Perkenalan Tak Biasa

203 10 1
                                    

Setelah melewati masa-masa menyakitkan tinggal dan menumpang hidup di rumah keluarga akhirnya kini aku seperti baru saja terbebas dari kurungan penjara. Meskipun harus lebih mandiri dan harus lebih pandai mengatur keuangan dan juga keperluan yang harus di batasi, namun aku merasa lebih baik seperti itu daripada harus terpenuhi segalanya namun dipenuhi dengan siksa batin. Kini aku bebas beristirahat, tidak ada lagi ocehan dan kemarahan yang biasa nya tiap hari aku temui di rumah itu.


Beban di hari hariku terasa berkurang karena hanya dapat memikirkan tugas kuliah saja, walaupun kadang masih ada beban lain, terlebih uang bulanan yang di kirimkan ibu padaku biasanya tidak cukup untuk kebutuhanku, akan tetapi aku selalu berusaha untuk membuatnya cukup dengan mengurangi kebutuhan yang kubutuhkan. Dan kali ini adalah kisah dimana seseorang hadir dalam hidupku, seseorang yang benar benar mencintaiku tapi aku telah membuat kebodohan besar, dan yah aku akan menceritakannya yang mungkin kisah kami sangatlah panjang, karena inilah akhirnya dimana dua insan yang sejalan (Gay) bertemu.


Sedikit tentang dia, dia adalah pria terbaik dan paling romantis yang pernah ada dalam hidupku, walaupun awalnya aku tidak pernah punya rasa kepadanya, tapi dia berusaha membuktikan bahwa ia pantas mendapatkan cintaku dengan terus berjuang memperlihatkan sikap manisnya. Pria tinggi dan bertubuh kurus yang mungkin adalah tipeku, tapi entah mengapa kali pertama mengenalnya aku tidak menyukainya sama sekali. Awal perkenalan kami, hari itu aku diminta oleh dosenku untuk mengumpulkan sebuah tugas, namun saat itu dosenku tidak hadir di kampusku melainkan di kampus lain, yang dimana adalah kampus dia, pria yang kusebutkan tadi. Mau tidak mau aku harus kesana mengumpulkan tugas tersebut karena batas pengumpulan nya hanya pada hari itu saja. Dan setelah tiba disana, aku tidak mengetahui dimana ruangan dosenku disana, karena beliau juga adalah dosen yang mengajar disana, dan tiba-tiba aku melihat dia (pria itu) turun dari tangga dan aku pun berinisiatif untuk bertanya kepadanya mengenai ruangan dosen yang kumaksud.
"Mm. Mas, permisi sebentar, tau ruangan pak Respati?" Kataku yang menghalangi jalannya di tangga. Aku melihat matanya berbinar melihat, diam sebentar dan sambil tersenyum. Melihatnya hanya terdiam aku pun mencoba menegur nya dengan bertanya sekali lagi
"Mas ? Tau tidak ruangannya?" Tegur ku.
" Oh iya maaf, saya tau kok, dia ada di lantai 3 ruangan BAK dosen , masuk saja disana, nanti kakak bakal temui dia disana!" Jawabnya kepadaku. Akupun sontak terkejut dengan panggilannya kepadaku dengan panggilan kakak, akupun berfikir apa aku terlihat sangat tua sehingga ia memanggil ku kakak? Tapi aku tak menghiraukan itu dan langsung melangkah saja pergi dan lupa mengucapkan terimakasih, namun tiba-tiba ia memanggilku kembali.
"Tunggu!" Tuturnya.
"Ada apa??" Jawabku heran.
"Oh iya kak, jangan panggil saya mas juga, lagipula saya belum tua, dan mungkin lebih muda dari kakak! Saya mahasiswa baru soalnya disini!" Katanya sambil terkekeh seakan sedang di gelitik. Dan lagi lagi akupun tak menghiraukan nya dan terus melangkah saja ke ruangan dosen yang ku cari sambil berkata dalam hati bahwa umurnya dan umur ku mungkin tak jauh berbeda, lagipula aku juga mahasiswa yang baru saja menjalani semester 3, mungkin saja hanya beda setahun.

Setelah dari ruang dosen tersebut, aku pun berniat untuk pulang namun aku bertemu lagi dengan pria itu di parkiran kampus nya dan entah kebetulan sepeda motor miliknya dan milikku berdekatan saat di parkiran. Diapun langsung menyapa ku Kembali
"Eh kak, sudah ketemu bapak Respati nya?" Tanyanya kepadaku.
"Maaf sebelumnya, berhenti memanggil saya kakak, karena saya rasa umur saya belum begitu tua!" Tegasku.
"Oh ya? Kalau begitu bolehkah aku tau berapa umurmu? Dan sekaligus mengetahui yang lain.!" Katanya tersenyum.
"Maaf, mengetahui yang lain apa maksudnya?" Tanya ku heran.
"Yah berkenalan" balasnya dengan senyum lebar.
"Maaf saya tidak punya waktu dan harus pulang" tegasku lagi sambil mestarter sepeda motorku dan bersiap untuk pergi. Namun ia tak membiarkanku pergi dan menghalangiku dengan berdiri dan menahan tepat di depanku. Akupun risih kemudian meneriaki nya
"Bisa minggir tidak? Saya mau pulang!" Pintaku dengan nada yang agak lantang, untung saja saat itu di parkiran kampus nya sedang sepi.
"Jangan pergi sebelum kita berkenalan, jika aku ingin mengenal seseorang pasti aku akan berusaha bagaimana pun caranya!" Katanya sambil menaikkan alis kirinya kepadaku.
"Tapi saya buru buru, saya mohon saya ingin pulang" balas ku lagi.
"Oh atau begini saja, beri aku nomor telepon, username Facebook kamu, atau nomor WhatsApp!? Dengan begitu aku akan membiarkan pulang dan minggir dari sini" katanya sambil menaikkan kedua alisnya kini. Akupun semakin risih dan mencoba membunyikan klakson dengan keras namun itu tak membuatnya akan minggir. Dan pada akhirnya akupun menyerah dan memberi tahu username Facebookku, alih alih ada banyak username yang sama denganku dan juga kalaupun ia menemukan username nya aku tidak akan mengkonfirmasi permintaan pertemanan nya
"Baiklah, kuberi tau username Facebookku, dan berjanjilah untuk minggir setelah kuberi tahu!" Pinta ku.
"Baiklah setuju, sebutkan saja!" Katanya yang tak berhenti tersenyum.
"Username nya Yogi Kurniawan, tolong minggir lah!" Pintaku lagi. Dan akhirnya ia pun minggir sehingga aku dengan cepat menarik gas motorku dan segera pergi kudengar ia berteriak dari belakang menyuruh aku mengkonfirmasi permintaan pertemanannya namun aku tak perduli dan akhirnya keluar dari sana.

Setelah aku tiba di kamarku dan beristirahat, tak sengaja aku membuka Facebookku, dan memang benar dia menemukan username ku dan memberiku sebuah permintaan pertemanan dan disitulah aku mengetahui namanya. "Fadli Syahar" namanya, pria aneh yang entah kenapa aku bisa mengenalnya dan pada akhirnya nanti menerima cintanya. Awalnya tadi kukira ia hanya iseng seperti pria lain yang biasanya hanya bercanda padaku sebab sifat ku sebagai gay. Namun ternyata tidak, dia mengetahui bahwa kami sama, hanya saja dia lebih maskulin dan memang adalah lawan dari sifatku yang mungkin bisa di bilang feminim. Dan aku merasa saat pertemuan pertama ku dengannya adalah perkenalan yang tak biasa.

Mengapa Aku Gay?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang