POV Soula
Satu hal yang kusadari setelah memasuki kelas adalah sebagian besar anak akademi berasal dari keluarga berada. Darimana aku tahu? Lihat, mereka semua berbincang-bincang sembari mengacungkan gawai mereka. Seolah-olah sedang berlomba siapa yang memiliki hawai paling cantik, canggih dan mahal. Hanya aku satu-satunya yang duduk diam di kursi menatap papan tulis di depan tanpa gairah. Pengajar pada pagi ini akan datang terlambat, kira-kira begitulah kata salah satu anak di kelas. Dia mendapat info dari kenalannya yang bekerja di akademi melalui aplikasi chatting yang katanya sedang populer di kalangan anak-anak.
Satu lagi, kalian mungkin bertanya-tanya, mengapa anak akademi diperbolehkan membawa ponsel? Jawabannya adalah aku tidak tahu. Yang jelas, kemarin tiba-tiba saja salah seorang anak berkata bahwa kami diperbolehkan membawa ponsel khusus hari ini.
Aku merasakan hawa seseorang di sebelahku. Rupanya benar, wanita yang beberapa hari aku lihat di kantor kepala baru menaruh tasnya dan duduk di sampingku.
"Hai, masih ingat aku?"
Baiklah. Haruskah aku berkata ya atau mengangguk, atau mungkin menggeleng karena sejujurnya aku lupa namanya siapa.
"Yang di kantor kepala?" jawabku pada akhirnya.
"Yap. Namaku Jessica, kalau-kalau kau lupa. Kau itu Soula Grinnet, kan?"
"Iya." Masih ingat namaku ternyata wanita ini. Nggak seperti seseorang.
"Grinnet itu keluarga kaya raya itu, kan? Yang sebagian besar kepala keluarganya pernah menjabat sebagai kepala di kepolisian."
Ha? Keluarga Pak Bos sehebat itu? Kupikir hanya keluarga kaya biasa.
"Tukaran nomor ponsel, yuk?"
Masa aku bilang aku nggak punya ponsel padahal nama keluarga yang tercantum di data itu Grinnet, sih?!
"Aku nggak bawa ponsel," jawabku setelah menimbang-nimbang jawaban paling masuk akal yang ada.
"Kau nggak hapal nomor ponselmu?"
"Nggak."
"Sayang banget. Kenapa gak bawa?"
Ini anak satu banyak tanya banget, sih.
"Lupa," sahutku singkat. Semoga dia peka dan nggak mengajakku bicara lagi.
"Padahal jarang-jarang dibolehin bawa ponsel." Dia masih belum berhenti juga.
"Hari ini kita bakalan masukin data ke website gitu. Makanya disuruh bawa HP. Bagusnya sih pakai laptop, tapi banyak yang gak punya. Makanya pakai HP aja."
Jangankan laptop, HP saja aku nggak punya.
"Kau pinjam HP-ku saja ya untuk masukin datanya ke web."
KAMU SEDANG MEMBACA
A-SOUL
FantasyAimer dan Soula adalah dua kakak-beradik terlahir dari salah satu pasangan di Underground. Suatu keajaiban, puluhan batu azur melesat di langit bagaikan bintang jatuh saat Festival Akhir Tahun. Sembilan diantaranya diambil Soula, satu lagi tak senga...