Sekolah baru

657 87 4
                                    

Terapkan budaya tinggalkan jejak setelah membaca, bantu Vote dan komen. Jangan ragu untuk memberi krisan, jika penulisan saya berantakan. Saya akan dengan senang hati menerima krisan dari kalian.

    

                                         🌹

Happy reading!

Perlahan kedua kelopak mata Lintang menerjab, saat  cahaya matahari menembus kaca balkon kamarnya. Ia merenggangkan otot-ototnya yang terasa pegal. Setelah benar-benar sadar, Lintang langsung mengambil haduk dan melangkahkan kakinya ke kamar mandi.

Lintang memandangi wajahnya di cermin, matanya sedikit merah dah bengkak karena menangis semalam. Hari ini, ia akan berangkat ke sekolah barunya, ia sudah menyiapkannya dari jauh-jauh hari. Lintang lansung menyambar tasnya, dan beranjak turun ke bawah.

Ia merasa bingung karena rumah terasa sangat sepi, pandangannya tertuju pada Bi Inah, Asisten Rumah Tangga yang sudah lama bekerja di sana.

"Ayah mana, Bi?" tanya Lintang.

"Eh ayam, eh ayam! Astafirullah Non, bibik kaget atuh ...!" Lintang terkekeh pelan saat melihat ekspresi Bi Inah yang terkejut.

"Tuan udah berangkat ke kantor, Non. Kalo Nyon ...,"

"Lintang berangkat dulu, Assalamulaikum." Moodnya seketika hancur saat teringat akan kejadian kemarin.

"Waalaikumsalam ... Astafirullah! Ini mulut kenapa pake kecoplosan, udah tau Non Lintang nggak suka sama Nyonya. Ya, Allah gusti, maafin hamba. Ya Robb," sesal Bi Inah.

————

Ditempat lain, saat ini Bintang sedang duduk bersama sahabat karibnya, Mentari Alya Deanra.

Tari sangat jengah memperhatikan Bintang yang hanya sibuk dengan lamunannya, entah apa yang tengah di pikirkan sahabatnya itu.

"Bi, lo kenapa? Kok diem aja, lo punya masalah?" tanya Tari.

"Hmm, gue lagi mikirin saudara gue Tar," jawab Bintang menatap lurus ke depan.

"Ck, ngapain lu mikirin Bulan Bi, nggak ada gunanya juga," ucap Tari.

"Bukan Kak Bulan,"

"Hah? Trus siapa, emang lo punya  saudara lain ya, selain Mak Lampir?"

"Mak Lampir?"

"Ck, Bulan!"

" Nggak ada orangnya aja lo manggil Mak Lampir, giliran di depan orangnya, auto diem, lo!" ketus Bintang.

Tari hanya cengengesan sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Ya, kan gue masih mau hidup tenang Bi," jawab Tari. Bintang hanya menggelengkan kepalanya, ia benar-benar gemas dengan tinggah sahabatnya ini.

Teng! Teng!

Bunyi bell membuat semua murit bergegas masuk ke kelas, begitu pula dengan Bintang dan Tari.

————

Lintang memarkirkan mobilnya lalu melangkahkan kakinya mencari ruang kespek. Langkahnya menyusuri koridor yang nampak sepi, membuat Lintang kebingungan untuk bertanya pada siapa.

Seseorang tak sengaja menabrak punggung Lintang, membuat tubuhnya sedikit terhuyung ke depan, Lintang menatap gadis di hadapannya dengan tatapan datar. Seorang gadis yang berpenampilan cupu, gadis itu nampak takut saat Lintang menantapnya datar seakan dirinya akan dihabisi saat itu juga.

"Eh, maa ...,"

"Lo bisa bantu gue?" tanya Lintang langsung to the poin.

Gadis dihadapannya sedikit terperangah dengan sifat Lintang yang tanpa basa-basi. Namun, iya tak begitu mempermasalahkan itu.

LintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang