Drama Semesta. 32

12 1 0
                                    

"Belajar cinta sama diri kamu ya, jangan jadi orang lain terus, jangan takut sama dunia, percaya sama aku, kalau kamu berani sama dunia dunia pasti bakal takut sama kamu, tapi kalau kamu takut dengan dunia  ia bakal hajar kamu habis habisan, jangan takut lagi ya???." Ucap lembut devan, ia menaruh dagunya dipucak kepala riri mengelus lembut rambut hitam legam milik riri.

Di dekapan devan riri menggaguk, devan-nya sudah benar benar kembali, yang selalu memaksa riri untuk jangan takut, untuk jangan putus asa dalam keadaan apapun, untuk selalu senyum dan untuk ini itu.

-

Mereka berdua berjalan pulang menuju rumah mereka, hanya berbincang ringan dan candaan yang terjadi sepanjang perjalan, hingga mereka sampai di depan rumah riri.

"Masuk, besok aku jemput ya." Ucap devan dan melambaikan tangan kepada riri.

"Oke, hati hati." Riri berjalan membuka gerbang dan hilang ketika pintu gerbang itu tertutup, devan melanjutkan jalannya menuju rumahnya.

Disepanjang perjalanan ia memandang langit hitam dengan sedikit bintang, jalanan ini tak terlalu gelap karna lampu jalan menyala terang, rumah rumah berpagar tinggi ini tampak sepi dari luar.

"Dia mau pergi jauh, gimana?." Ucapnya yang ia maksud riri.

"Kenapa gua goblok? Gua yang udah bikin dia benci sama gua, gua udah bikin dia jijik sama gua, marah dengan perjanjian konyol gua, hanya untuk masuk geng sampah."

"Dan dia masih mau sahabatan sama gua, riri kenapa si lu baik banget, malaikat banget, padahal gua tau hidup lu sehancur dan serapuh apa." Ia tersenyum kecut.

-

Paginya devan benar benar menjemput riri untuk berangkat bersama, mereka menaiki bus dan tiba disekolah setengah 7.

"Aku masuk kelas dulu." Ucap riri dan dibalas senyum dan anggukan oleh devan.

Riri berjalan menuju kelas dan mendaratkan bokongnya dibangkunya, setelahnya devan pergi.

"Gimana persiapan ujian?." Tanya kerly

"Udah berusaha banget, semoga gak ngecewaiin, kita berjuang bareng bareng tinggal 5bulan lagi." Ucap riri.

"Kita bisa kok ri, percaya aja hasil gak bakal ngecewain kita kalo kita bener bener berusaha." Ucap kerly.

Ujian tinggal 5 bulan lagi, bulian masi tetap berlanjut sampai hari ini, mentalnya rusak tapi ia paksa buat bisa memperbaiki sendiri, setidaknya sebagian luka sudah mulai kering tapi ada juga yang baru saja tersayat masih terasa sangat perih sekali.

"Riri?." Pagil leo yang mengampiri riri.

"Kenapa le?." Ucap riri dari bangkunya.

"Eee.eee... ujian tinggal 5 bulan lagi ya?." Basa basi leo.

"Iya lu pasti juga tau pakek nanya!."  Jawab riri

"Boleh gak kita belajar bareng, sama brandon juga, kerly ikut juga mau?." Tanya leo

"Emhh.. gimana riri, aku mau banget si, biar ga males kalau sendiri, kan rame rame bisa saling bantu."jawab kerly nampaknya riri sedang berpikir.

"Gua ikutan lah." Saut seorang dari bangku belakang riri, ya dia refin.

"Boleh lah, lu juga pinter itung itung jadi guru les." Ucap brandon sambil menepuk pundak refin

"Gimana riri? Ayolah temenin gua, masa lu ga mau si." Rengek kerly.

"Boleh deh kalau gitu." Jawab riri.

"Yoksi, kalau gitu jam 6 kumpul dirumah gua." Ajak kerly.

"Sip laksanakan." Kompak mereka, setidaknya mereka bisa saling bantu untuk ujian kelulusan ini dan lanjut ke perguruan tinggi, dan universitas yang mereka ingin kan.

Waktu berjalan begitu saja, pelajaran sangat begitu melahkan, hari ini ada kelas tambahan yang menjadikan mereka pulang hampir petang.

"Riri." Panggil devan, riri terkejut ternyata devan berada didepan kelasnya menunggunya, hari ini devan tidak ada kelas tambahan karena sebuah alasan dan diganti hari esok.

"Belum pulang?." Tanya riri menghampiri devan.

"Nunggu kamu, berangkat bareng pulang juga, ayo keburu gelap." Ajak devan mengandeng tangan riri.

Leo menatap mereka dengan pandangan yang tak bisa diartikan, dia senyum dengan lesung pipit manis tapi tidak hatinya.

"Ga ada waktu kalau gak cepet cepet." Ucap brandon menepuk pundak sahabat karibnya itu, ia berjalan lebih dulu meninggalkan leo dengan pikiran campur aduk.

"Emang iya?." Monolognya, padangannya masih belum lepas dari sepasang orang nampak bahagia dengan candaan mereka.

Disatu sisi, refin belum tau tentang perasaan pasti kepada riri, ini cuma kasian, atau kagum atau memang jatuh cinta? Ia tak berani bilang bahwa ia jatuh cinta dengan wanita ayu itu.

Ia masih bingung dengan perasaanya ia tak mau terlalu jauh untuk ini, bila mungkin ia jatuh cinta padanya mungkin ia simpan sendirian, sama seperti leo.

Tak memiliki keberanian untuk menyatakannya, dan entah bagaimana dengan persaan riri?  Ia sangat misterius, ia tak pernah nampak bila sedang jatuh cinta, ia akan terus menyimpannya hingga perasaan itu hilang dengan sendirinya.

-

"Mau makan dulu atau langsung pulang." Tanya devan ketika mereka berjalan menuju rumah riri

"Langsung pulang aja, capek banget." Ucap riri sambil memegang kepalanya pusing.

"Oke kalau gitu." Jawab devan, mereka sudah hampir masuk digang perumahan riri, lampu jalan sudah menyala, matahari sudah hampir hilang, tembok perumahan yang tinggi dengan gerbang tinggi nampak sepi dari luar.

"Dah sampai, pulang dulu ya, masuk gih." Ucap devan sambil mengusak rambut riri pelan.

"Hati hati, makasi." Riri berjalan membuka gerbang, ia melambaikan tangan dan melempar senyuman kepasa devan, selanjutnya ia hilang ketika menutup gerbang dan devan melanjutkan jalannya.

-

"Ayah riri pulang." Teriaknya menggema dirumah.

"Aaa putri ayah pulang, makan dulu aja ya, pasti laper ayah tadi beli ayam bakar kesukaan riri sebelum pulang." Ajak ayahnya dan menggandeng tangan putrinya tadi menuju meja makan.

"Wahh enak nihh, makasi ayah." Ucap riri dan segera duduk dikuris menyatap ayam bakar kesukaannya tadi.

Ayahnya tersenyum tulus, sudah sangat lama ia tak melihat putrinya ini senyum secerah ini, mereka makan dengan tawa dan cadaan seorang anak dan ayah.

"Oh ya ri, untuk pindah kerja ayah ternyata di berlin, riri gapapa kan diberlin." Tanya ayahnya.

"Emhh... gapapa aja selama riri sama ayah." Ucap gadis yang sebenarnya manja itu.

"Kalau gitu riri belajar rajin lagi ini tinggal 5bulan, biar nilai kelulusan bagus." Ucap riri dan diangguki oleh ayahnya.

"Oh ya habis ini aku kerumah kerly buat belajar bareng sama teman teman." Ijin riri

"Aaa bagus dong, gapapa jangan kemaleman, nanti pulang kalau ga ada yang antar telfon ayah aja, nanti jumput." Ucap ayahnya.

" iya kalau gitu aku kekamar dulu." Riri bangkit dan mencuci tangan segera menuju kamarnya.


Drama Semesta  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang