Gue emang ngga suka senja yang merindukan, tapi gue suka jingga yang indah menghanyutkan.
///
"Mbak cantikkk, namanya siapa?" Bambang mendekat ke arah Rasyid dan Tara. Tara mendongak sambil mengerjapkan matanya, "oh, Tara." Gadis itu mengulurkan tangannya ramah. Rasyid mendengus tak percaya.
"Utututututu, manis banget sih mbak Tara jadi pengen melihara." Ucap Bambang sambil membuat gestur mencubit pipi Tara dengan wajah gemas. Anak Asteroid yang melihatnya sontak memutar bola mata malas. Tara tertawa kecil.
"Lo pikir kucing dipelihara?"
"Dipelihara, dirawat, jadiin tuan putrilah. Kalo lo mah dipelihara jadi anjing buat jagain rumah." Jawab Bambang asal, Altha sontak melempar sandalnya. Dengan semangat Bambang langsung mengambil sandal Altha yang terlempar jauh.
"Bwahahahahaha, kena lendut su, kotor su!" Bambang mengambil sandal Altha yang kini sudah kotor terkena tanah liat yang becek. Anak Asteroid sontak ikut tertawa.
(Tanah liat.)"BAJENGGG SANDAL BARU GUA!" Altha langsung berlari menuju Bambang mengambil sandal andonya yang baru ia beli saat akan ke markas.
Bambang tertawa, "ini nih, cocok buat Rasyid sama si Tara. Ini Rasyid," Bambang mengangkat sandal Altha yang kotor, buluk, lalu menunjuk sandal sebelahnya yang masih bersih di pakai Altha, "nah itu Tara."
Anak Asteroid kembali tertawa mendengar jokes receh Bambang. "BALIIN SANDAL GUA BAMBANG!"
"Kaga mau, udah lo buang juga masa di pungut lagi. Pamali loh," Bambang menunjuk Altha dengan menyipitkan mata, yang kini menatapnya datar.
"Yok, cari angin." Gibran tiba-tiba berdiri sambil memasukkan ponselnya ke celana cream selulutnya.
"Yok!" Sorak anak Asteroid, beberapa mengambil sajamnya dan menaiki motor mereka.
Bambang sontak melempar sandal Altha keluar markas tanpa dosa saat cowok itu mendekat, "JANCOK BAMBANG!"
Tara mengerjapkan mata, ia beralih pada Rasyid yang kini tengah memakai jaketnya. "Gue anter pulang." Ucap Rasyid tanpa ekspresi, ia meraih tangan Tara untuk berdiri. Tara menahan tangan Rasyid saat cowok itu akan melangkah, Rasyid menoleh, menaikkan sebelah alisnya.
"Kita ikutan cari angin aja." Pinta Tara, Rasyid kembali menaikkan sebelah alisnya ia lalu tersenyum miring. "Yakin lo?" Tara langsung mengangguk antusias.
///
Thalia sudah akan menutup cafenya kala seorang pemuda berkaos hitam turun dari mobilnya yang terparkir di depan cafe. Thalia mengerutkan kening. "Loh, Risang?"
Risang tersenyum kecil berjalan mendekat, "udah tutup?" Tanyanya menunjuk cafe dengan dagu.
Thalia ikut menatap cafe di belakangnya, "eh, iya. Kamu telat sih." "Emang mau beli apaan?" Lanjut Thalia.
"Biasa, gue pulang latihan jadi kemaleman." Thalia hanya mengangguk tanpa banyak berucap. "Besok aja, kesini lagi."
Risang mengangguk, tangannya ia letakkan di saku celana. "Tinggal lo sendiri?" Thalia mengangguk, "yang lain udah pada duluan, aku dapet jadwal nutup."
"Pulang sendiri? Ngga takut lo?" Risang menatap Thalia dari atas sampai bawah dengan pandangan tak meyakinkan. "Ngga lah, udah biasa. Paling ketemu geng motor aja, terus sembunyi hehe," jelas Thalia nyengir. Risang menaikkan sebelah alisnya, lalu ia mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me (On Going)
Jugendliteratur⛔Mengandung banyak kata kasar dan kekerasan⛔ "Berapa yang lo butuhin?" Thalia meremas tangannya gugup, tak berani mendongak untuk menatap Gibran yang sedang duduk bak boss besar di depannya. "Du-dua puluh- j-juta." Kata Thalia pada akhirnya dengan...