🌺Pingsan🌺

20 4 0
                                    

ASSALAMUALAIKUM....SELAMAT MALAM BUAT KALIAN YANG RINDU DOI TAPI GAK PUNYA DOI WKWK...CANDA AUTHOR MAH😁

OKE, BUAT MENEMANI MALAM-MALAM KALIAN YUK BACA AMAIA BAB 4 NYA YA...

TANDAI TYPO AUTHOR YANG MASIH BELAJAR INI, JANGAN LUPA VOTE, COMENT AND SHARE

HAPPY READING😘

🌫🌫🌫

Brak brak

Suara pintu dibuka dengan begitu kencang sehingga menimbulkan bunyi keras. "Pak, Pak Dino, sahabat saya mana?" tanya 2 orang mahasiswi berhijab, bisa Aldino tebak bahwa mereka sahabatnya.

Belum sempat Aldino menjawab suara langkah kaki yang tergesa-tesa terdengar memasuki ruangan. "Assalamualaikum pak, Alina mana?" tanya orang itu dengan cemas, yang tak lain adalah Nisya.

"Walaikumsalam, bisa tidak kalian tenang, kalian seperti orang yang mau menangkap maling saja, padahal mau jenguk orang sakit." jawab Aldino lalu pergi meninggalkan mereka bertiga untuk kembali menuju ruangannya.

"Eh, pak dinosaurus udah pergi aja." ucap kila sebal karena merasa kehadirannya dan sahabatnya-sahabatnya tidak dianggap dan ditinggal pergi.

"Dinosaurus? siapa?" tanya Reina cengo yang membuat Kila memukul lengannya, Kila gemas sekali sebab sahabatnya ini terkadang memiliki tingkat kelemotan yang mencemaskan.

"Udah ya kalian, lebih baik kita masuk daripada berdebat gak penting seperti ini!" lerai Nisya yang sudah tak tahan dengan kedua sahabatnya ini jika bertemu pasti berdebat. Dan ketiganya masuk dan langsung menghampiri Alina yang tengah berbaring.

"Al, sadar Al, kamu kenapa sih kok pingsan?" tanya Nisya sambal mengoleskan minyak kayu putih di kaki, tangan dan tak lupa hidung agar dia dapat sadar setelah menghirupnya.

"Iya Al, bangun dong." tambah Kila.

"Gimana kalau kita hubungi tante Laila aja?" saran Reina yang membuat Nisya otomatis menoleh. Nisya tau, jika bunda Alina tau keadaan Alina saat ini pasti cemas.

"Jangan, bundanya nanti pasti cemas, mending hubungi abangnya aja." balas Nisya karena dia tahu bagaimana kebiasaan ibu Alina jika mendengar kabar buruk tentang anaknya. Nisya lalu memberikan handphonenya kepada Kila untuk meminta tolong untuk menghubungi abang Alina, Yoga.

Setelah menerima handphone dari Nisya, Kila segera menghubungi bang Yoga untuk memberi tahu keadaan Alina saat ini. Terdengar nada tersambung dari seberang sana, Kila segera berbicara.

"Assalamualaikum bang Yoga."

"Walaikumsalam, ada perlu apa Sya?"

"Saya bukan Nisya bang, ini Kila temannya Alina juga, saya Cuma ingin beritahu abang kalau Alina sedang pingsan, sekarang di ruang kesehatan kampus."

"Alina sakit? kok bisa pingsan?"

"Saya juga gak tahu, lebih baik abang susul kesini."

"Iya, saya akan segera kesana, Assalamualaikum."

"Walaikumsalam." jawab Kila mengakhiri pembicaraan dengan bang Yoga, lalu mengembalikan handphone Nisya.

Reina yang sedari tadi diam menyadari ada pergerakan dari raut wajah Alina, "Eh..Sya, Kil, lihat deh Alina kayaknya udah sadar." ucap Reina girang.

Eugh

Kila dan Nisya segera menoleh kearah Alina karena ucapan Reina dan adanya suara lenguhan dari Alina, dan benar saja ternyata Alina sudah sadar. Mereka sangat senang dan segera memeluk Alina. Ingin sekali rasanya Nisya menanyakan Alina perihal pingsannya, apakah karena kabar yang dia berikan tadi atau badannya hari ini tidak fit, tapi dia tahu saat ini bukan waktu yang tepat untuk memberi serentetan Alina pertanyaan.

Auwss

Alina meringis pusing dikepalanya saat dia ingin bangun. "Hati-hati Al, rebahan dulu aja, jangan terburu-buru bangun jika masih pusing." Alina hanya mengangguk mendengar ucapan Nisya, tapi dia masih keukeuh untuk bangun karena tubuhnya terasa pegal.

Ceklek

Tiba-tiba pintu terbuka dan menampakkan Yoga dengan raut wajah khawatir, Yoga segera menghampiri adik tersayangnya itu, "Dek, udah sadar? kamu kenapa kok bisa sampai pingsan?" tanyanya seraya mengusap kepala Alina dengan penuh kelembutan.

