Ancaman Nathan

499 56 10
                                    

Terapkan budidaya tinggalkan jejak setelah membaca ye ngab, mau comen atau ngasih krisan juga kagak papa gue malah seneng jadinya, thanks dah mampir ke lapak gue, selamat membaca:)

🥀

Happy reading

Lintang berjalan dengan sumpah serapah yang keluar dari mulutnya, sudah jam sebelas malam, namun seseorang dengan tidak sopan menggedor pintu apartemennya dengan keras.

Tok! Tok!

"Yuhu! Lintang lo masih hidupkan?!"

"Bukain pintu dong, gue ngantuk pengen numpang tidur!"

"Buset! Dalam hitungan ketiga kagak lo buka, pintunya gue dobrak nih!" teriak seseorang dari luar.

"Satu ... dua ... ti ...,"

Brak!

Lintang langsung membuka pintu dengan kasar. Ia mengepalkan kedua tangannya, ternyata yang sudah mengganggu ritual bocannya adalah perempuan titisan setan, yang tak lain adalah Mars.

"MARSYA ANATASYA, KURANG AJAR LO YA, GUE MAU TIDUR AJA KAGAK TENANG GARA-GARA LO!" teriak Lintang dengan emosi.

"Dah ya, Lin, serah lo gue mau tidur," ucap Mars dengan lesu, dan langsung berjalan ke kamar milik Lintang.

Brak!

Lintang membanting pintu apartemennya, kemudian berlari menyusul Mars yang sudah berbaring di kasur size nya.

"Mars bangun ih, lo ngapain ke apartemen gue, dah gue bilang ye Mars, gue nggak nampung pengemis!" ketus Lintang sambil menarik-narik tangan Mars agar bangkit dari tidurnya.

"Apa sih Lin! Gue capek tau nggak!" kesal Mars dengan suara bergetar menahan tangis.

Lintang menatap dalam bola mata milik Mars yang terlihat merah, sudah dipastikan kalau Mars baru saja menangis.

"Mars, lo kenapa?" tanya Lintang dengan intonasi lebih lembut dari sebelumnya.

Mars tak menjawab sama sekali, ia langsung berhamburan ke pelukan Lintang dan menumpahkan tangis yang dari tadi ditahannya.

"Gue benci mereka Lin, gue benci,"

"Kenapa gue harus punya orang tua kayak mereka,"

"Gue emang nakal, gue berandal, dan nggak berguna, tapi gue punya alasan Lin ..."

"Gue cuma mau mereka perhatiin gue, gue ..."

"Apa pekerjaan mereka lebih penting daripada gue Lin, gue nggak butuh harta berlimpah ... gue cuma mau kasih sayang dari orang tua gue Lin ...,"

"Gue cuma mau kayak anak-anak yang lain, dari kecil gue harus nahan iri dan kesepian, disaat anak-anak lain bisa jalan-jalan sama orang tuanya, sedangkan gue, gue ... gue nggak pernah rasain itu Lin, gue benci mereka! Gue benci!"

"Mereka nggak pernah perhatiin gue Lin, mereka cuma khawatir sama perusahaan dan selingkuhan mereka masing-masing, gue cuma anak yang nggak ada gunanya di mata mereka, gue selalu buruk buat mereka, apa salah kalau gue benci mereka? Apa salah kalau gue nggak peduli sama mereka, apa gue salah Lin?!" tangis Mars langsung pecah di dalam dekapan Lintang.

LintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang