CHAPTER 10: SIMULASI

13 3 0
                                    

POV Aimer

Kakakku baru terbangun dari tidurnya setelah mencium harum sayur sop yang kusajikan di atas meja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kakakku baru terbangun dari tidurnya setelah mencium harum sayur sop yang kusajikan di atas meja. Matanya masih terpejam saat membuka pintu kamar. Baru saja ia duduk di kursi dan mengambil sendok, bel kamar kami berbunyi.

"Biar aku yang buka," ujarnya seraya mengucek sebelah mata.

Aku sarapan terlebih dahulu. Lapar sekali soalnya. Sudah empat suapan masuk ke dalam mulutku, tapi Kak So tak kunjung kembali.

"Siapa, Kak? Kok lama ...," ujarku seraya bangkit menuju pintu keluar.

Kak So memandangi kertas di tangannya. Tubuhnya bergeming bagai patung.

"Kak?" Aku berjalan mendekatinya. Tiba-tiba, bahu Kak So bergetar hebat. Kutarik bahunya panik, membuatnya berbalik menatapku.

Kak So tersenyum lebar dengan mata yang terbuka lebar seakan baru saja mendapati kabar yang mengejutkan. Aku melihat isi kertas yang digenggamnya.

"Saudari Soula dinyatakan lulus ... eh? Lulus? Kak So lulus tes akademik?" Aku bersorak gembira. Refleks, kupeluk samping tubuhnya. Seraya melompat-lompat kecil.

"Gila. Aku hampir saja tidak lulus," ujarnya.

"Oh ya?"

Kemudian Kak So menunjuk tabel yang berisi nama dan perolehan nilainya.

"Ranking dua dari bawah, Ai! Terima kasih untuk siapapun yang nilainya di bawahku. Terima kasih sudah menjadi lebih bodoh dariku," syukurnya.

Perutku tergelitik setelah mendengar Kak So bicara begitu. Tawa pelan lolos dari bibirku.

"Ish, Kak So! Bisa-bisanya."

Kami masuk ke dalam. Kak So masih menggenggam kertas itu di tangannya. Aku senang sekali.

Sarapan kami hari ini terasa amat menyenangkan.

***

"Siang, Kek!" sapaku ceria ketika memasuki toko. Seperti yang sudah-sudah, Kakek hanya akan melirikku lalu lanjut membaca bukunya dengan tekun. Kalau sudah begini, Kakek pantas disebut kutu buku, ya.

Kuletakkan tas yang berisi buku dan barang-barang ibu dari ruang bawah tanah. Kubuka buku ibu dan membaca keterangan-keterangan dari barang-barang miliknya. Bahkan ada langkah-langkah membuatnya. Aku ingin mencari langkah-langkah membuat kalung ibu. Kalung ini adalah benda paling ajaib dan paling canggih menurutku. Ia bisa mengalirkan energi azur hingga menghidupkan suatu benda hanya dengan sentuhan.

Dengan semangat tinggi, aku mencari halaman yang menuliskan sesuatu mengenai kalung yang terpasang di leherku.

Mataku lelah. Buku yang tebalnya lebih dari lebar lenganku itu sudah habis setengahnya kubaca. Tapi, masih belum kutemukan juga. Kurentangkan kedua tangan agar rileks seraya memijat pelipisku.

A-SOULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang