Senja & Pelukan Hangatnya

134 5 1
                                    

Mentari di ufuk timur kiat muncul pagi itu dan memancarkan cahayanya yang cerah dan terlihat sangat ceria, seperti aku yang terbangun pagi itu dengan wajah yang berseri dan perasaan yang sangat bahagia layaknya bunga yang sedang bermekaran di taman yang begitu indah. Akupun membuka mataku dan membangunkan tubuhku lalu beranjak dari tempat tidur sembari keluar kamar dan mengerjakan seluruh pekerjaan rumah dengan sangat ceria yang membuat ibu sangat heran melihatnya, karena tak biasanya aku terlihat sangat ceria seperti itu. Setelah semua pekerjaan rumah selesai akupun bergegas mandi dan setelahnya menuju kamarku kembali lalu kemudian duduk dan bersolek di depan cermin sambil tersenyum sendiri melihat wajahku dan membayangkan dia yang kini kusebut kekasihku. Tak lama setelah itu, aku mendengar suara handphone ku berdering nyaring di atas kasur, aku dengan kegirangan pun langsung berusaha menggapainya lalu kemudian melihat bahwa Fadli menelponku. Dengan senyuman yang lebar aku pun perlahan mengusap layar handphone ku dan mengangkat telepon darinya
"Halo?" Ucapku memulai percakapan.
"Iya, halo sayang" Jawab nya dengan nada yang lembut di susul dengan terkekeh.
"Siapa yang mengizinkanmu memanggilku dengan sebutan itu?" Timpaku padanya dengan nada yang sedikit agak judes namun kenyataannya aku sangat suka dengan sebutan itu.
"Iya maaf, lagipula apa salahnya jika seseorang memanggil kekasih nya dengan panggilan sayang? Apakah salah? Kita kan sudah resmi menjadi kekasih, dan kamu menerima cintaku kan?" Katanya bertanya tanya.
"Hm, iya baiklah, kamu boleh memanggil aku dengan sebutan itu, namun dengan syarat kamu hanya boleh menyebutnya saat bersamaku saja atau saat berdua saja, di depan orang lain kau tak perlu!" Kataku meminta syarat padanya.
"Iya baiklah sayang, oh iya, kamu besok ada waktu tidak sayang? aku mau ajak kamu ke rumah ku" katanya yang sontak membuatku terkejut.
"Hah? Maksudmu datang ke rumahmu dan bertemu orang tua mu begitu?" Kataku dengan nada yang terkejut.
"Yah iya, memang itu tujuannya, mempertemukan calon menantu dan mertua apa salahnya?" Katanya bercanda.
"Hm ada ada saja, jangan berlebihan lah Fadli, aku juga akan malu bila bertemu mereka dan akan canggung, aku mau bilang apa nanti?" Tanyaku penuh ragu.
"Tidak usah khawatir sayang, aku yang akan urus semuanya, kamu tinggal berdandan saja yang cantik yah, aku jemput kamu besok pagi" ucapnya yang lagi lagi bercanda.
"Hm ada ada saja, baiklah, sampai Jumpa besok, Assalamualaikum!" Ujarku sambil menutup telepon tanpa menunggu jawaban salam darinya. Setelah menutup telepon darinya akupun tersenyum sangat bahagia karena baru kali ini dan pertama kalinya aku merasakan sangat di cintai oleh seseorang. Sembari menunggu hari esok akupun melakukan aktivitas ku kembali dengan bayang bayang Fadli di otakku.

Keesokkan harinya, pagi pun menyapa kembali, segera aku terbangun dari tempat tidur dan langsung menuju kamar mandi. Ibu pun heran tak seperti biasanya aku mandi secepat itu dan tak mengerjakan pekerjaan rumah terlebih dahulu. Lalu kemudian aku bersiap siap untuk berdandan yang rapih agar tak membuat Fadli malu di hadapan orang tuanya. Akupun mengenakan kemeja putih lengan panjang kesukaanku dan jeans biru yang selalu aku kenakan jika pergi kemana mana dan kemudian meminta izin kepada ibu untuk keluar. Dan tanpa curiga ibu pun memberikan aku izin walaupun agak terliha terheran heran dengan bagaimana aku begitu sangat ceria akhir akhir ini dan tak seperti biasanya yang ia lihat. Selang beberapa saat aku menunggu akhirnya Fadli tiba di depan rumah untuk menjemput ku, dengan setelan baju, celana, dan jaketnya yang serba hitam namun memakai topi berwarna merah di kepala. Ia pun memaparkan senyum manisnya yang lebar di atas motor kemudian menganggukkan kepalanya seolah menyuruh ku untuk segera naik ke motor. Dengan tersipu malu akupun naik ke motornya dan kamipun memulai perjalanan.

Di perjalanan, kami melewati kebun karet yang teramat sangat sepi. Fadli secara spontan mengambil tangan kananku dan menaruh nya di pinggang nya, sontak aku pun terkejut lalu kemudian menoleh kanan kiri alih alih was was ada yang melihat, namun aku melihatnya sangat sepi. Lalu secara refleks aku menaruh tangan ku yang satunya lagi ke pinggangnya dan memeluknya perlahan dengan erat. Aku melihat senyuman bahagianya di cermin spion motornya, lalu kemudian aku menyenderkan kepalaku di pundaknya sambil tersenyum bahagia juga. Kemesraan itu disaksikan oleh sejumlah burung yang berterbangan di atas kami dan pohon-pohon karet besar yang kami lintasi di perjalan itu. Tak berapa lama kami pun tiba dan tentunya aku sudah tak memeluknya lagi karena takut orang tua Fadli akan melihat. Setelah sampai disana akupun nampak gugup untuk melangkahkan kakiku masuk ke rumah Fadli dan bertemu orang tuanya, namun Fadli meraih tangan ku dan menarikku masuk. Kulihat ibu Fadli menghampiri kami berdua dengan raut wajah yang sangat senang
"Hei nak, siapa ini? Kenapa ibu belum pernah melihat nya?" Ujar ibu Fadli.
"Dia kawan baru Fadli Bu, namanya Yogi." Jawab Fadli kepada ibunya.
"Oh, tinggal dimana nak? Dan ketemu Fadli dimana?" Tanya ibu Fadli lagi kepadaku.
"Saya tinggal di desa seberang Tante, dan bertemu Fadli saat berkunjung ke kampusnya di kota" jawab ku.
"Oh begitu, Tante kira kamu ini orang Manado loh nak, mirip sekali soalnya. Ternyata anak kampung sebelah rupanya." Ujar ibu Fadli bercanda.
"Oh ya Bu, yang Fadli minta Sudah siap,?" Tanya Fadli ke ibunya yang akupun tak mengerti apa yang dia maksud.
"Oh iya, sudah siap nak. Ajak Yogi masuk! Nak Yogi anggap rumah sendiri yah, jangan sungkan!" Pinta ibu Fadli sembari tersenyum meninggalkan kami berdua disitu. Kemudian dengan tersenyum Fadli menarikku masuk ke dalam kamarnya dan mengunci pintu kamar nya, sontak aku pun terkejut dan sempat ingin memberontak. Namun ia langsung memeluk ku dengan erat sambil memejamkan matanya dan terlihat sangat tulus, sehingga aku mengerti bahwa mungkin ia pernah sangat tersakiti oleh seseorang dan aku mengerti bagaimana rasanya. Akupun membalas pelukannya dengan memejamkan kedua mataku juga.
"Terimakasih yah gi" ucap Fadli dalam pelukannya padaku. Akupun hanya terdiam dalam pelukan Fadli dan tetap memeluknya dengan erat. Setelah itu ia mengajakku ke meja makan untuk melihat apa yang telah di siapkan ibunya dan ternyata di meja makan ibunya telah menyiapkan berbagai makanan laut, ada kepiting, udang, ikan dan lainnya yang telah di masak oleh ibunya.
"Kok kamu bisa tau aku suka makanan laut?" Ujarku yang memang sangat suka dengan makanan laut.
" Apa sih yang tidak aku berusaha cari tau tentang kamu sayang? Aku dari kemarin mencari tau kamu suka makan apa!" Ucapnya sembari memelukku.
"Fadli jangan disini, takut di lihat ibu mu" kataku melepaskan pelukannya.
"Tidak usah khawatir, ibu ku sedang keluar, hanya kita berdua disini" jawabnya menenangkanku.
"Lalu? Ayahmu kemana? Kau tak punya adik atau kakak?" Balasku bertanya.
"Ayahku seorang nelayan sayang dan dia sekarang sedang di laut, dia biasanya pulang seminggu tiga kali saja dan adikku tidak disini, dia sekolah di kota tinggal bersama paman dan bibiku" ucapnya memberi tahu.
"Yasudah sayang, ayo makan masakan ibuku, di jamin kamu pasti sangat suka" Pinta Fadli menyuruh aku mencoba masakan ibunya.

Setelah beranjak dari meja makan, Fadli mengajakku untuk ke pantai yang tepat berada di belakang rumahnya, dia pun mulai mengajakku bercanda berlarian di dekat pantai sembari sesekali menggelitik ku, memeluk dan menyeretku ke tepi pantai sehingga kami sangat basah sekujur tubuh. saat itu di tengah sinar matahari yang sangat terik, kami terbaring kelelahan karena telah sangat lama bercanda sedari tadi. Aku terbaring di dekat Fadli lalu kemudia ia memandang wajah ku dengan tampak penuh cinta aku pun membalasnya dengan senyuman yang tulus. Karena sangat panas, Fadli mengajakku untuk tidur di lesehan dekat pantai yang kebetulan ada disana. Kami tertidur disana dengan angin sejuk dari pesisir pantai hingga sore hari. Saat terbangun aku melihat matahari sudah berada di ujung senja, lalu kulihat Fadli juga mulai membuka matanya dan melihat ku duduk di samping nya sambil tersenyum kepadaku. ia pun beranjak dari tidurnya dan duduk di samping ku memandangi indahnya senja. Lalu kemudian ia raih tanganku dan memegangnya erat dan ia memutar badanku agar berhadapan dengannya kemudian mencium keningku agak lama. Aku hanya bisa memejamkan mataku saat itu
"Gi, aku mencintaimu.. terimakasih sudah hadir dalam hidupku" Ucapnya mengusap kedua pipiku dan memandangi wajahku. Aku hanya terdiam dan tak membalas ucapan cinta nya padaku
"Apakah kau juga mencintai ku Gi?" Ucapnya lagi dengan wajah memelas. Namun aku masih tetap terdiam beberapa saat dan menarik nafasku
"Aku juga mencintaimu, SAYANG!" Jawabku spontan dengan menyebutnya dengan kata sayang pertama kalinya. Dengan wajah kegirangan ia langsung menarik badanku dan memelukku erat. Senja pun nampak sangat bahagia melihat kami di hadapannya dengan penuh cinta dan aku pun merasakan pelukan hangat darinya seperti hangatnya Senja di hadapan kami.

Mengapa Aku Gay?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang