Ian menuntun Bunga untuk memasuki cahaya terang yang berada di hadapan mereka, Bunga yang merasa silau, hanya mengikuti arahan dari samg suami sambil memejamkan matanya.
Begitu membuka mata, Bunga terkejut melihat kamar bernuansa klasik di depannya. Sangat mewah dan hampir tidak bisa ia temukan di Jakarta.
Ian menuntunnya untuk duduk di ranjang, kemudian pria itu keluar sebentar lalu kembali dengan membawa sebuah dress untuk dikenakan oleh istrinya.
"Pakai ini, ma. Kita harus cepat jemput Bulan, biar bisa cepat pulang juga," ucap pria itu yang nampaknya tidak tertarik untuk menjelaskan tentang tempat itu. Dapat dilihat dari ekspresi datarnya, hal itu membuat Bunga mau tidak mau, hanya menuruti perkataan pria itu.
Bunga mengenakan gaun yang diberikan oleh sang suami, setelah selesai, ia keluar dari kamar itu kemudian mendapati Ian yang tengah menunggu di tangga.
Sementara itu, Chan baru saja selesai membereskan ruang kerjanya bersama sang ayah, ketika Bulan mengajaknya untuk duduk di Balkon.
Wanita itu nampak cantik dengan dress putihnya. Ia juga sangat wangi, setelah selesai mandi beberapa menit yang lalu.
"Wangi banget sih," kata Chan sambil membawa Bulan ke dalam pelukannya.
Bulan tersenyum padanya, wanita itu juga membalas pelukan Chan tak kalah eratnya.
"Ngomong apa aja sama mama?" tanya Chan dengan tangan yang sibuk menyisir rambut Bulan.
"Ga banyak, cuman diceritain tentang masa kecil kamu. Katanya kamu bisa ngelukis yah? Coba dong, lukisin aku," jawab Bulan sambil menatap suaminya.
"Nanti yah, aku masih harus bantuin papaku, pasti aku lukisin ko," ucap Chan dengan senyum manis yang menghiasi wajah tampannya.
Jam sudah menunjukkan pukul 18.00 di Nirvana. Bulan dan Chan pun turun ke lantai satu, karena sebentar lagi mereka akan makan malam bersama.
Jupiter baru saja tiba, setelah pergi mengantar Kelly ke rumahnya. Pria paruh baya itu terlihat tersenyum ke arah Bulan dan Chan, membuat keduanya ikut tersenyum.
Namun, senyuman itu tidak bertahan lama. Kedatangan seoramg pria paruh baya bersama istrinya, membuat Bulan dan Chan terbelalak di tempatnya.
Di sana, di ruang keluarga, tengah berdiri Ian dan Bunga. Dua orang yang mampu membuat Bulan kaget bukan main. Sama halnya dengan Chan, pria itu terlihat kebingungan.
"Bulan, ikut papa kita pulang! Dan kamu, jangan pernah berharap untuk menemui apalagi menjadi suami anak saya lagi. Pembohong!" kata Ian dengan nada tegas tak terbantahkan. Ekspresinya terlihat sangat serius dan bahkan menyeramkan.
Bulan hanya menatap ayahnya dengan tatapan takut, namun ia sama sekali tidak beranjak dari tempatnya. Wanita itu bahkan mengeratkan cengkramannya pada tangan Chan.
Ian hendak menarik paksa tangan putrinya, ketika kedatangan Arche yang membuatnya menghentikan langkahnya.
"Christian, bagaimana kau bisa di sini?" tanya Arche yang membuat Bulan dan Chan menoleh ke arahnya.
"Kenapa? Apa aku terlihat seperti penghianat, seperti katamu?" jawaban ketus dari Ian, membuat Arche menghela napas pelan.
"Duduk dulu, kita bisa bicara baik-baik. Lagipula, ada hal penting yang ingin kubicarakan denganmu," ucap Arche yang awalnya ditolak mentah-mentah oleh Ian.
Namun, melihat wajah memelas milik putrinya, membuat Ian akhirnya mengalah dan duduk di samping Bulan.
Cate, Jupiter, Chan serta Bunga ikut duduk di sofa yang masih kosong.
Chan terlihat penasaran, namun mencoba menutupi rasa penasarannya. Biarkan Arche dan Ian yang menjelaskan semuanya.
"Kalian pasti bertanya, mengapa kami bisa saling kenal. Aku rasa, biarkan Ian yang menjelaskan semuanya," kata Arche, memecah keheningan di antara mereka.
Ian terlihat sedikit kedal, namun akhirnya mulai membuka suaranya.
"Dua puluh tahun silam, aku dan Arche sedang mengikuti pelatihan cakra di gedung domino. Kami masih awam dengan keahlian masing-masing, karna baru saja diajarkan. Saat itu, kami masuk ke salah satu ruangan. Arche memamerkan puisi buatannya, membuatku kesal dan akhirnya membuat puisiku sendiri. Aku tidak tahu, tiba-tiba saja, ada cahaya yang sangat terang di depan kami. Kemudian saat memasukinya, kami berada di gubuk penyimpanan, yang berada di halaman belakang rumah Jupiter. Kami penasaran dan kembali mencoba, namun, tempat kami tiba untuk kedua kalinya adalah Jakarta. Kami pun berusaha untuk kembali ke Nirvana,namun gagal. Tidak ada cahaya begitu aku selesai membacakan puisi. Akhirnya,kami tinggal selama enam bulan di sana. Hingga aku mendapatkan pekerjaan,kemudian bertemu dengan Bunga. Aku jatuh cinta, kemudian tidak bisa meninggalkannya. Padahal,saat itu aku sudah berhasil menemukan jalan keluar untuk kembali ke Nirvana. Arche sempat bertengkar denganku,akhirnya dia memintaku untuk membacakan mantra untuknya. Dia juga bilang,aku adalah penghianat yang tidak pantas untuk kembali ke Nirvana. Sejak saat itu,aku tidak pernah lagi menginjakkan kaki di Nirvana,atau mencoba untuk kembali ke Nirvana. Itulah alasan mengapa lemari yang bisa kugunakan untuk kembali,kuberikan kepada Bulan. Anakku. Dan kali ini,aku terpaksa kembali untuk membawa putriku pulang," jelas Ian panjang lebar.
Bulan terbelalak,jadi ayahnya berasal dari Nirvana. Dan ia memiliki darah campuran dua dunia? Musatahil tapi itulah kenyataannya.
Bunga terdiam sejenak,berbeda dengan reaksi Cate dan Jupiter yang memang sudah mengenal Ian. Bunga mencoba mencerna semuanya,dan akhirnya memperoleh jawabannya sekarang.
"Kau menikah dengan Bulan,itulah alasan mengapa kau memiliki cakra mimpi,karna ayah mertuamu adalah satu diantara sebagian kecil orang yang memiliki cakra mimpi," kata Arche yang membuat Chan mengangguk pelan,sebenarnya,pria itu sudah bisa menyimpulkan sejak siang tadi,mengenai mengapa ia memiliki cakra mimpi.
Ian terlihat akan beranjak dari sana,namun Bunga menahannya. Ian sempat menyergit ke arah sang istri,namun tatapan wanita itu membuatnya menyerah dan duduk kembali.
"Maaf,Ian. Aku menyebutmu penghianat,aku tidak bermaksud mengatakannya. Hanya saja,aku kecewa dengan keputudanmu yang tidak ingin kembali ke Nirvana. Aku tidak mengerti akan cinta kala itu,aku tidak tau bagaimana rasanya berpisah dengan orang yang dicintai. Maafkan aku," ucap Arche yang membuat Ian terdiam.
Yah,mereka adalah sahabat yang sangat akrab dulu. Insiden yang sebenarnya adalah kesalahpahaman itulah,yang membuat hubungan mereka merenggang.
"Sudah kumaafkan,Arche. Kau benar,namun aku tidak bisa meninggalkan Bunga dan merasa malu untuk kembali ke Nirvana. Aku minta maaf karna telah membiarkanmu kembali sendirian," jawab Ian yang membuat Arche serta semua orang yang ada di sana tersenyum lega. Bulan memeluk sang ayah dengan senyum manis yang tercetak jelas di wajahnya.
"Aku juga minta maaf,karna telah pergi tanpa pamit. Aku hanya ingin memastikan beberapa hal aneh yang terjadi padaku,aku tidak bermaksud untuk menjauhkan bulan dari kalian,tolong maafkan aku,"ucap Chan yang merasa bersalah ats perbuatannya.
Ian dan Arche nampak saling pandang dan tersenyum penuh arti. Disusul dengan anggukkan Ian sebagai jawaban atas permintaan maaf Chan.
Hari itu, mereka merasa lega. Walau beberapa orang diantara mereka masih menyimpan kecemasan.
***
Annyeong
Yuhuuu I'm back
Last 3 part again, so keep waiting!I will end this story today,
Enjoy this part and don't forget to give this part vote and coment yaa
See yaa😘😍
KAMU SEDANG MEMBACA
MOON ~ In The Darkness (END)
FantasiDia yang tak pernah lelah menerangi kami sepanjang malam. Dia yang tetap setia, walau kadang bentuknya tak sempurna, Dia yang membuatku mengerti akan sisi lain, selain kegelapan