🌺Lagi-Lagi🌺

14 3 0
                                    

ASSALAMUALAIKUM...HAI AUTHOR KEMBALI NIH👋 GIMANA KABAR KALIAN? SEMOGA SELALU SEHAT..AAMIIN

OKE TANPA MEMPERPANJANG WAKTU MARILAH KITA SEGERA MEMBACA KARYA AUTHOR OKE, MAKASIH BUAT KALIAN YANG UDAH MAU LUANGIN WAKTU BUAT BACA AMAIA...LOPE LOPE BUAT KALIAN😘😘

TANDAI TYPO AUTHOR YANG MASIH BELAJAR YA...JANGAN LUPA VOTE, COMENT, AND SHERE..

HAPPY READING😘

🌫️🌫️🌫️

Setelah selesai sholat Alina segera melipat mukenanya dan beranjak tidur. Dia tergolong yang yang susah tidur sejak dia duduk dibangku SMA, karena pada saat itu hobinya membaca dan semangatnya membaca sangat menggebu-gebu sampai rela tidak tidur hanya untuk menuntaskan bacaannya. Tapi Alhamdulillah Allah baik sekali kepadanya, pengorbanannya dulu yang sampai tidak tidur membuahkan hasil, hingga dia dapat meraih prestasi di sekolahnya dulu maupun di kampusnya sekarang.

Suara adzan membangunkannya, seperti biasa dia akan menjalankan sholat subuh berjamaah bersama keluarga kecilnya. Setelah mengerjakan sholat subuh, tak lupa dia membaca Al Quran.

🌫🌫🌫

Seperti biasa Alina menjalankan kewajibannya sebagai mahasiswa, berangkat, bertemu dosen , belajar, dan pulang. Tidak ada yang spesial dalam hari-harinya entah karena apa, tapi hati dan fikirannya sangat tidak tenang belakangan ini, seperti mengatakan akan ada hal besar yang terjadi. Mungkin karena Nisya pernah memberitahunya tentang kehadiran Aidan dan Sandri lagi, dia jadi merasa akan terjadi sesuatu.

Flasback on

“Al kalau kamu nggak kuat, jangan dipaksakan.” tegur bundanya kepada Alina sambil mengelus pundaknya.

“Nggak bun, Sandri itu sahabatnya Alina. Tanpa dia mungkin dulu Alina nggak bisa meraih kemenangan perlombaan, dia yang selalu menolong Alina ketika Alina kesulitan dalam lomba maupun Alina berkarya.” kata Alina sendu mengingat bagaimana perjuangan sahabatnya dulu, lalu bagaimana balas budinya?

“Jangan seperti itu Al, kamu menang dan maju itu karena seizin Allah dan memang itu yang terbaik. Sandri itu perantaranya, jadi jangan berlebihan membanggakannya karena itu akan melukai hatimu.” ucap bundanya.

Terdengar nada bundanya berbicara dengan tegas, tanda bundanya sedang serius. Alina yang sedari tadi memandang cermin akhirnya menoleh, “Bun, rasa cinta itu fitrah yang harus disyukuri, kita gak bisa menyalahkan cinta atas semuanya. Tapi jangan sampai cinta itu membuat kita lupa kepada siapa pemilik rasa cinta itu sendiri. Aku yakin Allah sudah mempersiapkan yang terbaik untukku, tinggal bagaimana aku melewati cobaan-Nya untuk meraih kebahagiaan.” jelas Alina pada bundanya dengan tersenyum agar bundanya yakin dia baik-baik saja.

Dia ikhlas dengan semua ini, dia juga bukan siapa-siapa Aidan yang dapat menghalanginya untuk menyukai orang lain. Dia hanya adik kelas yang dulu pada pandangan pertamanya langsung mengaguminya dan ternyata rasa kekaguman itu menimbulkan rasa cinta.

Bundanya menghembuskan nafas pelan, “Bunda percaya kamu, bunda tau kalau kamu sangat pintar menyembunyikan perasaan. Tolong 1 pesan bunda ini kamu dengarkan ya.” pinta bundanya yang hanya diangguki Alina.

“Jika suatu saat kamu dan Aidan dipertemukan kembali oleh takdir, jangan pernah sesali itu. Dan setelah dipertemukan entah kamu disatukan atau tidak maka terimalah dengan sabar. Pasti ada hikmah dibalik itu.” kata bundanya dengan lembut.

Deg

Mengapa mendengar bundanya berkata disatukan hatinya sangat nyeri, karena dari kata disatukan itu pasti akan ada hati yang tersakiti. Apakah ini kekuatan batin seorang ibu dan anak yang mendapat firasat sebelum sesuatu terjadi? Alina menggeleng kepala pelan mencoba menyingkirkan fikiran buruk, “Insyaallah Alina akan ingat pesan bunda, yaudah Alina berangkat dulu,  Assalamualaikum.” pamit Alina seraya mencium punggung tangan bundanya.

AMAIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang