Aku yang sakit bukan berarti mereka sedih
Aku yang tersakiti bukan berarti mereka prihatin
Aku yang lelah bukan berarti mereka lemah
Hanya aku yang merasakan ini semua
Meskipun aku masih belum mengerti mengapa ini semua bisa terjadi
----@----
Langit biru bersih tanpa awan itu tidak berhasil menciptakan bayangan awan berjalan seperti hari biasanya. Cuaca panas hasil dari sinar terang matahari menjadi tanda jika hari semakin siang. Restoran Jepang yang terletak di daerah Myeongdong itu juga terlihat sesak penuh dengan pengunjung yang sibuk menikmati waktu makan siang mereka.
Diantara banyaknya pengunjung, ada satu meja yang masih kosong tanpa makanan meski sudah terisi 4 orang yang duduk saling berhadapan.
Terlalu ramai pengunjung disertai teriakan suara pelayan setiap ada pengunjung datang membuat mereka berempat tidak menyadari kehadiran seseorang.
"Dimana Hae Kyung?" Tanpa memberikan salam, Park Min Ji langsung menanyakan keberadaan Hae Kyung yang seharusnya juga berada diantara mereka.
"Di sekolah Ye Joon." Ucap santai pria yang berumur paling tua diantara mereka semua.
"Ha? Kenapa appa biarkan dia kesana seorang diri? Ini belum waktunya." Min Ji dengan kekesalannya langsung meninggalkan tempat itu. Ia sudah lelah menghadapi kebaikan ayahnya yang disalah artikan oleh Hae Kyung.
Berbeda dengan wajah santai Park Ki Woong yang masih bisa memanggil pelayan setelah kepergian Min Ji. Kim Bum, Min Young dan Jae Wook langsung menunjukkan wajah saling terkejut mereka saat mendengarkan nama Hae Kyung disebutkan serta keberadaan wanita tersebut. Mereka tidak tahu mengenai keberadaan wanita itu di Korea.
"Kalian mau pesan apa?" Suara Park Ki Wong membuyarkan keterkejutan mereka.
----@----
"Senang sekali jika kelas sudah berakhir." Suara cempreng Yerim langsung memenuhi seluruh sudut ruangan yang baru saja mereka masuki.
"Tapi sedih jika aku harus pulang kerumah." Suara cempreng menggelegar itu mulai melemah saat si pemilik mendudukan badannya di atas kursi empuk dekat pintu masuk dan keluar ruangan tersebut.
"Membantu orang tua itu tempat ladang pahala Yerim." Seohyun yang berdiri di dekat Yerim ikut menimpali dumelan anak muda itu.
"Jika hanya membantu tanpa menjodohkan diriku ke setiap pelanggan lelaki muda yang datang ke kedai ibuku, aku tidak akan keberatan eonni." Hembusan kesal bisa So Eun dan Seohyun tangkap keluar dari hidung mungil milik Yerim.
"Kau dijodohkan?" Ujar So Eun penasaran.
"Iya begitulah. Ibuku terlalu gampang termakan omongan tetanggaku." Lanjut gadis muda berambut sedikit cokelat kemerahan itu.
"Memang apa yang mereka katakan?" Sambil memasukkan barangnya ke dalam tas, Seohyun masih terus menanggapi dumelan Yerim.
"Kata mereka aku adalah seorang penyuka sesama jenis..." Belum selesai Yerim menyelesaikan kalimatnya, So Eun dan Seohyun langsung berlari mendekati Yerim.
"Kenapa bisa?" Ucap Seohyun dan So Eun serempak saat mereka sudah berdiri di hadapan Yerim.
"Karna mereka tidak pernah melihatku jalan bersama pria. Padahal aku ini normal. Mereka saja yang tidak tahu tentang pria yang ku sukai...meskipun hubungan kami ini sulit"
YOU ARE READING
This Love Is Our Destiny
RomanceIni bukan hanya tentang kesetian, tapi ini masalah takdir. Takdir dalam cinta kita, jika kau memang untukku. -Kim Bum Aku tahu jika kau memang takdirku, terbuktikan dari semua yang telah kita lalui. Jika aku dan kamu memang diciptakan untuk bersama...