Lilian pergi begitu saja, setelah memeluk Chan cukup lama. Chan tahu, wanita itu pasti merasa kesal dengannya.
Apakah ia keterlaluan dengan memperlakukan gadis itu seperti tadi?
Atau terlalu jujur pada gadis itu?
"Hey Kale, kau sedang apa di sana?" tanya Luna, sambil berlari kecil menuju ke arah Chan.
"Tidak ada. Sedang apa kau kesini?" jawab Chan balik bertanya, membuat Luna mendengus.
"Aku ingin mengunjungi kakakku, apa itu salah? Lagipula, kudengar dari bibi Kelly, kau sering melamun. Apa kau sedang banyak pikiran?" tanya Luna sambil menatap prihatin ke arah kakaknya yang sedang menatap lurus ke depan.
"Aku baik-baik saja,Luna",jawab Chan sambil tersenyum tipis.
"Benarkah? Apa kau yakin?" tanya Luna dengan nada kesal. Kakaknya sedang berpura-pura sekarang, kebiasaan.
Chan tidak menanggapi pertanyaan Luna, pria itu hanya menatap ke depan sambal larut dalam pikirannya.
Luna menatap Chan prihatin. Menurutnya, pria itu sudah sangat patuh pada ayah mereka. Kadang, ia merasa bahwa ayahnya sudah keterlaluan terhadap sang kakak. Kakaknya masih terlalu muda, untuk menikah dan berkeluarga. Dia sudah cukup merasakan kehidupan yang diatur sepenuhnya oleh sang ayah, tidak bisakah dia bebas untuk hal ini? Setidaknya biarkan dia memilih pendamping hidupnya sendiri.
"Hey,Kale. Aku punya ide, aku bisa menunda pertunanganmu besok untuk beberapa jam. Pikirkan cara untuk kabur,oke? Kau tau aku pandai berekting. Bagaimana? Apa kau setuju?" tanya Luna antusias, ia harap dapat membantu kakaknya dengan cara ini.
Chan menatap Luna dengan tatapan yang sulit diartikan. Gadis kecil itu terlihat sangat bersemangat untuk membantunya.
Chan mengangguk pelan sebagai jawaban. Sebenarnya, pria itu masih belum menemukan cara untuk membatalkan pertuangannya besok malam.
Luna memeluk erat kakaknya sambal tersenyum manis. Membuat Chan membalas pelukan itu sambal ikut tersenyum padanya.
"Aku pasti akan merindukanmu,Kale. Kuharap kau kembali dengan cepat, berjanjilah!" kata Luna sambal menatap Chan dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
"Hey, berhentilah menangis Luna! Aku akan kembali dengan cepat, aku janji", jawab Chan sambal menghapus air mata Luna yang sudah membasahi pipi gadis itu.
***
Chan menatap hamparan bintang di langit malam ini. Jujur saja, ia masih belum menemukan rencana atau tempat untuk pergi. Sudah satu hari ia memikirkan soal hal ini, namun nihil, pria itu belum menemukan satu tempat pun.
Langkah pelan, membawa Chan untuk masuk ke dalam kediaman Jupiter. Namun,sebuah gubuk kecil mengalihkan atensinya. Ia ingat, dulu sebelum mengikuti seleksi, ia sempat melihat gubuk tua itu sebelumnya, saat duduk di halaman belakang rumah pamannya. Gubuk tua itu juga pernah menjadi bahan perdebatan antara dia dan Arche,ayahnya.
Chan bebelok menuju kea rah gubuk itu berada. Lumayan gelap,hingga ia menggunakan ponselnya sebagai penerang. Saat hendak membuka pintu tersebut, ia harus berhenti karena pintu itu terkunci. Dengan seksama, ia mulai mengamati lubang kuncinya, hingga panggilan Kelly yang menyuruhnya masuk, membuatnya pergi dari sana.
"Kau darimana saja Kale?" tanya Kelly,begitu melihat Chan masuk lewat pintu belakang.
Chan menghentikan langkahnya yang hendak menuju ke kamar. Pria itu tersenyum kea rah bibinya.
"Aku hanya duduk di halaman belakang,bi. Di sana sangat menenangkan", jelas Chan.
"Baiklah kalua begitu, kau istirahat sekarang. Besok adalah hari pentingmu,bibi dengar pertunangan kalian dimajukan di pagi hari",kata Kelly sambil menatap khawatir pada Chan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOON ~ In The Darkness (END)
FantasiaDia yang tak pernah lelah menerangi kami sepanjang malam. Dia yang tetap setia, walau kadang bentuknya tak sempurna, Dia yang membuatku mengerti akan sisi lain, selain kegelapan