Drama Semesta .13

15 2 0
                                    


Riri berlari menuju kamar mandi, melihat pantulan dirinya dicermin kamar mandi, sangat kacau, di mengikat kembali rambunya, membasuh mukanya dan memberi sedikit limblam dibibirnya, agar tidak terlalu pucat.

Matanya masih sedikit merah karena tangisnya, ia kemudian masuk kedalam bilik toilet, ia terdiam cukup lama, memikirkan kejadian yang ia alami barusan.

Beberapa menit kemudian ia mendengar langkah kaki yang berjalan menuju bilik kamar mandinya, riri ketakutan kalau semisal itu aufa, ia menutup mulutnya dengan tangannya, tapi nafasnya memburu.

"Gue tau lo didalem, KELUAR." bentak aufa, riri semakin ketakutan, ia bergetar ia terlalu lemas untuk melangkah.

"Gue bilang KELUAR BODOH." Tambahnya dengan nada yang semakin meninggi, riri dengan sangat terpaksa keluar dari kamar mandi dengan keringat yang membasahi seluruh tubuhnya.

"Lo bilang apa ke guru BK? lo MAU MATI HA?." tambahnya dengan mendorong riri, kemudian mendudukannya dilatai.

"Lo bilang ke guru BK BAJINGAN, gue sebar vidio lo." Ucap aufa dengan tangan terkepal kuat, mata tajam yang menatap riri, riri bingung ia bahkan tak menjumpai guru sama sekali tadi.

"G g gue gak bilang apa apa sama sekali." Ucap riri terbata dengan tertunduk takut.

"Gak bilang? Terus kenapa guru BK bisa samperin gue, nampar gue, terus nge skors gue 1 minggu, dengan tuduhan gue bully lo?." Ucap aufa dengan darah yang mendidih.

"Kita udah bilang, jangan cari gara gara, lo cukup diem aja, pakek lapor guru BK." Imbuh risma.

Riri hanya tertunduk, ia bingung siapa yang melapor ke guru BK, tidak mungkin kerly atau siapa pun itu, aufa tiba tiba mengguyur riri dengan air bekas pel yang ada disampingnya.

Riri sangat terkejud, ia gelagapan karna air yang tiba tiba menampar wajahnya, jangan bilang seperti apa marahnya aufa kalau sudah seperti ini.

"KENAPA? Kenapa lagi? Gue gak lapor sama sekali." Bantah riri dengan nada tinggi.

"UDAHLAH, TUTUP MULUT BUSUK MU ITU." Bentak aufa, riri yang berusaha berdiri dengan susah payah kemudian mendapat satu tamparan keras dari aufa yang menjadikan ia terhuyung kebelakang dan terduduk kembali.

"Gue kasih satu peringatan, lo lapor lagi, selesai." Ucap aufa dengan mencekram rahang riri dengan suara berbisik, kemudian melepas dengan kasar.

"GUE BILANG GUE GAK LAPOR." Bentak riri, ia sudah cukup muak dengan ini.

"GUE GAK PERNAH YANG NAMANYA BILANG KE GURU, GUE TAKUT LO TAU, TERUS LO DATENG KESINI NAMPAR GUE KATANYA GUE LAPOR, GUE PUNYA NYALI BERAPA BUAT LAPOR." teriak riri dengan mata terpejam tangan mengepal dengan air mata yang menetes.

Aufa segera pergi keluar dari kamar mandi ia masih sangat kesal, siapa orang yang melapor kepada guru bk sebenarnya.

Riri berdiri ia menuju loker dengan keadaan basah kuyup, lagi lagi ia harus memakai baju olahraga miliknya entah nanti apa yang dikatakan guru.

Riri berganti baju dengan baju olahraga baju seragamnya ia masukan kedalan kantong platik agar tidak basah kemana mana, ia menyisir rambutnya dengan tangan membasuh mukanya yang sangat kacau dan memberti lipblam dibibirnya.

"Bisa kok." Ucapnya lirih dengan mata sayu miliknya, ia berjalan menuju kelas, ia siap untuk mendapat omelan lagi dan lagi.

Ia mengetuk pintu kelas dan benar saja guru b.indonesia sudah duduk manis di meja guru.

"Permisi pak." Ucap riri sopan.

"Habis dari mana? Kenapa pakek baju olahraga?." Tanya guru tadi, seluruh siswa yang ada didalam kelas memperhatikan riri.

"Tadi basah, habis dari kamar mandi, jatuh." Alibi riri.

"Baiklah saya maafkan, silahkan duduk dan tanya temanmu apa yang harus dikerjakan." Imbuhnya, riri sangat bersyujur karena guru b.indonesia terkenal dengan baik dan bijaknya.

Ia berjalan menuju bangkunya tanpa menoleh kemanapun walau banyak pasang mata yang menatapnya bingung.

"Kerly apa yang dikerjain." Tanya riri kepada kerly.

"Disuruh buat nyayi minggu depan, didepan kelas, bebas lagunya apa aja, b.inggris juga boleh kok." Jawab kerly.

"Oh makasih." Riri kemudian memikirkan lagu apa yang ia hafal.

"Kamu gapapa ri?." Tanya kerly dengan memegang tangan riri.

"Gapapa udah biasa."jawab riri dengan wajah yang dipenuhi senyum kepalsuan.

Riri mencoba melupakan kejadian tadi, lagi lagi ia sial untuk hari ulang tahunya, setiap tahunya, ia menggeleng kuat ia percaya kalau ini hanya hari yang buruk bukan hidup yang buruk.

Setelah beberapa saat akhirnya jam pelajaran berakhir, riri segera meninggalkan sekolah dan hentak cepat cepat kemakam ibunya.

"Riri riri, tunggu bentar." Teriak seorang yaitu leo, riri menggentikan langkahnya dan menoleh.

"Kenapa?." Tanya riri.

"Gue mau kasih lo sesuatu, tungggu." Leo segera mengeluarkan benda antik lucu dan cantik, itu sebuah benda yang berbentuk seorang balerina kecil yang sedang manari dengan gaun putih bersih.

"Ini buat lo, maaf kalau gak suka, gue udah berusaha cari apa kesukaan lo tapi tetep aja gak tau."ucapnya sambil menunduk.

"Wahh makasih le, bagus banget." Ucap riri dengan mata berbinar, ia baru pertama kali mendapat hadiah di hari ulang tahunya.

"Dapet dari mana, keren." Tambahnya.

"Ada deh, disimpen ya ri." Ucap leo sambil mengusap rambur riri.

"Pasti dong, oh ya gue pulang dulu ya, makasih banget le." Ucap riri dan diangguki oleh leo, riri melambikan tangan dan segera melangkah menuju bus.

Leo menatap kepergian riri dengan wajah tersenyum senang, ia bahagia bisa membuat orang lain bahagia.

"Woi le ngapain, udah dikasih kan?, jangan bilang lo gak berani." Ucap brandon tiba tiba.

"Gue gak secupu itu kali." Balas leo dengan meninju lengan brandon, leo berjalan meninggalkan bradon yang masih lebay dengan tinjuan leo tadi.

"Lo pulang kagak?." Teriak leo yang sudah sedikit jauh dari tempat brandon.

"Eh anak anjing tunggu in." Teriak brandon dan segera berlari menyusul leo.

Drama Semesta  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang