12. The most special day

10 1 0
                                    

"Dihadapan imam, para saksi dan seluruh umat yang hadir di sini. Saya, Patricia Rembulan memilih engkau Chan Kale menjadi suami saya. Saya berjanji setia kepadamu, dalam untung dan malang. Waktu sehat dan sakit. Saya mau mengasihi dan menghormatimu sepanjang hidup saya." Suara Bulan, tidak kalah. Juga penuh dengan keyakinan, walau sedikit bergetar akibat menahan tangis.

Pastor mulai memberkati mereka beruda, dengan tangan yang diletakkan di atas sebuah alkitab.

"Atas nama greja Allah di hadapan para saksi, serta kedua orangtua keluarga sekalian. Kami menegaskan bahwa perkawinan yang telah diresmikan ini adalah perkawinan katolik yang sah. Semoga sakramen ini bagi saudara saudari berdua menjadi sumber kekuatan dan kebahagiaan. Yang dipersatukan Allah, janganlah diceraikan manusia"

Perkataan pastor membuat keduanya merinding. Apalagi mendengar kalimat terakhirnya. Dengan penuh harap, di dalam hati mereka masing-masing, ada sebuah doa yang dipanjatkan agar pernikahan mereka bertahan hingga maut memisahkan.

Setelah memercikkan air berkat ke tangan mereka, pastor beralih memberkati cincin pernikahan yang sebentar lagi, akan mereka kenakan.

Cincin tersebut, baru saja dibawah oleh Lion. Pria kecil berjas itu, nampak sangat tampan sekaligus menggemaskan, saat berjalan dengan tangan yang memegang kotak cincin itu.

Teringat jelas, bagaimana sengitnya perdebatan mereka beberapa hari yang lalu, saat hendak membeli benda tersebut.

Bagaimana keukehnya Bulan dengan pilihannya, serta tegasnya Chan yang ingin membayar kala itu.

Sederhana, namun indah untuk sekedar dilupakan oleh keduanya.

Posisi mereka menjadi berhadapan, setelah pemberkatan cincin.

Chan memberikan seulas senyum tipis, namun penuh kebahagiaan, sambil menatap Bulan.

"Chan, terimalah dan kenakanlah cincin ini, ke jari manis tangan kanan istrimu. Sebagai tanda cinta dan kesetiaanmu kepadanya," kata pastor sambil memberikan cincin kepada Chan,yang diterima dengan senang hati oleh pria itu.

"Bulan, pakailah cincin ini sebagai lambanh kesetiaan dan cinta kasihku kepadamu. Dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus," ujarnya sembari memakaikan cincin tersebut di jari manis Bulan.

Tanpa sadar, mata gadis itu semakin berkaca-kaca. Kebahagiaannya sangat sulit untuk digambarkan melalui kata-kata, haru bercampur jadi satu.

"Bulan, terimalah dan kenakanlah cincin ini, ke jari manis tangan kanan suamimu. Sebagai tanda cinta dan kesetiaanmu kepadanya."

Sekaramg, giliran Bulan yang menerima cincin tersebut dari pastor. Ia ingin meneteskan airmata kala itu, hanya saja ia berusaha untuk menahannya.

"Chan, pakailah cincin ini sebagai lambanh kesetiaan dan cinta kasihku kepadamu. Dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus," ujarnya dengan suara bergetar, sambil memakaikan cincin tersebut di jari manis Chan.

Bersamaan dengan aktivitas mereka, iringan lagu dari koor greja yang menyanyikan lagu untuk upacara pernikahan, terdengar bak soundtrack dari film yang pemeran utamanya adalah mereka berdua.

"Semoga ikatan cinta kasih Chan dan Bulan yang diresmikan dalam pernikahan ini, menjadi sumber kebahagiaan sejati," ujar sang pastor begitu selesai memberkati mereka.

Kemudian, pastor tersebut membisikkan sesuatu pada Chan, yang membuat pria itu tersenyum.

Kemudian, tangannya terulur untuk membuka veil yang menutupi wajah Bulan. Sehingga terpampanglah wajah cantik dengan riasan natural itu, lengkap dengan senyum manisnya.

MOON ~ In The Darkness (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang