Sore ini, Thalia mengayuh sepedanya menuju mall tempatnya bekerja dengan bernyanyi. Sepedanya memang sudah benar sejak tadi malam, sepulang diantar Gibran ia langsung membenarkannya.
Segera setelah Thalia sampai, ia memulai tugasnya mengepel. Beberapa saat kemudian, ia terdiam melamun. Hanya sebulan, dan gajinya di dua tempat ini hanya seberapa. Bagaimana caranya untuk melunasi hutangnya?
Brak
Thalia tersentak terkejut, "LO LAGI?!" teriak seorang cewek yang kemarin juga menendang bak pelnya.
"Sumpah ya! Lo tuh bisa kerja nggak sih?!" Teriak cewek itu emosi. "mana nih staf di sini?! Tanggung jawab!"
Seorang wanita, atasan Thalia berjalan mendekat di antara beberapa orang yang menatap Thalia dan cewek tadi. "Iya kak? Maaf ada apa ya?"
"Ini nih, dia kerja nggak bener. Udah dua kali loh gue kena tumpahan bak pel dia. Kalo ngga bisa kerja kaya gini mending pecat aja, bikin pengunjung ngga nyaman!" Ucapnya panjang, Thalia sontak mendongak. "Jangan bu, maaf. Saya ngga tau, tadi baknya udah saya taruh di tempat yang ngga banyak orang lewat kok!"
"Oh jadi lo nuduh gue sengaja tendang nih bak-" gadis itu menendang bak pel Thalia, Thalia menunduk merasa celananya basah. "Buat bikin lo dalam masalah? Iya?!"
Beberapa orang yang melihatnya langsung mencibir gadis di depan Thalia yang tak punya sopan santun. "Mbak, jaga sopan santunnya ya. Sama sesama manusia kok ngga ada adab kaya gitu." Seorang ibu yang baru saja lewat menyaksikan mereka langsung menegur gadis di depan Thalia. Yang lain langsung mengiyakan ucapan ibu tadi karena tindakan salah gadis itu yang sangat tak bermoral.
"Diem!" Bentak gadis itu menatap sekitar, ia merasa di permalukan. Padahal niatnya mau bikin malu Thalia karena kemarin ia buru-buru mengejar Gibran.
"Pokoknya suruh dia tanggung jawab! Pecat aja kalo perlu!" Thalia langsung melebarkan matanya, "bu-"
"Maaf ya Thalia, karena kamu udah melakukan kesalahan dua kali. Kamu saya pecat, maaf ya?" Ucap atasan Thalia membuat Thalia langsung lemas. "Tapi bu-"
"Thalia, kamu bisa cari pekerjaan lain." Orang-orang yang melihatnya tampak tak terima karena kasihan pada Thalia.
"Gimana sih bu? Saya lihat loh tadi ini mbak-mbaknya emang sengaja nendang bak pel itu." Ucap seorang gadis yang berdiri menyaksikan.
Atasan Thalia hanya menunduk, "maafkan ketidak nyamanan ini ya pak bu, semuanya boleh membubarkan diri lalu melanjutkan berbelanja."
Thalia menunduk, ia lalu membawa bak pelnya menjauh dengan air mata yang menggenang. Gadis di depan Thalia tadi tersenyum puas.
"Gila sih calon tunangan lo Gib." Rasyid mengemut permen tusuknya menatap ke arah Thalia yang menjauh ke arah berlawanan. Rasyid dan Gibran memang sedang di mall yang sama karena tadi Rasyid meminta di temani membeli sepatu. Gibran memasukkan tangan ke saku hoodienya.
"Ngga sudi gue punya tunangan kaya lonte gitu." Balas Gibran, ia melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti memerhatikan drama yang dibuat Sandra bersama Rasyid.
///
Thalia menangis disudut gudang penyimpanan mall. Sedari tadi ia berusaha menetralkan tangis dan isaknya tapi tidak bisa kala bayangan-bayangan kejadian tadi berputar bak kaset rusak di kepalanya. Itu masih terlalu menyebalkan. Kenapa orang-orang seperti Thalia terus tertindas?
"Aku harus cari kerja dimana lagi buat uang segitu." Ucap Thalia bergetar, ia tak mendapatkan gajinya karena baru masuk beberapa hari sedang dia membuat kesalahan. Thalia menangis tak tau harus bagaimana lagi, rasanya ia ingin menyerah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me (On Going)
Teen Fiction⛔Mengandung banyak kata kasar dan kekerasan⛔ "Berapa yang lo butuhin?" Thalia meremas tangannya gugup, tak berani mendongak untuk menatap Gibran yang sedang duduk bak boss besar di depannya. "Du-dua puluh- j-juta." Kata Thalia pada akhirnya dengan...