Cinta Pertama (Part 3)

571 36 2
                                    

Setiap mentari terbit dan aku membuka mata, rasanya ada yang hilang, seperti sebuah kebahagiaan yang telah lama kurindukan namun hilang begitu saja. Iya, Abid tak pernah menemuiku lagi, dia mungkin agak sedikit kecewa dengan apa yang dikatakan ayah padanya hari itu, untuk tidak mendekatiku lagi karena aku ini memalukan. Perkataan ayah pun seperti menyayat hatiku dengan keras, sakit rasanya dikatakan seperti itu, apalagi dengan ayah sendiri. Namun aku mencoba melupakan dan memaafkan perkataan itu, sebab aku tau dia adalah Ayahku, apapun yang dilakukan olehnya aku tak pernah berusaha untuk membenci.


Rasanya hariku menjadi gelap kembali, tak semangat lagi rasanya memulai hari. Semula hariku yang sudah nampak cerah, kembali gelap gulita hanya karena fikiran buruk orang lain yang mengharuskan aku untuk menjauhi cahaya itu. Namun, aku tetap menjalani hari seperti biasa meskipun harus kembali seperti sebelumnya, dimana aku kesepian, kurang perhatian, tidak punya sahabat. Namun suatu hari akhirnya aku dapat bertemu dia lagi, aku bertemu Abid lagi. Rasanya bahagia sekali mendapatkan hal yang kebetulan seperti ini, aku bertemu dengannya di minimarket. Ia yang datang bersama ayahnya hanya duduk di depan minimarket tersebut sambil menunggu ayahnya yang mungkin sedang berbelanja di dalam. Aku yang melihatnya sontak menyuruh ibuku masuk sendiri dengan memberi alasan tak ingin masuk dan tak memberi tahu kalau Abid sedang duduk di sebelah sana.


Tak menunggu waktu lama setelah ibu masuk kedalam minimarket itu, aku langsung menghampiri Abid yang tengah duduk sendirian di sisi ujung minimarket. Akupun langsung menyapanya
"Abid, sedang apa kamu disini? Kenapa duduk sendirian?" Kataku yang sengaja berpura-pura bertanya. Ia pun sontak menoleh dan melihatku yang tiba-tiba berdiri di hadapannya. Dengan wajah yang sedikit masih terlihat kecewa yang kemudian menjawab pertanyaanku
" Tidak, aku hanya menemani ayahku yang sedang membeli sesuatu di dalam, kamu sendiri sedang apa disini? Apa Ayahmu tidak akan marah lagi jika dia melihat kita dekat seperti ini?" Katanya dengan nada menyinggung. Akupun berfikir untuk memanfaatkan waktu yang kebetulan ini untuk menjelaskan kepadanya bahwa aku tidak ingin dia menjauh sebelum dia semakin jauh, dengan cepat aku menjawabnya
"  Ayahku tidak ada disini, aku datang bersama ibuku. Abid, aku mohon jangan mencoba untuk menjauh, jujur saja aku tidak punya teman yang sangat dekat selain dirimu! Iya tidak apa-apa jika kita tidak bisa bermain di rumah, tapi setidaknya kita bisa bermain di sekolah! Kudengar hari itu kau bilang pada ayahku kita akan selalu berteman bukan?" Kataku memohon dengan wajah memelas. Dia pun mengerutkan dahinya seraya sedang memikirkan sesuatu lalu kemudian berkata
" Sebenarnya aku menjauhimu bukan karena aku benar-benar ingin menjauh, akan tetapi demi kebaikanmu, aku tak ingin ayahmu memarahimu hanya karena dia mendengar perkataan orang tentang kita, yang mereka anggap terlalu dekat dan melewati batas, padahal kita kan hanya dekat dan tak melakukan apa-apa! Aku sangat heran bagaimana bisa orang berfikir seperti itu, apa saking lemahnya dirimu yang seperti perempuan itu sehingga mereka mengganggap kita seperti sebuah pasangan?" Katanya dengan nada kecewa. Aku hanya tertunduk mendengar perkataannya, dan kemudian ia memegang kedua tangan ku sembari berkata
"Ya sudah, aku berjanji tidak akan menjauhimu lagi, dan berjanjilah tidak akan menjauhiku juga! Mungkin benar, agar tetap bisa menjadi teman kita hanya bisa bermain di sekolah saja!" Katanya dengan senyuman yang agak tipis dari senyumnya yang seperti biasa sangat lebar. Karena takut ibu melihat pegangan tangan Abid di tanganku akupun langsung melepaskannya sembari berkata
"Maaf Bid, jangan sampai ibuku melihat kita dan melaporkannya kepada ayah, aku senang kita bisa berteman kembali, kalau begitu aku kembali kesana yah, sebelum ibuku keluar" Kataku dengan nada yang terburu-buru dan kemudian berjalan kembali menuju tempat dimana aku menunggu ibuku tadi. Sembari berjalan aku menengok nya kebelakang sambil memberinya senyuman yang kemudian dibalasnya dengan senyum lebarnya. Ia kemudian bersorak kepadaku
"Hey, sampai ketemu besok yah di sekolah, aku traktir kamu makanan di kantin" lagi lagi dengan senyuman lebarnya. Aku hanya membalasnya dengan senyum sambil duduk dan menunggu ibuku keluar dari minimarket.


Jujur saja perasaan ku hari itu teramat sangat bahagia, entah kenapa. Atau mungkin karena aku yang telah jatuh cinta padanya dan tak ingin jauh darinya sehingga sebahagia ini jika aku bisa bertemu dan bermain bersamanya nya lagi? Ya mungkin seperti itulah. Aku merasa sangat beruntung bisa secara kebetulan bertemu dengannya kembali sehingga kami dapat dekat dan bermain bersama lagi seperti biasanya meskipun tidak harus bermain di rumah. Dan berkat pertemuan hari itu kami benar benar kembali dekat lagi bahkan lebih dekat dari sebelumnya. Setiap hari aku selalu menemuinya di perpustakaan sekolah, terkadang di kantin ataupun di lapangan sekolah. Tak bisa di jelaskan dengan kata-kata, meski aku kekurangan perhatian di rumah, setidaknya ada dia yang memberikan aku perhatiannya di sekolah. Kami menjalani kedekatan itu sangat lama. Sampai akhirnya aku lulus dari sekolah dan harus meninggalkan dia yang tentu saja masih harus berada di sekolah itu dalam kurun waktu 1 tahun lagi.

Mengapa Aku Gay?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang