CHAPTER 3: MENUJU SURFACE

24 7 6
                                    

POV Soula

Seperti hari-hari biasa, Aimer membangunkanku, lalu mulai memasak di dapur sementara aku menunggu dengan cacing di perut yang menggerutu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Seperti hari-hari biasa, Aimer membangunkanku, lalu mulai memasak di dapur sementara aku menunggu dengan cacing di perut yang menggerutu.

Mataku terasa berat. Aku hanya tidur tiga jam semalam. Menyusun rencana untuk meluluhkan Aimer tentunya. Dan bukan Soula jika tidak menenukan jalan keluar. Mengingat adikku yang satu itu ingin sekali bertemu ayah-ibu kami yang wajahnya hampir kulupakan. Kupikir, menggunakan nama keduanya untuk alasan pergi ke Surface adalah ide yang bagus.

"Ai, aku serius mengajakmu pergi ke Surface." Aimer tak menjawab.

Ia sedang menyendok sop ke dalam mangkuk saat aku berkata, "Mungkin ayah-ibu kita di sana, lho."

Prang!

Mangkuk kaca tergelincir jatuh dari tangannya. Aimer panik dan segera pergi ke toilet untuk membilas kaki dan tangannya yang terciprat sop panas. Lalu mengambil lap untuk membersihkan sop yang berserakan di lantai. Aku hanya menontonnya selama dia sibuk melakukan ini-itu.

"Akan kubuatkan sop yang baru," ujarnya.

"Tak usah. Kau buat lalapan dan roti saja."

Aimer mengangguk. Tangannya dengan gesit menggapai stoples roti yang ada di lemari, kemudian mengoleskan mentega dan menambahkan sayur-sayuran untuk isian roti. Setelah memotongnya menjadi dua dalam bentuk segitiga, ia memberikan sebagian untukku.

Aku bertanya lagi, "Jadi, kau setuju untuk pergi ke Surface?"

Aimer berhenti mengunyah, ia menatapku dan berucap ragu-ragu, "Akan kupikirkan."

Hah. Sok jual mahal. Aku tahu adikku persis. Jika dia menjawab ragu-ragu begitu saat ditanya tentang kepastian, pasti ujungnya ia setuju. Tinggal menunggu saja.

"Sebaiknya kau memutuskan sebelum sore. Truk festival akan kembali ke Surface sebelum pukul lima, Ai," ujarku setelah selesai menghabiskan sarapan.

Aku kembali masuk ke kamarku dan menghabiskan waktu dengan membaca buku-buku mengenai Surface. Persiapan sebelum pergi ke sana. Tak bisa menahan antusiasku, aku bangkit dari tempat tidur lalu memasukkan barang-barang ke dalam tas ransel ukuran besar milik ayahku dulu.

Baju-baju terbaik yang kumiliki, buku, dan tentunya sembilan batu azur milikku yang berharga. Sisanya, aku berniat mengambil barang-barang di ruang bawah tanah. Tapi, ruangan itu ada di kamar Aimer dam aku tak tahu cara membukanya.

Karena itu, Aimer sebaiknya setuju dengan rencanaku. Tidak, dia harus. Jika tidak mau, maka aku akan memaksanya.

Terdengar suara pintu rumah yang ditutup. Aku mengintip dari jendela kamarku yang ada di lantai dua, lalu melihat adikku memakai seragam olahraga. Seseorang berseragam sama menghampirinya dan menarik tangannya untuk berlari.

Aih, padahal sedang libur awal tahun, tapi adikku itu masih saja merepotkan diri sendiri dengan tugas sekolah. Apalagi yang kali ini ia mengerjakan. Aku melengos dan menjauh dari jendela.

A-SOULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang