Serapi apapun rencana yang sudah dibuat
Sebaik apapun rencana itu diatur
Seberusaha apupun untuk mendapatkan keberhasilan dari rencana itu...Semua akan sia-sia jika Tuhan tidak mengijinkannya
Maka dari itu..
Jangan terlalu fokus berusaha sehingga hubunganmu dengan Tuhan terputus
Iringi setiap langkah yang kau jalani dengan berdoa
Memohon kepadaNya----@----
Terhitung sudah 4 hari Kim Bum membawa Ye Joon pergi menghindari So Eun, bahkan hampir dari semua orang yang pria itu kenal. Sementara ini Yong Hwa yang ia berikan tanggung jawab untuk menangani urusan perusahaan. Kim Bum hanya beralasan pada sekertarisnya jika pria itu ingin mengambil jatah cuti untuk menghabiskan waktu bersama buah hatinya.
Selama ini pun So Eun hanya mengurung diri di kamarnya. Kejadian 4 hari yang lalu benar-benar membuatnya sedih dan tidak ingin melakukan aktivitas sibuknya seperti biasa. Sekarang yang wanita itu lakukan hanya mengurung diri dan terus menghubungi nomer ponsel Kim Bum setiap waktu.
So Eun memiliki firasat buruk waktu itu dan ternyata benar dengan kosongnya ruang inap Ye Joon. Melihat tidak ada orang di ruang inap Ye Joon serta perlengkapan kamar yang sudah tertata rapi di pagi hari itu membuat So Eun langsung meneteskan air matanya. Seketika Ia berbalik keluar ruangan itu lalu berlari menghampiri semua sudut di rumah sakit dengan air mata yang terus berjatuhan. Ia hanya berdoa semoga masih ada harapan untuknya bertemu dengan Kim Bum dan Ye Joon namun doanya hanyalah angan-angan saja.
Suasana kosong So Eun dapatkan kembali saat ia datang kerumah bercat putih yang rimbun dengan pepohonan itu. Rumah itu kosong. Rumah yang menjadi tempat tinggalnya selama sebulan terakhir itu sudah tidak berpenghuni, begitu pula dengan barang-barang yang ada di rumah itu juga sudah tidak ada. So Eun hanya menemukan barang-barang miliknya yang sudah di kemas rapi di dalam kerdus dan koper milik So Eun sendiri. Sesuai dengan pesan yang Kim Bum kirimkan jika pria itu sudah mengemas barang So Eun. Semakin hancur hati So Eun pada hari itu.
Kehancuran hatinya semakin bertambah dengan kedatangan Yoona ke rumahnya di sore hari. Wanita itu bertujuan menyampaikan titipan dari Kim Bum. Titipan itu berupa satu amplop cokelat besar berisi gaji So Eun serta surat yang Kim Bum tuliskan untuk So Eun. Kim Bum sengaja mentitipkan barang itu pada satpam rumah Yoona tanpa sepengetahuan pemilik rumah.
"Noona." Panggil Seok Jin dari luar kamar milik So Eun.
Masih hening tanpa jawaban. Seok Jin mencoba membuka pintu di depannya yang ternyata tidak terkunci. Ia masuk ke dalam kamar itu sambil membawa nampan berisi semangkuk sup dan segelas air putih untuk So Eun.
Sang pemilik kamar hanya menatap kosong ke arah layar ponsel yang gelap. Ia berharap ponselnya menyala dan muncul nama Kim Bum yang menghubunginya. Disamping ponsel itu juga terdapat surat yang Kim Bum tuliskan untuknya.
"Aku bawakan sup." Seok Jin sangat hafal dengan kebiasaan So Eun ini. Setiap sang kakak perempuannya sedang dalam suasana hati yang buruk atau sakit, maka sup adalah satu-satunya makanan yang dapat kakaknya konsumsi.
So Eun hanya menatap ke arah adiknya sekilas lalu memfokuskan kembali pandangannya pada ponsel yang ia letakkan dihadapannya.
"Jangan lupa habiskan supnya. Aku harus pergi dulu. Jika kau membutuhkan sesuatu, hubungi aku segera." Pamit Seok Jin sebelum ia benar-benar hilang dari balik pintu kamar So Eun.
Pagi sudah berganti malam dan bulan berganti kembali ke matahari tapi situasi ini masih tetap sama. Diam ditempat dan tidak ada perkembangan sama sekali. Kim Bum dan Ye Joon masih menghilang tanpa kabar dan So Eun masih nyaman mengurung diri di kamarnya.
YOU ARE READING
This Love Is Our Destiny
RomansaIni bukan hanya tentang kesetian, tapi ini masalah takdir. Takdir dalam cinta kita, jika kau memang untukku. -Kim Bum Aku tahu jika kau memang takdirku, terbuktikan dari semua yang telah kita lalui. Jika aku dan kamu memang diciptakan untuk bersama...