Perpisahan Termanis

365 15 0
                                    

Tiada yang menyangka kami berdua bisa menjadi dekat, sangat dekat. Iya, aku dan Ilham menjadi sangat dekat kala aku mulai membuka hatiku yang tengah rapuh saat itu. Kini aku mulai membalas tatapannya dan kini ia tak lagi mencuri tatapan dariku namun menatapku secara langsung. Jika waktu istirahat di sekolah, ia sering mengunjungi aku di kelasku karena kelas kami berbeda, belajar dan tertawa bersama. Namun kuakui, saat itu aku belum mencintainya, hanya sekedar tersentuh dengan perhatian yang selalu ia berikan, lagipula tidak ada yang mengungkap cinta satu sama lain istilahnya adalah bak cinta monyet. Hari-hari kami berlalu, dan tak terasa kami telah duduk di bangku kelas IX SMP dan akan segera lulus, saat itu entah kenapa Ilham serasa tak ingin jauh dariku setiap harinya di sekolah, namun tidak jika di rumah karena jarak antara rumahku dengannya sangat jauh. Hari itu di sekolah,di kala ruang kelas sepi saat istirahat, ia menghampiriku duduk di sampingku seperti biasanya dan dia mengatakan sesuatu yang telah lama ia rasakan

"Gi, kamu sedang apa? Dari tadi kuperhatikan kamu sibuk menulis sesuatu" tanyanya yang duduk di sampingku sambil merangkul pundakku.
"Bukan apa-apa, hanya menulis keseharianku saja" jawabku yang kebetulan memang saat itu gemar menulis diary.
"Oh kamu sedang menulis diary? Boleh aku lihat?" Pintanya sambil tersenyum.
"Ah, tidak usah, lagipula siapa yang mau diary nya di baca oleh orang lain? Ada ada saja!" Kataku sambil menarik buku diary itu dan membalikkan badan.
"Ayolah, jika tidak aku akan mengelitikmu! Haha" katanya sambil mengelitik punggungku yang sedang membelakangi nya. Aku tertawa sembari menahan kegelian saat ia menggelitik kedua punggungku dan tak terasa ia memelukku, spontan aku terdiam.
"Apa ini ham? Tolong lepaskan! Jangan sampai ada seseorang yang melihat!" Pintaku sambil melepaskan pelukannya. Ia kemudia memegang kedua pipiku sambil menatapku
"Gi, dengarkan aku! Tolong dengarkan aku! Sampai kapan kamu akan sadar? Aku yakin kau melihat semua yang aku lakukan padamu selama ini, aku sangat yakin" tegasnya.
"Apa maksudnya? Aku tidak mengerti Ilham" jawabku dengan pura pura tak tau apa maksud dari ucapannya.
"Aku menyukaimu, aku sangat menyukaimu! Semenjak saat kali pertama aku melihatmu, aku tau kau berbeda dan akupun begitu, selain menyukai wanita aku juga menyukai pria, dan aku sangat menyukaimu" katanya sembari mendekapku erat. Akupun terdiam dan segera melepaskan pelukannya, bertingkah seolah tak terjadi apa-apa
"Emm.. aku mau ke perpustakaan dulu! Sampai ketemu nanti!" Kataku sambil melangkah terburu-buru meninggalkannya. Ia masih duduk di tempat itu sembari menunduk ke meja, aku tau itu menyakiti perasaannya, tapi memang saat itu aku belum siap dengan jati diriku yang sebenarnya, belum siap menghadapi kenyataan hidup dan beratnya menjadi seseorang yang berbeda, menjadi Gay.

Hari pun berjalan seiring waktu, dan tiba saatnya perayaan kelulusan sekolah. Semenjak Ilham mengungkapkan perasaannya hari itu padaku, ia tak lagi datang menemuiku di kelasku, mungkin saja karena sikapku yang seakan tak menghargai perasaannya. Namun sungguh, aku bukan tak menghargai semua yang di tunjukkan padaku dan ia rasakan padaku sedari dulu, hanya saja aku belum terlalu matang dan belum terlalu yakin akan diriku saat itu. Aku masih sangat takut kepada seluruh keluargaku jika mereka mengetahui bahwa sesungguhnya aku memang seorang Gay atau penyuka sesama jenis, itu akan semakin membuatku depresi saja nantinya.

Berlanjut pada hari kelulusan sekolah, hari itu awalnya aku tidak melihat Ilham sama sekali, aku mengira dia tak akan datang, namun tiba-tiba saja ada seseorang yang memberi tahuku untuk menemuinya di belakang kelas. Tanpa menunggu lama aku menuju ke kelas tersebut dan menemuinya sembari berjalan perlahan ke arahnya karena agak sedikit tidak enak semenjak hari itu aku memperlakukan nya seperti itu
"Aahh.. kau tau aku sudah lama sekali menunggu disini! Kau sangat lama!" Katanya yang melihatku berjalan ke arahnya.
"Ma...,maaf, orang itu baru saja memberitahu dan aku tadi ada kegiatan di aula" kataku yang agak sedikit canggung terhadapnya.
"Hm, baiklah tidak apa-apa aku hanya ingin menyampaikan sesuatu sebelum kita berpisah satu sama lain, aku yakin kita akan berada di sekolah yang berbeda lagi nantinya dan mustahil bagiku untuk menemui mu lagi apalagi jarak rumah kita tidak begitu dekat" katanya sembari mendekatiku.
"Apa itu yang ingin kamu sampaikan?" Tanyaku penasaran. Ia kemudian memegang kedua sisi lenganku dan menatap wajahku
"Aku tau aku menyukaimu meskipun kau sama sekali tidak pernah ingin membalasnya, namun aku ikhlas dan menerima, mungkin aku bukanlah orang yang bisa membuatmu merasakan cinta yang sesungguhnya ,tapi aku ingin kau mengizinkan ku sesuatu, sesuatu yang dari dulu aku dambakan darimu" jelasnya.
"Maaf, bukanya aku tak ingin, tapi..."
Namun belum selesai aku melanjutkan ucapanku, mulutnya tiba-tiba saja menyentuh bibirku dan spontan akupun memejamkan mataku dan tak sadar membalas ciuman itu. Ciuman itu berlangsung agak lama dan di bawah sadarku saat itu meski aku agak canggung saat itu. Ternyata yang didambakannya selama ini adalah dapat menciumku, dan ia sekarang mendapatkannya meskipun aku tak mengizinkannya.
"Terimakasih" katanya berbisik di telingaku dan memelukku erat usai menciumku. Aku hanya terdiam seribu bahasa saat itu, kemudian ia perlahan meninggalkanku sendiri di tempat itu yang berdiri kaku.

Aku tak menyangka hari itu adalah hari yang sangat mencengangkan bagiku, aku belum pernah merasakan ciuman dari siapapun, dan itu adalah ciuman pertamaku yang sangat berkesan dan tak pernah aku lupa dan hari itu pula adalah hari terakhir aku bertemu dengannya dan tak pernah melihatnya lagi bahkan jika tak sengaja aku melewati rumahnya, aku tak tau ia lanjut di sekolah mana karena ia tak memberitahuku. Intinya itu adalah ciuman pertamaku dan Perpisahan Termanis yang pernah ku alami.

Mengapa Aku Gay?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang