Chan, Arche, Ian dan Jupiter bergegas menuju ke lantai dua. Ketiga pria itu baru saja selesai membaca surat berisi pemberitahuan peperangan. Dan sialnya, keluarga Lim—keluarga Lilian dan Will—lah yang menantang mereka.
Ketika para anak buah tengah sibuk menyiapkan the black costum yang akan mereka kenakan besok, Chan malah mengunci kamarnya. Pria itu kemudian berlari tergesa-gesa menuju lemari pakaiannya yang sudah dimasuki oleh ketiga pria paruh baya tadi—Arche, Jupiter dan Ian.
Dengan lantang dan sedikit tergesa-gesa, Chan membacakan kata kuncinya. Mereka kemudian masuk setelah cahaya terang nampak di hadapan mereka.
Bulan berlari ke arah Chan. Wanita itu langsung memeluk erat sang suami, hal yang sama juga dilakukan oleh pria itu.
Sedangkan Arche, Jupiter dan Ian, mereka tengah duduk di sofa untuk membicarakan perihal peperangan dengan para wanita.
"Lilian pasti tidak terima atas batalnya pernikahan kalian, selain itu, Will juga kesal denganmu Chan. Ia dikeluarkan dari seleksi karna menembakmu, dan batal menjadi jendral. Mereka terlalu berambisi dan terus memata-matai kita, Chan. Daren Lim, kakek Lilian dialah dalangnya. Ia membenciku dan Ian yang tersesat saat belajar cakra terakhir dan karena kami adalah orang terakhir yang menguasai serta mempelajari cakra. Sedangkan anak-anaknya, ayah Lilian dan Will, mereka tidak dapat mempelajarinya, dialah yang memerintahkan anak buahnya untuk menyerang kita semalam sekaligus memberikan surat peperangan itu," jelas Arche yang membuat Chan marah, tatapannya menajam serta rahangnya yang mengeras.
"Tetaplah di sini sampai peperangan selesai, kami akan kembali untuk menjemput kalian setelah memastikan semuanya baik-baik saja," kata Arche yang membuat Cate, Kelly dan Bunga mengangguk pasrah, protespun tidak ada gunanya.
Bulan nampak tidak ingin menjawab, wajahnya mengisyaratkan kekhawatiran, tangannya terus menggenggam erat tangan suaminya seolah tidak ingin membiarkan pria itu pergi.
"Aku akan ikut ayah, aku bisa membantu kalian, aku tidak ingin di sini. Tolong biarkan aku ikut," pinta Luna dengan wajah memelasnya.
Arche menggeleng dengan yakin, Luna memang pemanah yang hebat, namun membawanya hanya akan mempersulit mereka, karena bisa saja mereka menjadikan gadis itu tawanan.
Sedangkan Chan, pria itu menatap adiknya yang juga menatapnya dengan mata memelas. Gadis kecil itu sangat keras kepala, padahal dia sudah tahu jawabannya adalah tidak. Tapi, masih saja bersikeras.
"Berhentilah, Luna! Tinggalah di sini bersama yang lain dan jangan membantah atau memohon lagi! Kau tau jawabannya," kata Chan dengan nada tegas yang tak terbantahkan.
Luna ingin protes, tapi tatapan Arche membuat nyali gadis itu menciut. Dengan terpaksa, gadis itu bungkam.
"Aku sudah menelpon anakku, Bimo. Dia memiliki cakra yang sama denganku, jadi dia pasti bisa membantu kita dalam peperangan," ucap Ian yang membuat Bunga kaget. Namun melihat anggukan sang suami, membuatnya kembali terdiam.
Tak berselang lama, Bimo tiba di apartemen Bulan dengan membawa anak dan istrinya yang sedang hamil.
Lion berlari ke pelukan Bunga,Bianca pun turut duduk di ruang kosong yang berada di samping Bulan. Wanita itu terlihat bingung, namun enggan meminta penjelasan.
Bimo duduk di samping Ian, pria itu sama kebingungannya dengan istrinya. Nakun, ia mengurungkan niatnya untuk bertanya, karena melihat Ian yang hendak membuka suara.
"Bimo, papa ga bisa jelasin semuanya dengan detail, papa mau kamu belajar sama Chan sore ini. Kalian harus fokus dan memahaminya dengan sangat baik. Penjelasan singkatnya akan papa jelaskan malam ini," jelas Ian yang membuat Bimo mengangguk patuh, walau terlihat kebingungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOON ~ In The Darkness (END)
FantasyDia yang tak pernah lelah menerangi kami sepanjang malam. Dia yang tetap setia, walau kadang bentuknya tak sempurna, Dia yang membuatku mengerti akan sisi lain, selain kegelapan