"Adek gapapa bang, mungkin kelelahan, kapan-kapam aja ya ceritanya." pinta Alina dengan tersenyum terhadap Yoga karena secara tidak langsung dia mengingat percakapannya dengan Nisya tadi yang membuat dia kalut dan pingsan.

"Yaudah, tapi kamu pulang sekarang ya, udah aku izinin kok. Aku takut kamu sakit dek." pinta Yoga karena dia ingin Alina istirahat dirumah saja karena Yoga hafal bagaimana keras kepalanya Alina jika dimintai meninggalkan kelas kuliahnya, pasti dia akan menolak. Yah, walau Alina sering telat, tapi dia tidak pernah absen kuliahnya, Dia lebih mementingkan pelajarannya daripada kesehatannya sendiri.

"Iya" jawab Alina tanpa menunggu lebih lama lagi.

🌫🌫🌫

Malam harinya saat Alina makan malam bersama keluarga kecilnya tiba-tiba Dipta menghentikan makannya dan menatap penuh selidik kepada Alina. Alina yang mengetahui itu merasa terganggu dengan tatapan Dipta akhirnya dia membuka suara, "Kamu kenapa sih Dip, kok liatin kakak kayak gitu?"

Dipta memicingkan matanya, "Kakak tadi di gendong laki-laki ya? biasanya juga alergi deket-deket sama kaum adam." tanya Dipta penuh selidik karena dia ingin tahu, tumben sekali kakaknya ini mau disentuh lelaki.

Uhuk uhuk uhuk

"Abang, kita juga kaum adam lo, ayah juga. Itu mulut kalo ngomong gak difikir dulu." sewot Fadlan karena merasa tersindir dengan ucapan sang abang,yang menganggap kakak perempuannya alergi dengan lelaki, padahal dirumah ini, lelakinya saja ada 3. Kalau kakaknya alergi dengan lelaki, mungkin kakaknya sekarang sudah gatal-gatal atau merah-merah kulitnya. Buktinya kakaknya selalu bersikap baik dan normal juga jika berbicara dengan lelaki, setahunya.

Laila dan Afandi yang mendengar itu langsung mengalihkan pandangannya kepada anak sulungnya itu. "Benar itu Al?" tanya Laila dengan selidik dan heran. Sebenarnya Laila tidak mempermasalahkan jika Alina menyukai lelaki, toh dia cukup tau kalau putrinya sudah beranjak dewasa dan saatnya memikirkan hal seperti itu, tapi dia tidak suka jika Alina sampai pacaran, lebih baik menikah muda saja, daripada menanggung dosa.

"Iya bun, tapi itu karena darurat, kalau Alina gak segera dibawa ke ruang kesehatan sama Pak Dino, mungkin Alina akan tetap tergeletak di lantai sampai teman-teman Alina datang." jelas Alina tanpa sadar, karena baru saja dia memberitahu keadannya tadi di kampus kepada bundanya.

Laila mengerutkan kening, "Kamu tadi kenapa Al, sakit?" tanya bundanya. Alina kelabakan menjawab pertanyaan bundanya, dia bingung harus menjawab apa, karena bisa-bisa bundanya nanti cemas jika dia berkata jujur, jika bohong pun Alina bingung mau beralasan apa.

"Ah..i itu, Alina kan sarapan tadi pagi belum kenyang karena tergesa-gesa berangkat ke kampus, jadi karena udak gak kuat nahan lapar, jadi pingsan deh." alibi Alina sambil memperlihatkan giginya.

Ampuni hamba Ya Allah udah bohongin bunda, karena kalau Alina jujur, nanti bunda cemas-batin Alina.

"Ayah fikir kamu udah kebelet nikah." sanggah ayahnya yang membuat Alina diam, kata-kata itu selalu dihindarinya. Satu kata yang membuat Alina seperti mendapat tusukan dihatinya. Alina langsung memperbaiki ekspresinya agar tidak terlihat tegang dan memucat.

"Santai aja kali kak mukanya, jangan tegang, lagian aku bingung deh sama kakak, biasanya para perempuan kalau digoda nikah wajah mereka bersemu merah, lah ini kakak kok tegang banget kayak maling ketauan mencuri." kata Dipta sambil terkekeh melihat raut wajah kakaknya.

Kakak gak mencuri Dip, tapi ada seseorang yang udah curi sesuatu yang berharga dari kakak, dan sampai sekarang sesuatu yang berharga itu belum dia kembalikan juga. Entah dia kembalikan atau tidak?-batin Alina.

Menikah, satu kata itu selalu mengingatkan Alina pada masalalu, padahal ini hampir 3 tahun sejak peristiwa itu, tapi mengapa hatinya masih lemah dan tidak bisa melupakan itu.

🌫🌫🌫

THANKS BUAT KALIAN YANG UDAH BACA😘

JANGAN LUPA SEMPATKAN TEKAN BINTANG DIBAWAH, OKE SEE YOU NEXT TIME MAN TEMAN...

Kediri, 23 Desember 2020

TBC

AMAIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang