16

213 24 3
                                    


Kebohongan adalah rahasia yang menyakitkan apapun tujuannya
Kebohongan akan tetap menggoreskan luka di hati siapapun
Mau yang berbohong ataupun yang dibohongi

---@---

Memandangi derasnya air hujan yang turun malam ini membuat Kim Bum kembali mengingat masa-masa indah sebelum anak dalam pelukannya saat ini dilahirkan. Hari dimana penuh dengan tawa dan cinta. Itu yang Kim Bum ingat dan rasakan pada saat itu.

Flashback

Hujan mulai menyelimuti ibu kota Seoul. Bulan-bulan ini memang jadwal Seoul diguyur hujan dan sepertinya volume air di langit saat ini belum berkurang sama sekali. Terbukti sudah pukul 8 malampun air hujan masih turun dengan derasnya. Pria itu terus menatap ponselnya, ia khawatir jika istrinya membutuhkan dirinya sedangkan ia masih terjebak di ruang kantornya. Saat ini  kantor hanya tempat satu-satunya yang bisa Kim Bum gunakan untuk berlindung dari derasnya air hujan.

Sudah berapa kali pria itu meminta pada Tuhan agar hujan ini cepat reda, tapi hingga pukul 10 malam curah hujan masih belum berkurang sedikitpun. Andai ia tidak lupa membawa payung yang selalu istrinya siapkan pasti ia sekarang sudah berpelukan hangat di balik selimut bersama istri tercintanya.

Bulan ini pernikahannya baru memasuki usia 6 bulan. Mobil pribadi masih belum mereka miliki dan tempat tinggal merekapun masih berstatus menyewa. Mereka benar-benar sedang menghemat dan menabung untuk masa depan keluarga kecil mereka.

"Sayang?" Suara khawatir wanita favoritnya bisa ia dengar setelah menggeser tombol hijau diponselnya.

"Hai sayang, apa kau dan bayi baik-baik saja?" Tanya Kim Bum menahan senyum senangnya.

"Kami baik-baik saja Bummah. Aku sebenernya kesal padamu yang lupa membawa payung tapi apa kau sudah makan malam?"

"Sudah sayang." Jawan Kim Bum berbohong seperti biasanya setiap kali sang istri sedang mengkhawatirkan dirinya. Ia tidak akan bisa tenang jika berkata jujur yang nantinya malah membuat istrinya semakin khawatir di rumah.

"Kau tidak berbohongkan?" Kim Bum sedikit tersedak ludahnya sendiri saat istrinya meragukan jawabannya. Sepertinya istrinya memiliki insting yang kuat, tapi memang faktakan jika para istri memiliki radar tersendiri untuk mendapatkan sinyal kapan suaminya berbohong dan kapan berkata jujur.

"Masih ada beberapa ramen instant disini sayang. Kau tak perlu mengkhawatirkanku."

"Ini sudah malam, hujan masih turun deras dan buspun sudah tidak ada yang beroperasi.
Bagaimana aku tidak mengkhawatirkanmu. Apa disana kau memiliki selimut tebal atau pakaian hangat Bum?" Lagi Kim Bum hanya bisa menahan senyumnya ketika mendengar suara istrinya yang sedang mengkhawatirkannya.

"Ada So Eunku sayang. Kau tenang saja, perlengkapan tidurku lengkap jika aku terpaksa menginap malam ini."

Kim Bum senang setiap istrinya cerewet mengenai hal tentangnya karena itu lebih baik dibandingkan istrinya yang tiba-tiba mendiaminya dan tidak menghiraukannya seperti seminggu yang lalu.

Minggu lalu ia melakukan keteledoran yang membuat So Eun marah. Padahal menurut Kim Bum itu bukanlah suatu masalah besar. Ia hanya lupa menutup kembali pintu lemari dan istrinya langsung mogok bicara selama 3 hari. Para orang tua pun hanya meminta Kim Bum untuk lebih sabar menghadapi So Eun yang sedang mengalami perubahan mood derastis karena itu adalah hal yang wajar terjadi pada wanita hamil.

"Kau tahukan jika aku belum benar-benar bisa tidur sebelum aku yakin kau baik-baik saja?"

"Hahaha. Tentu aku tahu sayang, tidurlah. Aku akan menemanimu. Ini sudah terlalu malam untuk kalian. Kasihan adik bayi, dia sudah ingin beristirahat bersama eommanya."

This Love Is Our DestinyWhere stories live. Discover now