CHAPTER 26: Menyusun Rencana

2 0 0
                                    

POV Soula

Aimer dan Alef duduk manis di ruang tamu sambil membicarakan sesuatu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aimer dan Alef duduk manis di ruang tamu sambil membicarakan sesuatu. Kala aku mendekat, Aimer mendongak dan berujar, "Kak, ada yang ingin kubicarakan." Kemudian, mulutnya mulai menjelaskan sesuatu sambil sesekali melirik Alef.

"Kemungkinan, aku akan berangkat lusa."

"Aku ikut," tegasku.

"Hah? Enggak perlu, Kak So. Aku bareng Alef, kok."

"Sudah kubilang, kan. Cobalah untuk bergantung sedikit pada kakakmu ini. Aku bisa bantu."

"Perjalanan kali ini kami lakukan di tengah hutan, Kak. Akan lebih baik kalau kami berdua saja, karena kami sudah familiar dengan—"

"Kau pikir, dua anak remaja kalian baik-baik saja di tengah hutan!" Meledak. Gawat, emosiku meledak.

"Iya!"

"Kurasa itu jawaban yang salah, Ai," gumam Alef di tempatnya dengan ekspresi panik seraya menarik ujung kaus yang dikenakan Aimer.

"Oke, terserah. Lakukan apa yang kau mau!" pekikku, lalu membanting pintu kamar kala memasukinya.

***

Aimer sungguhan tidur di sofa. Dia tidak memasuki kamar dan berbaring di sebelahku. Emangnya aku berlebihan ya kemarin sampai gadis itu enggan tidur di ruangan yang sama? Kuakui, aku kesal.

Lupakan itu. Hari ini aku berniat mengambil cuti ke akademi. Kata Pak Satpam, aku harus menyiapkan proposal lalu menyerahkannya ke dosen yang mengajar.

Akademi dibuka pukul enam. Bel masuk berbunyi pukul setengah delapan. Aku sudah berada di luar apartemen sebelum fajar tiba. Aku tak ingin bertemu taruni lain saat aku tidak mengikuti pelajaran. Sesuai peraturan akademi, aku tak melepas seragamku. Menaiku bus yang biasanya, lalu melaju ke tempat tujuan.

Sesuai harapanku, akademi masih sepi. Kusapukan pandangan ke sekitar dan tak kutemukan satu taruna-taruni pun radius sepuluh meter. Nice. Aku berjalan santai ke kantor. Bertanya pada pria berseragam lengkap yang tak kuketahui ia adalah dosen, polisi, atau staff, di mana dosen yang ingin kutemui. Ia menunjukkan ruangan dengan pintu kayu berwarna cokelat. Kuserahkan proposalku pada dosen yang duduk di dalamnya. Kemudian, memberikan penjelasan semasuk akal mungkin. Cutiku disetujui dan ia mempersilakanku meninggalkan ruangannya. Setelah pintu tertutup, aku dapat mendengar helaan napas lega keluar dari hidungku sendiri.

"Kau akan cuti?"

"Waakh!" Refleks, aku menjerit saat suara seseorang terdengar dari kanan. Di sebelahku, seorang pria 20-an berdiri dengan tangan masuk ke saku celananya.

"Kau membuat kaget! Kenapa kau di sini?" tanyaku setelah menenangkan jantungku yang berdegup kencang karena kaget.

"Ah, temanku memintaku mengantarnya dan ia meninggalkan barang di mobilku. Jadi, aku kemari untuk memberikan ini padanya," ujar pria, lalu menunjukkan isi kepalan tangannya. Sebuah earphone.

A-SOULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang