Setelah rangkaian acara pernikahan mereka yang berlangsung meriah seminggu yang lalu, Chan sudah memulai rutinitas barunya di perusahaan milik Bimo.
Keahlian pria itu dalam memikat para kolega, membuatnya berada di posisi CEO. Sebenatnya, pria itu merasa tidak enak dengan pekerja yang lain. Pasalnya, ia baru saja bergabung namun langsung berada di posisi itu.
Bulan, gadis yang diminta untuk berhenti bekerja oleh Bimo dan Chan, dengan keras kepala menolak hal tersebut.
Akhirnya, kedua pria tersebut memilih untuk mengalah kepada gadis itu.
Hari ini, Chan terpaksa untuk makan siang di kantin yang ada di kantor. Pasalnya, Bulan pergi ke kantor pagi-pagi sekali, sampai-sampai gadis itu tidak sempat membuatkan bekal makan siang untuk Chan.
Bukan ingin menyusahkan istrinya, hanya saja pria itu khawatir dengan cara bicaranya yang terdengar aneh untuk orang-orang disekitarnya.
Walau masih ragu, Chan melangkahkan kakinya menuju kantin. Beruntung, Bimo juga hendak pergi ke sana.
Seulas senyum tipis, ia berikan kepada para pegawai yang menyapanya.
Pria itu sebenarnya bingung ingin berucap apa ketika masuk, makanya hanya seulas senyum tipis yang ia tampilkan.
"Permisi, bapak ingin makan apa? Biar saya ambilkan," kata seornag pegawai wanita dengan pakaian serba terbukanya, yang membuat Chan mengingat Lilian.
Pria itu mendengus kemudian menatap tajam wanita tadi.
"Saya tidak butuh bantuan anda, nona," jawabnya dengan nada dingin.
Kehadiran Bimo, dengan rahang yang mengeras membuat wanita itu pergi dari sana.
Chan menatap sekertarisnya, Heri dengan mata yang mengisyaratkan agar pria itu mendekat.
"Maafkan aku, Bim. Tapi, aku harus melakukan ini," katanya yang membuat Bimo mengangguk paham.
"Heri, pastikan semua pegawai yang bekerja dan harus bertatap muka langsung denganku adalah pria. Aku tidak ingin ada wanita, apalagi yang seperti tadi, lakukan dengan cepat!" titahnya yang membuat Heri begidik. Sedangkan Bimo tersenyum senang.
Chan bukanlah pria yang akan tergoda dengan wanita seperti tadi, pria itu bahkan melakukan hal yang membuatnya kaget."Oh ya, hari ini kamu bakalan meeting dengan Brenda di perusahaan mereka. Pastikan untuk menjaga Bulan di sana, karna Brenda sangat licik, Chan," jelas Bimo, lalu menyeruput secangkit kopi miliknya.
"Brenda? Sepertinya nama itu tidak asing. Apa yang dia inginkan?" tanya Cham yang sudah selesai dengan makan siangnya.
Bimo tersenyum sebelum meletakkan cangkirnya di atas meja. Adik iparnya ini sangat cerdas dan tidak banyak embel-embel, benar-benar membuatnya kagum dan bangga.
"Dia dulunya adalah wanita yang akan dijodohkan denganku, namun aku menolak perjodohan tersebut kara akan menikah dengan Bianca. Ia menerimanya dengan syarat Bulan, harus bekerja dengannya. Kukira itu biasa saja, mengingat dia sudah lumayan akrab dengan Bulan. Namun, ternyata ia menjadikan Bulan sebagai tempat untuk melampiaskan segalanya, mulai dari membuatnya lembur, hingga menyuruh pegawainya yang lain untuk melecehkan Bulan–" jelas Bimo yang harus terpotong oleh amarah Chan.
"APA?!" katanya sambil menatap Bimo dengan penuh amarah. Ia benar-benar khawatir akan istrinya. Hingga tanpa sadar, kelakuannya membuat seluruh penghuni kantin menatap ke arah mereka.
Beruntung, tatapan nyalang Bimo membuat mereka kembali melanjutkan aktivitas mereka.
"Tenanglah Chan! kau tidak ingin menjadin pusat perhatian bukan?" kata Bimo sambil menatap Chan yang sepertinya sudah sadar akan perbuatannya.
Chan hanya mengangguk sebagai jawaban, pria itu memutuskan untuk kembali menyimak penjelasan Bimo, dengan menahan amarahnya.
"Beruntung, aku punya orang suruhan yang juga bekerja di sana. Dialah yang menyelamatkan Bulan, malam itu. Brenda terlalu berbahaya untuk Bulan, tapi lebih sulit lagi membuat Bulan berhenti bekerja di perusahaan itu. Karna, ia masih dalam kontrak percobaan yang berlangsung selama enam bulan, ia harus bekerja minimal tiga setengah bulan lagi, untuk mengajukan surat pengunduran diri. Jangan terlalu mencolok, cukup pastikan kalau Bulan tidak dalam masalah," tambah Bimo yang membuat Chan mengangguk.
Seandainya ia bisa, pasti sudah ia bunuh gadia bernama Brenda itu. Mendengar cerita Bimo, sungguh membuat amarah pria itu membara.
"Pak, kita harus berangkat untuk meeting sekarang," ujar Heri yang baru saja tiba di sana, lengkap dengan berkas-berkas yang ada di tangannya.
Chan mengangguk kemudian beranjak untuk berdiri. Bimo menepuk dua kali pundak pria itu, kemudian berlalu dari hadapan Chan.
Sedangkan Chan, pria itu berjalan mengikuti Heri ke mobil, dengan aura dingin yang terpancar jelas di wajahnya."Jelaskan tentang Brenda dan perusahaannya!" titahnya, begitu mobil baru saja melaju meninggalkan gedung perusahaan.
"Baik, Brenda adalah CEO dari Blessed Entertaiment, perusahaan hiburan yang menghadirkan berbagai bintang terkenal, baik itu film, model dan iklan. Perusahaan mereka sudah bekerja sama kurang lebih dua tahun dengan perusahaan kita, sejauh ini kerja sama tersebut terbilang lumayan baik. Kali ini, mereka mengajak perusahaan kita untuk bekerja sama dalam pembuatan film. Mengingat, perusahaan kita juga berada dalam bidang yang sama. Itu saja," jelasnya, yang membuat Chan mengangguk paham.
Pria itu sedang mencoba mencari sesuatu yang aneh dengan kerja sama ini, apalagi Brenda bukan orang yang aman bagi Bulan.
Memikirkan itu membuatnya pusing, pria itu memilih untuk membaca berkas yang sebentar akan mereka bahas dalam meeting.
Tidak begitu lama, Chan sudah memasuki perusahaan milik Brenda, pria itu ditemani oleh Heri yang berjalan di sampingnya.
Tatapan kagum para kaum hawa adalah hal pertama yang ia dapatkan begitu menyusuri lobi.
Tanpa mempedulikan hal tersebut, ia bergegas masuk ke dalam lift yang akan membawanya ke ruang rapat.
Ia masih belum menemukan keanehan saat sudah duduk di ruang rapat tersebut. Hingga kedatangan seorang office boy yang membawakan beberapa cangkir kopi panas, membuat perhatiannya teralihkan ke arah pintu.
Pasalnya dengan sangat sengaja, pria itu menyenggol Bulan yang hendak masuk ke dalam ruang rapat, sehingga kopi panas tersebut membasahi paha gadis itu.
Chan hendak berdiri, namun ditahan oleh Heri. Ia masih CEO baru, tentunya akan sangat membingungkan jika tiba-tiba saja ia menghajar pria bodoh itu.
Hingga akhirnya, kesabaran Chan habis. Amarahnya meledak ketika melihat tangan priabitu dengan lancang dan sengaja mengelus paha Bulan yang terekspos.
"Bajingan!" bentaknya sambil bangun dengan kasar dari dudukannya.
Bugh
Bugh
Bugh
Tiga bogeman mendarat di perut, bibir serta pipi pria itu. Membuat Bulan yang sedang kesakitan akibat tersiram kopi panas kaget.
Jujur saja, gadis itu sama sekali tidak menyadari bahwa OB tadi ingin melakukan hal aneh padanya, ia merasa sangat perih di pahanya yag sudah memerah akibat tersiram kopi panas.
Ditambah lagi, kehadiran Chan di sana, membuatnya was-was jika Brenda melakukan hal aneh terhadap pria itu.
***
Annyeong, update again😍
Hope you enjoy and don't forget to give this part vote and coment ya
See you next update😘
KAMU SEDANG MEMBACA
MOON ~ In The Darkness (END)
FantasyDia yang tak pernah lelah menerangi kami sepanjang malam. Dia yang tetap setia, walau kadang bentuknya tak sempurna, Dia yang membuatku mengerti akan sisi lain, selain kegelapan