6

555 56 8
                                    

Cinta harus diperjuangankan
Jika memang saling mencintai
Harus sama-sama berjuang karena
Burung tidak akan bisa terbang
Jika ia hanya punya satu sayap
Sama seperti cinta
Jika hanya satu orang yang berjuang
Maka cinta hanyalah sebuah kata yang tak bermakna.

---@---

"Kim Bum kau tidak bisa diam seperti ini. Ini sudah lebih dari satu minggu." Kim Nam Joo membuka pintu kamar Kim Bum tanpa ijin. Kesabaran ibu sepupunya sudah dipuncak batas kesabaran perempuan itu. Melihat Kim bum yang tidak melakukan apapun untuk mengambil Ye Joon dari tangan lelaki tua itu sudah membuat dia naik darah.

Keponakannya ini cukup rapuh jika harus berhadapan atau berurusan dengan lelaki itu. Ia sangat khawatir dengan cucu satu-satunya tersebut, terlebih lagi Ye Joon sekarang bersama dengan orang yang tidak bisa ia percayai lagi.

"Biarkan Ye Joon bersama dengan kakeknya. Ahjumma, Ia juga punya hak untuk bersama dengan Ye Joon." Terdengar sekali jika nada yang Kim Bum keluarkan hanya nada keputusasaan dalam menghadapi lelaki tua itu.

"KIM BUM dia bukan kakek kandung Ye Joon. Dengarkan aku Kim Bum, meskipun ia pernah menyelamatkan hidupmu sekali, bukan berarti kau berhutang budi seumur hidup kepadanya."

"Tapi, dia ayah istriku." Jawab Kim Bum lirih

"Ayah istrimu? Jika memanga dia ayah istrimu, temui dia sekarang juga! Tidak ada seorang ayah yang mematikan kebahagiaan anaknya."

"Ini adalah peringatan terakhirku Kim Bum. Jika kau tidak melakukan apapun untuk mengambil cucuku. Aku yang akan bertindak." Dengan kekesalan yang menumpuk, Nam Joo keluar dari kamar Kim Bum dengan membanting pintu kamar Kim Bum sangat kencang.

Sedangkan Myungsoo yang menjadi penonton hanya bisa diam melihat amarah eommanya dari luar kamar Kim Bum.

"Hyung, bolehkah aku masuk?" Dengan sopan Myungsoo mengetuk pintu kamar Kim Bum meminta ijin untuk masuk. Tidak mendapat jawaban, dengan kepercayaan dirinya Myungsoo memutuskan untuk masuk ke kamar Kim Bum.

"Kau juga ingin memarahiku? Lucu ya aku. Orang-orang yang bukan orang tua kandung Ye Joon lebih mengkhawatirkan Ye Joon lebih dari aku, yang jelas - jelas adalah ayah kangdungnya. Apa anakku seberharga itu untuk kalian?" Tanpa mengalihkan pandangannya, Kim Bum berucap saat Myungsoo berjalan mendekati kasur dikamarnya.

"Hyung, Ye Joon adalah berkah bagi kami. Apa kau lupa saat eomma tahu istrimu mengandung Ye Joon? Bagaimana eomma sangat merawat dan memperhatikan kehamilan istrimu?."

"Aku tak mungkin lupa saat-saat bahagia itu Myungsoo. Karena kebahagianku hanya disaat ia di sampingku. Disaat aku menikahinya, disaat masa kehamilannya, dan sampai ia melahirkan Ye Joon, setelah itu...aku tak bisa bilang jika aku memiliki kebahagian."

Jawaban Kim Bum berhasil membuat Myungsoo berfikir keras untuk memahami kalimatnya. Karena jika Kim Bum mengucapkan kebahagiannya hanya sampai dimasa istrinya melahirkan Ye Joon, berarti hingga saat ini Ye Joon bukan kebahagian bagi Kim Bum.

"Istriku sudah teralalu banyak berkorban untuk ku dan Ye joon. Ye joon akan selalu menjadi kebahagian kami,  tapi apa pantas aku bahagia diatas penderitaan istriku? Kau taukan apa yang terjadi setelah ia melahirkan Ye Joon? Istriku harus mengorbankan dirinya lagi untuk kebahagian kami. Aku takut jika ia harus berkorban lagi. Jadi biarkan saat ini aku yang mengorbankan hidupku untuk mereka."

Kim Bum berjalan kearah balkon memandang birunya langit pagi hari ini. Hanya hal itu yang bisa Kim Bum lakukan beberapa hari terakhir ini setiap paginya. Ye Joon dan istrinya adalah sumber kebahagian yang telah diambil. Apa lagi yang bisa ia lakukan untuk melanjutkan hidup.

This Love Is Our DestinyWhere stories live. Discover now