Pernahkah kalian membayangkan, hidup di sebuah negri tanpa matahari?
Yang hanya diterangi oleh cahaya bulan, dan tidak ada yang bisa membedakan. Mana pagi, siang, sore dan malam.
Nirvana. Sebuah negri yang berada jauh di benua asia. Begitu terpencil, dan tidak pernah diketahui oleh mereka yang tingga di benua tersebut.
Cahaya bulan adalah sumber penerang bagi mereka. Negri itu memang nyaris seperti kota metropolitan di negara maju. Hanya saja, yang membedakannya adalah di negri itu tidak ada sekolah.
Mereka akan mengikuti kursus selama 3 tahun.
1 tahun pertama, saat mereka masih kanak-kanak. Diajarkan berbicara, ilmu beladiri dasar, serta beberapa kegiatan untuk mengasah minat dan bakat, seperti menggambar, bermain musik, dan lain sebagainya.
Tahun kedua, mereka mulai diajarkan tentang pelajaran yang dianggap penting oleh sang guru. Seperti pentingnya gotong royong, tolong menolong, dan toleransi.
Mereka juga dilarang melakukan hal-hal negatif.
Tidak ada hubungan pacaran di sana. Mereka dijodohkan agar bisa melahirkan penerus keluarga. Walaupun begitu, mereka penuh dengan cinta dan kasih sayang. Hanya saja, mereka memang belum mengerti , tentang apa itu cinta.
Tahun ketiga, mereka dididik untuk mencoba berbagai pekerjaan. Mulai dari juru masak, pelukis, guru, panglima , dan beberapa pekerjaan lainnya.
Tiga tahun, hanya tiga tahun mereka diajarkan. Namun, jangan ragukan kemampuan mereka. Mungkin jika ditantang berdebat, mereka akan dengan mudah mengalahkan lawannya.
Jam sudah menunjukkan pukul 19.00 ketika Chan tiba di rumahnya. Penduduk Nirvana harus pintar membaca jam. Karena dengan cara itulah, mereka dapat mengetahui apakah masih pagi atau sudah malam.
"Kale, cepatlah keluar! Kau harus makan malam, sebelum pergi mengikuti latihan dasar",panggilan Cate, ibunya membuat Chan beranjak keluar dari kamarnya.
"Berhentilah memanggil nama belakangku, bu". kesalnya, kemudian berjalan membuntuti sang ibu menuju ke meja makan.
"Darimana saja kau, kale? Aku baru melihatmu masuk ke kamarmu beberapa saat yang lalu". tanya Arche sambil menerima sepiring makanan yang diberikan oleh istrinya,Cate.
"Aku mengunjungi paman Jupiter hari ini. Dia mengajakku untuk melihat-lihat taman yang berada di belakang rumahnya it—".
"Jangan pernah ke sana lagi! Kau tidak boleh pergi ke taman itu". potong Arche dengan nada yang sedikit meninggi, membuat Chan terkejut.
"Sebaiknya kau tetap di kamarmu, saudaraku. Meskipun cahaya bulan tidak dapat membuat kulit putihmu menghitam, tetap saja kau harus menjaganya". kata saudari perempuan Chan yang duduk di hadapannya.
"Berhentilah membual, lady sok pintar!". Jawaban Chan berhasil membuat saudarinya kesal.
"Diamlah, Luna! Habiskan saja makananmu".
" Dan kau Kale, bergegaslah! Kau harus mengikuti latihan dasar malam ini".
Perkataan Arche, menjadi hal terakhir yang didengarkan oleh mereka. Setelahnya, hanya ada suara piring dan sendok yang beradu.
Chan sudah siap dengan pakaian latihannya yang membuat tubuh proporsionalnya tercetak jelas, serta membuat penampilannya terlihat sangat gagah dan berwibawa.
Latihan dasar untuk menjadi panglima bukanlah keinginannya. Pria berusia 24 tahun itu lebih tertarik ke dunia seni.
Hanya saja, melihat badan serta sifatnya yang sangat gagah, menakutkan dan berwibawa, membuat Arche mendaftarkan nya ke pelatihan dasar untuk menjadi seorang panglima. Ia ingin anaknya menggantikannya nanti. Karena sudah lebih dari 20 tahun, ia menjadi seorang panglima di nirvana.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOON ~ In The Darkness (END)
FantasyDia yang tak pernah lelah menerangi kami sepanjang malam. Dia yang tetap setia, walau kadang bentuknya tak sempurna, Dia yang membuatku mengerti akan sisi lain, selain kegelapan