Tinggalin jejak kalau udah baca ye ngab, jan lupa follow akun gue. Yang mau ngasih krisan kasih aja dengan lapang dada gue terima, malahan seneng banget gue. Dah ya, selamat membaca.
🥀
Happy reading
Setelah selesai dengan sarapan dan mandinya, Mars memutuskan untuk pergi ke sebuah taman yang tak jauh dari apartemen milik Lintang.
Mars menatap langit dengan tatapan kosong, raganya mungkin diam saat ini, namun tidak dengan pikirannya yang tengah berkelana.
Mars menghembuskan nafas gusar, dadanya seakan sesak dengan masalah keluarga yang dihadapinya. Entah sampai kapan Mars akan berpura-pura bahagia dihadapan banyak orang, membuat keributan, dan melanggar aturan. Jujur saja iya juga merasa lelah dengan semuanya, namun ini lah Mars, enggan baginya untuk menceritakan semua keluh-kesahnya pada sembarang orang.
Mars hanya tersenyum kecil untuk menutupi kesedihannya, setidaknya dia masih punya Lintang yang mau berbagi suka dan duka dengannya.
"Pengin deh dipeluk papa sama mama, walau cuma sedetik, seenggaknya Mars pernah merasa hangat di tengah-tengah kalian," batin Mars.
Bumi menyipitkan matanya melihat sosok perempuan yang selalu menjadi musuh bebuyutannya tengan menyendiri sembari menatap teduh langit, ide jahil timbul di benaknya untuk menjahili Mars.
Langkah demi langkah Bumi mengendap-endap berniat untuk mengagetkan Mars dari belakang.
"Hehehe, gue nggak sabar liat ekspresinya," batin Bumi.
Bumi mengambil ancang-ancang, namun tanpa di duga Mars justru langsung bangkit dari duduknya.
Gubrak!
Bumi malah terjatuh dengan posisi tengkurap di aspal, niat ingin menjahili Mars, namun sebaliknya malah dia yang ketiban sial. Mampus! Senjata makan tuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lintang
Подростковая литератураJangan lupa tinggalkan jejak! Setelah kepergian adik dan bundanya, Lintang memutuskan untuk menenangkan dirinya ke New York, Amerika Serikat. Setelah dua tahun melanjutkan kehidupan di sana, gadis itu memutuskan untuk kembali ke tanah air. Pergi me...