teriak frustasinya.

Ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya ia menangis sejadi jadinya, ia capek harus seperti ini, diterlantarkan.

Besok adalah hari ulang tahunya, yang ke 18 tahun, sepertinya masa putih abu abu ini seharusnya asik, seperti cerita cerita di drama yang skenarionya dicipta oleh manusia, tapi ini beda dia dituntun untuk bisa dalam segala hal dan situasi.

Terdengar dering telfon dari hpnya, ia sangat malas hanya untuk berjalan, ia mengambil hpnya yang berada didalam tasnya.

Tertera dilayar LEO, di menatap nanar kepada hpnya, ia tak ada niat untuk mengangkat, ia biarkan saja dan men-silince hpnya, ia kembali merebahkan dirinya dan ingin segera tidur.

"Bran nggak diangkat, gila amat ni cewek asli."  Ucap kesal leo diperjalanan pulang menuju rumah mereka.

"Ya gila lo, mau aja disuruh suruh." Ucap santai brandon dengan menyedot minuman kopi yang ia beli dijalan tadi.

"Gue nggak ada pilihan, gue nggak mau ditonjokin." Bela leo.

Baru leo selesai mengucapkan kalimatnya terdengar suara yang tidak asing bagi mereka , dia dodit dan amang yang sudah stay dijalan untuk menunggu mereka pulang.

Seketika langkah mereka terhenti, mereka hendak berbalik tetapi seruan dari dodit dan amang untuk menyururuhnya mendekat.

"Heyy, kalian kesini, jalan rumah lo kesinikan?." Ucap amang dengan wajah belagu miliknya.

Mereka berjalan pelan pelan menuju dua orang tadi.

"Heh lamban amat lo, gue sikat bau tau rasa." Bentak dodit dengan  tangan yang siap menonjok mereka berdua, wajahnya belagu sekali dengan rokok yang berada diantara jari tengah dan jari telunjuknya.

Seketika leo dan brandon segera cepat berjalan menuju dodit dan amang  wajahnya tertunduk tidak berani melawan.

"Ukuran sepatu lo berapa." Tanya amang kepada mereka.

"41." Jawab leo, brandon sudah punya firasat buruk tentang ini.

"Brandon!." Ucap amang dengan tangan meminta sesutu dari brandon, brandon paham dan segera cepat melepas sepatunya.

"Baik pergi deh." Ucap dodit.

Mereka berdua segera berjalan cepat untuk melewari moster menyeramkan tadi, mereka tidak berani menoleh kebelang.

"Bodoh banget lo, asli tolol lo udah mendarah daging, ganti sepatu gue, nggak mau tau." Oceh brandon ketika sudah berjarak jauh dari dodit dan amang.

"Maap gue keceplosan." Ucap pasrah leo.

"Ya bilang yang lain kek, udah tau kalau ditanya nomer sepatu lo jawab yang kecil kecil aja, elahh, kan malah sepatu gue yang diambil."

"Yakan masih untung bran uang kita nggak di palak." Ucap melas leo.

"Untung? Ahhh asli lo gila, pokok lo harus ganti tu sepatu mahal gue, nggak mau tau." Pinta brandon dan segera berjalan mendahului leo dan segera masuk kedalam rumahnya.

"Kenapa sih pada ngamuk gak jelas semua, PMS kali, dasar dobel gila." Ejek leo dan segera berjalan menuju rumahnya.

Refin berjalan menuju warung makan yang dekat dengan sekolahnya, ia hari ini ingin makan diluar, ia masih bosan dengan masakan ibunya yang sayur sop mulu.

"Yaelah sekali rajin masak sop mulu." Keluh refin dijalan menuju warung, refin masih memikirkan riri yang tak membalas senyumnya tadi, refin memang tidak tau tentang riri yang diguyur tadi.

"Kenapa ya?." Ucap refin dan berbelok menuju rumah makan sederhana tadi, ia memesan makanan favoritnya, sambil makan ia memaikan ponsel miliknya, betapa terkejutnya ketika ia melihat riri dibuly oleh aufa dkk.

Ia berhenti menguyah makanannya, ia masih terkejut dengan vidio yang dikirim di gurb kelasnya oleh seorang lelaki palìng jahil dikelasnya, ia baru sadar ternyata ini masalahnya.

Selesai makan ia berjalan menuju rumahnya, dia sekarang sudah tidak bimbel lagi, tapi ia sudah janji dengan mamanya kalau ia bakal rajin belajar.

"Refin pulang." Teriak refin dari depan rumah, mamanya yang mendengar suara anaknya segera berlari membukakan pintu untuk anak semata wayangnya itu.

"Pulang agak telat ya?." Tanya mama, refin manyalimi tangan mamanya dan mengiyakan.

"Tadi masih mampir untuk makan." Ucao refin dan segera berlalu untuk menuju kamarnya, siapa bilang sifat refin kemamanya nggak cuek lagi? Salag besar coyy, masih sama kok, kaku."

Mama refin hanya menghela nafas panjang, salahnya juga yang selalu mamasak sop untuk refin, refin mungkin jenuh dan memilih untuk makan diluar.

Refin membuka pintu kamarnya dan segera merebahkan tubuhnya, bukan sih lebih tepatnya membanting tubuhnya kekasur empuknya.

"Enak banget ya tuhan." Ucap refin dengan melebarkan tanganya.

I hope you like it<3
Enjoyy
Maap banyak typo
Follow dan vote ya:)
Love you all
<3♡


Drama Semesta  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang